Ekspor 1 juta liter reduktan herbisida untuk pertanian yang berkelanjutan

Banyuwangi, 08 Desember 2021 – Setelah sebelumnya di awal tahun 2021 melakukan ekspor perdana ke Malaysia, kini PT. Pandawa Agri Indonesia menutup tahun 2021 dengan merayakan ekspor 1 juta liter produk Reduktan Herbisida mereka, yaitu “Weed Solut-ion” yang juga akan di ekspor seluruhnya ke negeri Jiran, Malaysia. Dengan mengangkat tema “From Banyuwangi to The World: Ekspor 1 juta liter reduktan herbisida untuk pertanian yang berkelanjutan” PT. Pandawa Agri Indonesia ingin membawa pesan bahwa produk lokal yang tercipta dari kekayaan biodiversitas Kabupaten Banyuwangi, Indonesia, dapat menjadi kontribusi dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetis hingga 50%.

“Dunia saat ini membutuhkan solusi. Herbisida saat ini sedang mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan. Salah satu contohnya adalah kenaikan harga glifosat hingga 3 kali lipat yang hingga saat ini dampaknya dialami oleh petani kita. Kenaikan harga ini disebabkan oleh betapa tergantungnya kita terhadap produksi di China, sehingga disaat terjadinya permasalahan di rantai pasok dunia, petani kita jadi tidak punya piliahan selain menerima kenaikan harga yang berlipat-lipat tersebut. Hal-hal seperti ini berpotensi akan terus terulang di masa yang akan datang, karena dunia memang sedang membuat kesetimbangan baru dengan masalah iklim dan juga ancaman pandemi. Kami di Pandawa Agri Indonesia (PAI) ingin menjadi bagian dari solusi terhadap ketidakpastian ini, dengan memproduksi subtitusi pestisida yang lebih ramah lingkungan dengan kualitas yang diakui oleh dunia, kebutuhan hingga 1 juta liter dalam kurun waktu hanya setahun dari ekspor perdana kami menjadi salah satu validasi dari harapan kami tersebut” ujar Kukuh Roxa, CEO PT. Pandawa Agri Indonesia.

Dalam setiap krisis pasti diikuti juga dengan munculnya peluang baru. Begitu pun yang dirasakan oleh PAI. Harga herbisida yang kian meroket dan kenyataan bahwa petani di lapangan membutuhkan alternatif subtitusi untuk membantu mengefisiensikan biaya pengendalian gulma yang sudah mereka keluarkan, serta mengingat imbas kenaikan harga herbisida ini dirasakan secara global tidak hanya lokal, Hal inilah yang memicu manajemen PT. Pandawa Agri Indonesia untuk secara bertahap mulai melakukan ekspansi produksi dalam rangka proyeksi perusahaan kedepannya.

“Kami surprise juga dengan banyak pihak distributor multinasional yang menghubungi kami untuk bisa menjadi rekan distribusi produk kami ke semua bagian, mulai dari ASEAN, Afrika, hingga Amerika Latin. Mereka menilai WS (Weed Solut-ion) bisa menjadi solusi permasalahan yang mereka hadapi selama ini dalam mengurangi dosis penggunaan herbisida hingga 50%, karena memang banyak negara di luar sana yang sudah mempunyai regulasi untuk mengurangi penggunaan pestisida dari 25% hingga 50%, namun belum menemukan solusi yang tepat. Ditambah dasar dari produk kami yang ramah lingkungan bahkan memberikan efisiensi biaya pembelian pestisida hingga 40% membuat mereka berharap kita bersedia membuka diri untuk pasar yang lebih luas. Itulah yang mendasari perencanaan kami dalam meningkatkan fasilitas produksi yang kami miliki saat ini secara bertahap hingga 50 kali dari yang kami miliki sekarang.”

Pada kesempatan ini hadir juga Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan. Beliau menyampaikan bahwa hampir semua kebutuhan industri kimia dalam negeri masih tergantung terhadap impor, sebanyak 90 persen lebih bahan kimia yang digunakan masih dipenuhi dari luar negeri. Menilai bahwa Indonesia sangat mungkin untuk memproduksi bahan baku kimia sendiri, sejalan dengan yang dikatakan Kukuh Roxa, Marolop menyatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mumpuni atau kompeten. “Mengapa kita tidak mulai mencoba untuk memproduksi bahan baku sendiri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor? Ditambah proses produksi dari reduktan herbisida ini merupakan proses yang sangat rendah emisi karbon, sehingga sejalan dengan target dunia untuk menurunkan emisi karbon tersebut. Industri kimia salah satunya pestisida merupakan penyumbang carbon footprint terbesar ketiga setelah baja dan semen” ujar Marolop.

