Seremonia.id – Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, telah mendaftarkan partai politiknya untuk pemilihan nasional 2024, menandakan apa yang menurut para analis adalah kemungkinan pencalonan presiden ketiga untuk salah satu politisi paling kontroversial di negara itu.
Prabowo kalah dari petahanan Jokowi pada pemilu 2014 dan 2019, tetapi dengan Jokowi terbatas pada dua masa jabatan, perebutan jabatan sedang berlangsung menjelang pemilihan untuk memutuskan siapa yang akan memimpin negara demokrasi terbesar ketiga di dunia itu.
Prabowo, 70, yang pernah menjadi menantu mendiang orang kuat Indonesia Suharto, mendaftarkan partai Gerindra-nya pada hari Senin dan mengatakan dia akan mencalonkan diri jika dicalonkan oleh anggotanya.
Dilansir dari Reuters, “Itu tugas suci, mengabdi dan mengabdi kepada rakyat. Tentu saya akan menerimanya dengan baik jika saya dicalonkan,” ujarnya.
Sebagai mantan kepala unit pasukan khusus militer yang dituduh melakukan kekejaman di masa lalu, Prabowo dilarang mengunjungi Amerika Serikat atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, yang telah berulang kali dibantahnya.
Tidak ada tuduhan yang terbukti dan Amerika Serikat mencabut larangan tersebut pada tahun 2020.
Edbert Gani, seorang analis di Pusat Studi Strategis dan Internasional Indonesia, mengatakan bahwa sebagai anggota kabinet yang menjabat dan dengan Jokowi di luar persamaan, Prabowo bisa menjadi pesaing yang kuat.
“Rezim Jokowi memiliki investasi politik di Prabowo saat ini,” kata Gani.
“Publik melihat hubungan yang lebih dekat dan saling menguntungkan antara pemerintah saat ini dan kubunya.”
Jokowi belum secara eksplisit mendukung calon pengganti dan tidak ada kandidat yang secara resmi menyatakan niat mereka untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan Prabowo di antara tokoh politik paling populer yang diperkirakan akan mencalonkan diri, bersama dengan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, gubernur ibu kota Jakarta.
Prabowo tiba di komisi pemilihan pada hari Senin dengan pemimpin partai koalisi lain, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), memicu spekulasi aliansi politik di antara mereka.
PKB mendapat dukungan dari Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, di mana agama menjadi faktor kunci dalam pemilu baru-baru ini.