Jakarta, 17 Juni 2021 – Bank Syariah Indonesia proyeksikan bahwa prospek perbankan syariah tumbuh positif di tahun 2021. Hal ini disampaikan Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi saat acara pemaparan Prospek Perbankan Syariah Setelah Merger dalam acara CEO Talk.
Dalam acara ini dihadiri juga oleh Jajaran Direksi Bank Himbara, Asisten Deputi Bidang Manajemen SDM Kementerian BUMN Andus Winarno, Koordinator Indonesia Finance Learning Institutee (IFLI) Andreas Hassim, Koordinator Indonesia Finance Research Institute (IFRI) Basaria Martha Juliana.
Lebih lanjut Hery menjelaskan bahwa berdasarkan data proyeksi OJK dalam pertemuan tahunan jasa keuangan 2021 dan riset internal BSI, industri perbankan syariah akan tumbuh double digit. Secara nasional pertumbuhan ekonomi syariah tumbuh 2,4-3,7%. Dari sisi pembiayaan dan penghimpunan dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh 13-18%, sedangkan dari sisi kualitas pembiayaan diproyeksi pada posisi 3-3,5%.
Per Maret 2021 kinerja positif Bank Syariah ditunjukkan dengan posisi aset mencapai Rp 605 Triliun, pembiayaan tumbuh 6,52% dan penghimpunan dana pihak ketiga 11,58%. Dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan npf sebesar 3,29% dan effisiensi BOPO pada posisi 78,75%.
Meskipun tumbuh secara bertahap, BSI optimis dengan jumlah populasi penduduk muslim Indonesia yang mencapai 229 Juta menjadi kekuatan dan target penetrasi ekonomi syariah yang saat ini masih 6,41% dan lebih rendah dibanding negara di Asia dan UEA.
Beberapa langkah literasi terus digalakkan diantaranya menggaet serius ekosistem pesantren dan masjid di Indonesia yang mencapai 600 ribu masjid dan 26 ribu pesantren. Melalui pembiayaan pertashop di lingkungan pesantren, Direksi Mengajar, dan optimalisasi pemberdayaan ekonomi masjid dan ZISWAF dan sinergi dengan BAZNAS untuk penghimpunan zakat.
Strategi BSI untuk menjadi leading Bank Syariah diantaranya dari sisi penguatan SDM yang mencapai lebih dari 15 ribu pegawai dengan mencetak talent-talent berkualitas yang sesuai kompetensi syariah. Melalui talent Officer Development Program IT dan Manajemen Risk, Skill Coaching dalam rangka IPO, dan Benchmark kompetensi dengan bank-bank syariah di UEA.
Dari sisi penguatan bisnis, BSI akan tetap berfokus pada core bisnis pembiayaan konsumer, penghimpunan dana murah, serta sinergi pembiayaan wholesale sindikasi infrastruktur dan proyek – proyek pemerintah dan BUMN. Dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan sesuai prinsip kehati-hatian dan GCG.
Bank Syariah Indonesia optimis bahwa pandemi menjadi sebuah tantangan bagi perbankan syariah untuk berinovasi dan mencari peluang-peluang bisnis syariah yang baru. Sehingga keberadaan BSI setelah merger tentunya menjadi leading sharia bank yang merealisasikan potensi bisnis halal ekonomi di Indonesia.