Disampaikan juga oleh beliau bahwa Kementrian Perdagangan memperkirakan ekspor produk kimia akan mencapai USD 13,7 miliar hingga akhir tahun 2021 nanti. Ekspor produk kimia mengalami tren positif, baik dari sisi nilai dan volume sepanjang periode 2015-2020. Secara keseluruhan tren nilai naik sebesar 3,2 persen sedangkan tren volume naik sebesar 8,2 persen. Sementara itu, periode Januari-April 2021, nilai ekspor tumbuh signifikan sebesar 38,1 persen.

Marolop menilai apa yang dikerjakan oleh PT. Pandawa Agri Indonesia ini sejalan dengan apa yang ingin dicapai oleh Kementrian Perdagangan, terutama Dirjen PEN, yaitu ingin meningkatkan kesadaran dan semangat terhadap usaha-usaha lokal untuk berkontribusi dalam menggairahkan perekonomian Indonesia dengan mengekspor produk akhir tidak hanya sekedar bahan baku atau bahan mentah, sehingga nilai tambah yang didapatkan sangat tinggi. Inovasi seperti yang dilakukan oleh PAI memang menjadi kunci untuk bisa mencapai hal tersebut. “Kementerian Pedagangan siap mensupport supaya produk ini bisa diekspor ke seluruh dunia, sehingga menjadikan bukti bahwa Indonesia juga merupakan negara sumber inovasi yang ramah lingkungan” tutupnya.

Hadir juga Dwiyanto, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi yang hadir mewakili Bupati Banyuwangi dalam acara tersebut. Beliau mengatakan bangga atas pencapaian yang sudah diraih oleh tim Pandawa Agri Indonesia. “Dalam rentang 1 tahun, sudah bisa mencapai ekspor reduktan sebanyak 1 juta liter, merupakan sesuatu yang harus disyukuri, terutama di tengah kondisi pandemi seperti saat ini” ujar Dwi. “Kami dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi tentunya akan terus mensupport inisiasi seperti yang dilakukan oleh PAI, dan berharap usaha yang sudah baik ini dapat berkelanjutan, tumbuh berkembang, dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar.”

Dwi Yanto juga sangat mengapresiasi bagaimana kedepannya PAI akan memperbarui fasilitas produksi dan kantor dengan desain yang menyesuaikan ciri khas Banyuwangi. “Banyuwangi merupakan Kabupaten destinasi wisata domestik maupun internasional, dengan PAI memiliki klien-klien dari luar negeri tentunya akan berkunjung ke Banyuwangi untuk melihat langsung fasilitas produksi. Dengan desain khas Banyuwangi lengkap dengan siluet penari gandrung, tentunya akan memberikan pengalaman tersendiri kepada yang berkunjung, dan mambuat ingin tahu lebih jauh mengenai kebudayaan dan kekayaan alam Banyuwangi.”

Dwi Yanto juga menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus mendorong dan memberikan dukungan untuk usaha-usaha yang diinisiasi oleh pemuda, apalagi produk Weed Solut-ion ini merupakan produk yang kualitasnya sudah diakui oleh dunia, beliau berharap inovasi ini dapat menjadi solusi bagi petani yang saat ini sedang mengalami kesulitan karena harga herbisida yang sedang merangkak terus naik. “Kedepannya saya harap inovasi ini juga dapat diterapkan di seluruh petani – petani banyuwangi” sambut Dwi.

Acara pelepasan ekspor Weed Solut-ion ditandai dengan flag off bendera oleh CEO Pandawa Agri Indonesia, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan dan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi yang hadir mewakili Bupati Banyuwangi. Pandawa Agri Indonesia memberangkatkan dua kontainer sebanyak 40 ton Weed Solut-ion untuk digunakan di perkebunan kelapa sawit milik negara terbesar di Malaysia.

Hadir pada kesempatan ini yaitu Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Marolop Nainggolan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Dwi Yanto yang hadir mewakili Bupati Banyuwangi, Kadis Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Banyuwangi Nanin Oktaviantie, Perwakilan Kadis Pertanian dan Pangan Khoiri, Perwakilan Kadis Lingkungan Hidup Rudi, Perwakilan Kadis Perhubungan Tanto, Kabag Perekonomian Ibu Heny Sugiarti, Kepala Kantor Bea Cukai Banyuwangi Tedy Himawan, Pimcab BNI Sarwoko, Ketua KADIN Kabupaten Banyuwangi David Wijaya Tjoek, Perwakilan HIPMI bendahara umum Arvy Rizaldy, Sekertaris umum HIPMI Banyuwangi Ferdy Elfian, dan segenap forpimda kecamatan Kabat, Banywangi.