Menyiapkan LRT di Bali: Solusi Mengurai Kemacetan di Pulau Dewata

Rencana pembangunan LRT di Bali semakin konkret, dengan upaya percepatan studi kelayakan yang sebelumnya tertunda akibat pandemi Covid-19. Foto: LIGHT RAIL TRANSIT JABODEBEK. indonesia.go.id

Seremonia – Bali, Pulau Dewata yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, kini semakin mendekati rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang akan menghadirkan solusi untuk masalah kemacetan. Rencana ini akan membentang sejauh 20 kilometer dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, melalui wilayah-wilayah seperti Canggu, Cemagi, dan Seminyak.

Kendaraan Pribadi vs. Transportasi Massal

Kendaraan pribadi telah lama menjadi pilihan utama mobilitas di Indonesia, tetapi masalah kemacetan dan pencemaran udara semakin menjadi perhatian. Transportasi massal menjadi jawaban untuk masalah ini. Moda transportasi massal seperti Kereta Rel Listrik (KRL), Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT) telah diperkenalkan.

Perbedaan Moda Transportasi

Tiga jenis moda transportasi massal ini memiliki perbedaan mendasar. MRT beroperasi di bawah tanah, KRL berjalan di atas permukaan tanah, sedangkan LRT menggunakan jalur khusus dan jalur layang dengan kapasitas penumpang yang lebih sedikit.

Transportasi Massal di Jabodetabek

Di Jakarta, moda transportasi massal berbasis LRT mulai diperkenalkan pada 2016 dan beroperasi pada 2019. Pengembangan LRT Jabodetabek telah memperluas jangkauannya hingga ke Bekasi, Cibubur, dan Dukuh Atas, Jakarta.

Pengaruh Positif LRT

LRT bukan hanya untuk mengurai kemacetan, tetapi juga memberikan dampak positif pada ekonomi. Dengan transportasi yang memadai, nilai ekonomi suatu wilayah dapat meningkat, menarik perusahaan asing untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, rencana pengembangan transportasi massal berbasis LRT juga mencakup kota-kota besar lainnya, seperti Bandung, Makassar, Surabaya, dan Bali.

Rencana Pembangunan LRT Bali

Rencana pembangunan LRT di Bali semakin konkret, dengan upaya percepatan studi kelayakan yang sebelumnya tertunda akibat pandemi Covid-19. Rencana ini menjadi penting mengingat kondisi kepadatan lalu lintas di wilayah Bali, terutama Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang diperkirakan akan melayani 24 juta penumpang pada tahun 2025.

Investor Asing dan Teknologi Cepat

Dalam rencana ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menjelaskan bahwa pemerintah telah berkomunikasi dengan beberapa negara yang berminat berinvestasi dalam proyek LRT Bali. Pemilihan investor asing akan berfokus pada sumber daya yang cepat, kredibel, dan mampu mengutamakan transfer teknologi, tanpa preferensi khusus terhadap negara tertentu.

Dengan rencana pembangunan LRT Bali, diharapkan akan membuka peluang baru bagi transportasi massal yang efisien dan berkelanjutan, sambil menjaga keaslian budaya dan keindahan alam Pulau Dewata.