SINGAPURA dan TOKYO, 23 April 2021 /PRNewswire/ — Skycatch, platform pemetaan dengan pesawat nirawak (drone mapping) dan analisis 3D, pada hari ini meluncurkan inisiatif global terbaru untuk membantu berbagai perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia dalam memanfaatkan pendekatan terkini yang memakai teknologi digital twin. Lewat teknologi ini, infrastruktur yang mampu menghadapi perubahan iklim bisa dibangun dan dikelola.
“Teknologi digital twin membantu perusahaan konstruksi dan pertambangan di seluruh dunia untuk mengurangi emisi CO2. Hal ini dilakukan dengan mencegah inkonsistensi desain dan memberikan transparansi lengkap pada proyek dalam segala aspek,” jelas Christian Sanz, Pendiri dan CEO Skycatch.
Asia Pasifik memiliki negara-negara terpadat dan paling berkembang pesat di dunia. Itu sebabnya, kawasan tersebut menghasilkan gas rumah kaca terbanyak. Menurut IMF, volume ini setara dengan setengah dari total karbondioksida di dunia. Skycatch pun cepat memperluas jangkauannya di Asia dan Pasifik, bahkan setengah dari pasarnya kini terdapat di kawasan tersebut. Skycatch juga ingin berkolaborasi dengan ADB Ventures dan mitra-mitra di Jepang, Tiongkok, Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk menjadikan berbagai proyek infrastruktur—termasuk proyek energi terbarukan—lebih berdaya tahan dan memanfaatkan sejumlah solusinya.
“Bank Pembangunan Asia (ADB) ingin berperan sebagai katalis yang memanfaatkan teknologi dalam proyek-proyek infrastruktur. Dengan demikian, jejak karbon dapat berkurang, sementara, efisiensi keselamatan kerja dan operasional menjadi lebih baik,” jelas Daniel Hersson dari ADB dalam sebuah artikel di TechCrunch baru-baru ini. “Teknologi Skycatch yang berstandar perusahaan bisa dipakai untuk merekam, mengolah, dan menganalisis data pesawat nirawak dalam format 3D dengan akurasi tinggi. Berkat kemampuannya, teknologi Skycatch menjadi aspek penting dalam menyelesaikan misi tersebut.”
Platform computer vision Skycatch yang berbasiskan pesawat nirawak untuk sektor konstruksi dan pertambangan, mampu mengurangi lebih dari 30% pengerjaan ulang. Kinerja ini terwujud berkat kemampuannya dalam mengurangi inkosistensi desain, dan memberikan transparansi lengkap pada proyek.
“Kalangan perusahaan bisa memanfaatkan teknologi digital twin untuk mendeteksi dan mencegah kekeliruan dalam proses konstruksi guna mengurangi limbah,” kata Sanz. “Di Skycatch, misi kami adalah menambah efisiensi operasional dan efisiensi biaya pada proyek-proyek infrastruktur di seluruh dunia dengan dukungan teknologi 3D computer vision yang berbasiskan pesawat nirawak.”
Skycatch baru menyelesaikan babak pendanaan Seri C dengan perolehan total senilai $25 juta, dipimpin ADB Ventures dan Wavemaker Labs. Beberapa investor baru yang berpartisipasi termasuk I2BF, Falkon, dan Gaingels.
“Tim ADB di Sydney telah menguji coba teknologi Skycatch yang berbasiskan pesawat nirawak dalam sebuah proyek. Teknologi ini dipakai untuk menciptakan digital twin yang sangat akurat dari sebuah proyek renovasi infrastruktur selama fase konstruksi. Teknologi ini berpotensi digunakan pada seluruh siklus proyek infrastruktur sehingga tahap pelaksanaan berlangsung lebih aman, efisien, dan pengerjaan ulang bisa dihindari, sekaligus mengurangi jejak karbon yang dihasilkan proyek tersebut,” kata Lotte Schou-Zibell, Regional Director, Pacific Liaison and Coordination Office, Asian Development Bank (ADB), di Sydney.