JAKARTA, 5 September 2023 – Pada tahun 2023, Indonesia secara resmi meraih status negara berpendapatan menengah atas (Upper-Middle-Income Country/UMIC) yang diakui oleh Bank Dunia. Prestasi ini tidak terlepas dari peran utama digitalisasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut laporan dari DBS Bank, Indonesia memimpin pasar ekonomi digital di Asia Tenggara dengan lebih dari 200 juta pengguna internet dan perkiraan nilai ekonomi digital sekitar US$130 miliar pada tahun 2025. Dalam laporan ini juga disebutkan bahwa 47% dari responden di Indonesia menempatkan profitabilitas dan penciptaan nilai sebagai tujuan utama dalam transformasi digital, melebihi rata-rata global sebesar 23%.
Namun, di tengah era digitalisasi dan model kerja hybrid, menjaga status UMIC akan sangat bergantung pada kemampuan kepemimpinan. Laporan terbaru dari Center for Creative Leadership (CCL) berjudul “WORK 3.0: Reimagining Leadership in a Hybrid World” yang melibatkan 2.200 pemimpin dari 13 negara di Asia Pasifik (APAC) menunjukkan bahwa banyak pemimpin di APAC belum sepenuhnya siap menghadapi perubahan model kerja hybrid. Meskipun sebagian besar (52%) pemimpin di APAC merasa berhasil dalam lingkungan kerja hybrid, sekitar 56% pemimpin lainnya masih belum memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana model ini akan berkembang dalam jangka panjang.
Selain itu, laporan CCL’s Country Report di Indonesia mengungkapkan bahwa 49% responden merasa perusahaan mereka belum memiliki visi kerja hybrid atau rencana implementasi yang jelas. Hanya sekitar 15% yang mengklaim bahwa perusahaan mereka telah mengadopsi sistem kerja hybrid.
Untuk menghadapi paradigma kerja yang semakin digital dan hybrid, penting bagi para pemimpin untuk memprioritaskan investasi dalam pengembangan kepemimpinan digital.
Diana Khaitova, Regional Head of Client Development, APAC Center for Creative Leadership, menjelaskan, “CCL, sebagai pionir dalam penelitian kepemimpinan global dan penyedia pelatihan kepemimpinan, menyadari bahwa transformasi digital yang sukses tidak hanya melibatkan implementasi teknologi, tetapi juga memerlukan pendekatan yang berfokus pada kerja tim. Di era hybrid saat ini, pemimpin perusahaan di Indonesia perlu membimbing tim mereka melalui tantangan baru ini. Untuk mencapai kesuksesan, terdapat tiga prioritas penting, yaitu Direction, Alignment, and Commitment (DAC).”
Diana menambahkan, “Ada enam peran kunci dalam kepemimpinan digital yang merupakan dasar prinsip-prinsip DAC. Peran-peran ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kebutuhan utama yang dapat memanfaatkan transformasi digital dalam konteks kerja hybrid.”
- Menjadi ‘Future Seekers’ dan ‘Business Shapers’: Sebagai ‘Future Seekers’, pemimpin harus aktif mengikuti perubahan dalam lanskap digital dan beradaptasi dengan tren dan perkembangan baru. Mereka harus mampu mengevaluasi tren yang ada dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan strategi yang memungkinkan mereka tetap bersaing.
Di sisi lain, ‘Business Shapers’ adalah individu yang membuat keputusan berdasarkan data yang relevan dan mampu menganalisisnya secara efektif. Pendekatan ini digunakan untuk memperkuat kemampuan baru dan membuka peluang pertumbuhan organisasi dalam ranah digital.
- Berperan sebagai ‘Ecosystem Builders’ dan ‘Innovation Accelerators’: Sebagai ‘Ecosystem Builders’, pemimpin harus mendorong kolaborasi tim dengan saling berbagi ilmu dan keahlian untuk mendukung pertumbuhan bersama. Mereka harus menjadikan kolaborasi sebagai salah satu nilai utama.
Sementara ‘Innovation Accelerators’ membantu organisasi untuk memupuk budaya yang mendorong pertumbuhan daripada mencari kesempurnaan. Pemimpin dengan peran ini membantu karyawan berkembang lebih cepat dan mendorong terciptanya inovasi yang dapat menghasilkan ide-ide baru yang luar biasa.
- Menarik Bakat dan Meningkatkan Keterlibatan: ‘Talent Makers’ adalah individu yang dapat menciptakan semangat persaingan yang sehat di antara anggota tim. Mereka dapat mengidentifikasi dan memberdayakan individu yang dapat membantu perusahaan dalam menghadapi tantangan digital.
‘Strategic Communicators’ memiliki komitmen kuat terhadap perubahan dan menjadi teladan bagi yang lain. Mereka menunjukkan keseriusan terhadap tujuan bisnis utama dan memotivasi orang lain untuk ikut serta dalam perjalanan ini.
Kesempatan melimpah menanti di Indonesia, tetapi tim perlu berkembang dengan pendekatan yang tepat. Transformasi digital telah membuka pintu peluang bisnis yang besar, tetapi kurangnya kesiapan dalam mengadopsi sistem kerja yang lebih fleksibel dapat menjadi risiko signifikan bagi bisnis. Laporan Talent Trends 2023 Report ‘The Invisible Revolution’ yang melibatkan 20.811 responden dari 12 pasar di Asia Pasifik, termasuk 2.203 responden dari Indonesia, menunjukkan bahwa fleksibilitas merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan individu untuk bergabung dengan perusahaan baru.
Perusahaan yang ingin meraih manfaat dari transformasi digital harus memberikan ruang bagi karyawan untuk memiliki fleksibilitas dalam bekerja dan juga menerapkan keenam peran kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan efisiensi kerja sambil menjaga talenta terbaik.
Diana mengakhiri dengan kata-kata, “Dengan pengalaman hampir 50 tahun dalam mengembangkan dan melatih kepemimpinan, CCL adalah pionir dalam industri ini. Kami terus berinovasi dan mengikuti praktik terbaik. Program Unggulan Pengembangan Kepemimpinan (LDP) CCL telah diadakan lebih dari 100 kali setiap tahun di berbagai belahan dunia dan merupakan program terlama di dunia dalam kategorinya.”