TOKYO, 21 Juli 2018 /PRNewswire/ — Dalam perkembangan penting, para pemimpin Jepang dan Uni Eropa meneken kesepakatan perdagangan bebas yang bersejarah antara kedua wilayah, meliputi hampir sepertiga PDB dunia, kesepakatan terbesar yang pernah dijalin Uni Eropa. Muncul di tengah meningkatnya sengketa perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan berbagai mitra dagangnya, kesepakatan resmi tersebut akan memfasilitasi pembentukan salah satu kawasan perdagangan bebas yang terbesar di dunia, menurut laporan Shinsei Corporate Management.
Kesepakatan Jepang-Uni Eropa ini menghapus hampir seluruh tarif bilateral, sehingga secara pasti menciptakan iklim usaha ynag lebih kondusif bagi berbagai mobil Jepang yang dijual di Uni Eropa serta produk wine dan susu asal Eropa yang dijual di Jepang. Masih menunggu ratifikasi dari parlemen Uni Eropa dan Jepang, kesepakatan ini kelak berlaku pada 2019.
Langkah terakhir yang diambil Washington dalam mengenakan tarif 10% atas impor aluminium dan 25% atas impor baja, merugikan Uni Eropa dan Jepang. Uni Eropa, sebagai pembalasan, mengganjar dengan pengenaan tarif atas barang-barang asal AS seperti bourbon whiskey dan sepeda motor Harley-Davidson. Sementara, Jepang, sebagai perlawanan, mendekati WTO untuk memakai haknya agar bisa menerapkan hal serupa terhadap AS, sikap tak lazim dari Jepang yang mencoba mempertahankan diri melawan sekutu terdekatnya, menurut catatan Shinsei Corporate Management.
Jepang, di bawah kepemimpinan Abe, baru-baru ini bergabung dengan klub perdagangan bebas. Sebagai upaya memaksa sejumlah perusahaan lokal agar merambah pentas dunia dan memasuki beberapa pasar baru di luar negeri, Jepang telah menganut strategi inklusif, membuka impor dari negara asing.
“Uni Eropa dan Jepang telah bersepakat dalam penetapan tenggat waktu pada 2019 untuk memberlakukan kesepakatan itu setelah memperoleh persetujuan dari pihak pemerintah masing-masing,” jelas Jack Hunter, Senior Partner, Shinsei Corporate Management.
Perdagangan ekspor-impor antara Jepang dan Uni Eropa mencapai €125 miliar ($146,4 miliar) pada 2016. Kesepakatan perdagangan bebas ini berpotensi memangkas bea impor senilai €1 miliar setiap tahun, kata analis Shinsei Corporate Management pada Kamis.