Bandung – Hari ini, lima individu owa jawa dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat setelah direhabilitasi selama lima sampai tujuh tahun di Javan Gibbon Center di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hal ini menjadi upaya nyata pada Hari Owa Internasional disaat populasinya di alam saat ini masih terancam karena perburuan dan perdagangan serta habitat mereka di Pulau Jawa yang tersisa tidak lebih dari 5%.
Inisiatif ini dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa yang berdiri sejak tahun 2001, beserta mitra – Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.
Pelepasaliaran dilakukan pada dua keluarga yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.
Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan peliharaan. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Siapapun yang melakukannya berarti melanggar hukum UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Owa jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen KSDAE yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Ir. Wiratno, MSc. mengatakan “Kami harap kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi owa.” Wiratno menambahkan, “Saat ini tidak hanya populasi owa jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. Oleh karena itu selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka.”
Pelepasliaran ini tidak akan terjadi tanpa kolaborasi yang kuat antara UPT Ditjen KSDAE, Yayasan Owa Jawa, Conservation International, Silvery Gibbon Project, dan Pertamina EP, yang peduli akan kelestarian spesies endemik Pulau Jawa ini. “Kami sangat mengapresiasi kinerja dan upaya semua mitra dalam melestarikan owa jawa dan habitatnya,” sambut Wiratno. Selain itu pusat rehabilitasi juga sudah membantu mengedukasi dan meningkatkan kesadaran atas ancaman yang dihadapi owa jawa.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat owa jawa, tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.
Keterlibatan Perhutani tidak saja penting sebagai pemangku dan pengelola kawasan hutan Gunung Puntang, tetapi juga strategis untuk mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan. Sebagai BUMN, Perhutani harus menjadi pelopor pembangunan, termasuk pelopor bidang lingkungan. Mempertahankan atau melindungi ekosistem dengan keanekaragaman hayati tetap baik atau menjadi lebih baik memerlukan kepeloporan juga.
Selain perlindungan terhadap owa jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi owa jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan denggan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” demikian Denaldy menegaskan.
Achmad Alfian Husein, Exploration & New Discovery Project Director, PT. Pertamina EP menyatakan, “Perusahaan kami berkomitmen mendukung kegiatan pelestarian alam seperti rehabilitasi owa jawa.” Pertamina telah mendung dan bekerja sama dengan YOJ sejak 2013. Dukungan yang dilakukan seperti pendanaan untuk program reintroduksi owa jawa dan penyadartahuan konservasi owa jawa.
“Owa jawa merupakan spesies karismatik yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami dengan menyebarkan benih yang membantu menjaga kesehatan hutan dan penting sebagai penyedia makanan, air bersih, obat-obatan, mata pencaharian dan ketahanan iklim bagi masyarakat. Agar konservasi berhasil dilakukan, kita harus mengedukasi masyarakat luas mengenai kekayaan alam yang dimiliki dan membangun pengelolaannya. Kami di CI sangat senang dapat berkontribusi untuk kesuksesan dalam kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan semua mitra di program konservasi owa jawa dan bentang alam,” ujar Ketut Sarjana Putra, Vice President Conservation International Indonesia.
Pelepasliaran ini adalah yang kelima dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa, yang sebelumnya telah melepasliarkan 14 individu sejak tahun 2013. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani menyatakan, “Upaya pengembalian owa jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. Hasil positif paska owa jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran owa jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.”
Tentang Owa jawa (Hylobates moloch)
Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa primata endemik pulau Jawa. Survei terakhir pada tahun 2010 mencatat 2.140-5.310 individu owa jawa yang hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, serta Cagar Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu.
Sebagai primata arboreal yang melakukan seluruh aktivitas hidupnya di pohon, kelangsungan hidup owa jawa di alam sangat bergantung pada tegakan pohon dengan tajuk menyambung. Dengan demikian, kehadiran owa jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. Sebagai satwa pemencar biji, owa jawa berperan penting menjaga siklus dan regenerasi ekosistem hutan.
Owa jawa menjadi model sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan gotong-royong. Berbeda dengan sebagian besar primata, owa jawa menganut sistem perkawinan monogami dan hidup dalam unit keluarga yang erat. Keluarga owa jawa terdiri dari sepasang induk dengan 1-3 anak yang dilahirkan setiap 2-3 tahun sekali.
Meskipun owa jawa dilindungi oleh undang-undang, populasinya di alam terus menyusut. Selain kerusakan habitat, owa jawa di habitat alaminya juga terancam oleh aktivitas perburuan dan perdagangan untuk menjadikannya satwa peliharaan. Dalam Daftar Merah World Conservation Union (The IUCN Red List of Threatened Species) owa jawa dikategorikan sebagai satwa terancam punah (Endangered species) dan termasuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Tentang Javan Gibbon Center (JGC)
Merupakan pusat penyelamatan dan rehabilitasi owa jawa yang beroperasi sejak tahun 2003 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Javan Gibbon Center didirikan bertujuan untuk (1) menyelamatkan owa jawa dari kepunahan, (2) merehabilitasi owa jawa yang berasal dari masyarakat; (3) meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat akan pentingnya pelestarian owa jawa; (4) meningkatkan kerjasama antara instansi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, lembaga akademik dan dunia usaha dalam pelestarian owa jawa.
Adapun sasaran program jangka pendek adalah melakukan penilaian terhadap status perilaku, kesehatan dan kemudian dilakukan peningkatan dengan diiringi perubahan perilaku dan pengembalian kesehatan owa jawa. Sedangkan sasaran jangka panjang adalah reintroduksi owa jawa yang telah terehabilitasi ke kawasan yang sesuai dan memenuhi syarat teknis reintroduksi oleh IUCN. Sasaran akhir program ini adalah penetapan dan pemantapan populasi owa jawa dalam habitat yang mendukung keberlangsungan owa jawa di alam.
JGC berhasil menyelamatkan 40 owa jawa peliharaan masyarakat untuk di rehabilitasi. Keberhasilan dalam program rehabilitasi juga ditunjukan dengan terjadinya 9 peristiwa kelahiran bayi owa jawa di JGC, melepasliarkan 14 individu owa jawa ke habitat alaminya, serta berhasil terjadinya kelahiran di alam paska dilepasliarkan. http://yayasanowajawa.or.id
Tentang Conservation International –
Berlandaskan pada ilmu pengetahuan, kemitraan dan pengalaman, CI memberdayakan masyarakat untuk menjaga alam, keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan manusia. CI didirikan pada 1987 dan bekerja di Indonesia sejak 1991 untuk mendukung masyarakat madani yang sejahtera melalui upaya perlindungan alam, dukungan sistem produksi yang berkelanjutan, dan dukungan tata kelola yang efektif. CI bermarkas besar di Washington DC, mempekerjakan 900 orang yang bekerja di 30 negara pada 4 benua, serta bekerja dengan lebih dari 1000 mitra di seluruh dunia.