Menikmati Pesona Sejuknya Curug Hiji

Oleh: Davina Elmaliya Salsabila mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Sinar matahari pagi yang menghangatkan tubuh. Saya dan teman-teman mengunjungi Curug Hiji sebagai destinasi wisata menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Saya memilih Curug Hiji sebagai destinasi wisata berkat keindahan alamnya yang belum diketahui oleh banyak orang. Curug Hiji terletak di kaki Gunung Salak dengan ketinggian 200 mdpl.  Curug Hiji berlokasi di Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Waktu yang dibutuhkan untuk menuju Curug Hiji memakan waktu selama 1 jam 30 menit. Saya dan teman-teman berkumpul tepat jam 09.00 pagi menggunakan kendaraan bermotor dan berangkat dari titik kumpul di Prima Freshmart Lodaya yang berjarak 19 km dari titik berangkat kami. Sebelum berangkat, kami mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang perlu dibawa. Perlengkapan tersebut diantaranya baju ganti, kamera profesional, jas hujan dan payung, menggunakan sepatu anti licin, sendal, makanan ringan, dan handuk sebagai persiapan yang perlu dibawa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Selama di perjalanan menuju Curug Hiji terdapat jalan yang terjadi kemacetan di wilayah Cikaret, sehingga menjadi hambatan dalam perjalanan kami. Kondisi jalan yang akan dilewati nantinya sangat berkelok-kelok karena telah memasuki area kaki gunung. Pada perjalanan mendekati wilayah menuju Curug Hiji terdapat banyak jalan yang berlubang. Hal tersebut perlu menjadi antisipasi bagi para pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor untuk lebih waspada dan hati-hati, terutama ketika musim hujan karena jalan berlubang tersebut dapat digenangi oleh air. Selain itu, selama di perjalanan terdapat truk-truk besar yang berlalu lalang yang dapat membahayakan pengendara.

Sesampainya di Curug Hiji, kami diarahkan untuk parkir motor di bawah dengan biaya parkir sebesar Rp5.000/orang. Setelah itu mendaki ke atas menuju Curug. Perjalanan pendakian menuju Curug tergolong licin, oleh karena itu diantisipasi tidak boleh menggunakan sandal, tetapi menggunakan sepatu yang memiliki geragi di bawahnya. Sayangnya, dengan keadaan tanah yang licin, sisi jalan menuju curug tersebut curam atau kurangnya pembatas jalan pengelola Curug Hiji melarang untuk membawa anak kecil karena membahayakan.

Dibalik lika-liku menuju Curug Hiji tersebut, terdapat pesona alam yang membuat pengunjung takjub akan sekelilingnya. Sebelum memasuki Curug Hiji, pengunjung akan melewati wisata alam kemah. Kemah tersebut dikelilingi pohon pinus yang tinggi. Pengunjung juga akan disajikan sejuknya persawahan yang asri. Sepanjang jalan dipastikan pengunjung tidak akan tersesat, sebab terdapat penanda menuju Curug Hiji.

Tibalah saya di Curug Hiji. Biaya masuk di Curug Hiji mencapai Rp20.000,-/orang. Saat di tiket masuk pula terdapat warung yang menjual makanan ringan yang dapat dibawa ke area Curug Hiji dengan syarat membuang sampah pada tempatnya. “Pesan saya buat pengunjung, beberapa hal yang tidak boleh dilakukan ialah jangan sompral dalam berbicara, karena kan di wilayah seperti ini banyak yang tidak bisa dilihat secara mata juga. Selain itu, tetap berhati-hati berjalannya karena licin dan jangan bawa anak kecil ya. Tetap menjaga kebersihan”, ucap Asep Supriatna sang pemilik sekaligus pengelola Curug Hiji.

Sesampainya disana disambut dengan indahnya derasan air terjun yang mengalir ke bawah. Air di sana sangat bening dengan minim sampah tanpa dedaunan yang rontok. Sesampainya di sana saya sangat senang dan menikmati kesejukan, ketenangan, dan keindahan alam Curug Hiji sebagai destinasi alam yang cocok bersama keluarga dan teman-teman. Bebatuan dan ranting pohon menambah keindahan curug yang cocok dijadikan sebagai spot foto menarik bagi para pengunjung.

Ketika sedang menikmati suasana, telah terdapat beberapa pengunjung disana yang sedang bermain dan merendamkan diri di bawah air. “Curug di sini dingin, sunyi, dan dapat menikmati suasana alam makanya saya tertarik mengunjungi Curug Hiji”, ucap Bagas. “Bagi teman-teman yang ingin healing atau liburan bisa mengunjungi tempat ini”, lanjutnya.

Selain air yang bersih, air Curug Hiji ini terasa dingin. Ditambah dengan hembusan angin-angin Curug yang menyelimuti tubuh. Setelah bermain air, saya dan teman-teman lainnya berbincang, bercanda tawa, mengambil foto-foto, dan memakan cemilan yang ada. Sampah sehabis memakan makanan jangan sampai dibuang sembarangan, tetapi dikumpulkan pada plastik sampah sehingga dapat menjaga kebersihan alam.

Jam telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, saya dan teman-teman bergegas untuk bersiap-siap untuk pulang. Fasilitas tempat penggantian baju berada di bawah dan tidak jauh dari Curug. Lebih tepatnya, kamar mandi berada di dekat wilayah berkemah pohon pinus. Kami berada di sana tidak sampai sore hari karena sedang musim hujan. Setelah semua berganti pakaian, saya dan teman-teman mengabadikan momen bersama dengan berfoto-foto dengan fasilitas pemandangan alam yang indah menggunakan kamera profesional yang dibawa.

Tak lama hujan pun turun membasahi tubuh, kami bergegas menuju tempat parkiran dan bersiap diri untuk pulang. Saya dan teman-teman saya merasa puas karena dapat mengunjungi Curug Hiji sebagai wisata yang melepaskan penat bersama orang-orang terkasih.  Jadikan wisata Curug hiji sebagai destinasi wisata alam yang dapat kamu nikmati keindahan alamnya dan cerita di dalamnya.