Dubes RI Ajak Pencipta Apps “Hablalo” Kolaborasi Promosikan Ekonomi Kreatif

Buenos Aires, Argentina -Kegiatan ekonomi dan manfaat ekonomi harus dapat dirasakan oleh semua pihak, tanpa memandang keterbatasan fisik seseorang, “no one left behind“. Pemerintah harus mampu mengakomodasi siapa saja, termasuk kaum difabel dalam kegiatan perekonomian sehari-hari.

Oleh karena itu Dubes RI, Niniek K. Naryatie terkesan dengan Mateo Salvatto pencipta aplikasi berbasis Android khusus untuk kaum difabel. Mateo adalah pemuda Argentina usia 19 tahun menciptakan aplikasi Hablalo yang dapat membantu kaum difabel (khususnya yang tuli dan bisu) untuk berkomunikasi dengan orang non difabel.

Dalam pertemuannya dengan Dubes Niniek di KBRI (12/09/2018), ia menyatakan bahwa “ide ini berangkat dari minimnya fasilitas yang memadai bagi kaum difabel di Argentina, khususnya yang bisa membantu mereka berkomunikasi”. Akibatnya, kesempatan kerja bagi kaum difabel, walaupun mereka berpotensi menjadi minim, lanjutnya.

Aplikasi ini memiliki fitur menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam bahasa lisan dan sebaliknya. Aplikasi yang masih dalam bahasa Spanyol ini juga membantu pengguna dengan simbol-simbol yang mudah digunakan. Saat ini, Hablalo telah memiliki 40.000 pengguna dan Mateo berharap aplikasi yang dapat diunduh gratis di Google Play ini kelak bisa dipasang di berbagai fasilitas publik di Argentina sehingga kaum difabel mendapatkan pelayanan publik yang baik. Saat ini Hablalo telah digunakan oleh pemerintah Provinsi Buenos Aires di beberapa fasilitas publik.

Mateo adalah pemuda cerdas yang mendapatkan berbagai penghargaan nasional dan internasional karena capaiannya yang menonjol. Tahun 2017 ia menjadi juara pertama kompetisi robotika internasional robotraffic di Technion Institute of Technology, Haifa. Sebelumnya ia menerima penghargaan karir elektronik dari ORT Argentina. Mateo juga punya pengalaman di bidang roket. Bersama timnya dan bekerjasama dengan CONAE, Komisi Nasional Luar Angkasa Argentina, telah meluncurkan dua roket eksperimentalnya.  Di usia 18 tahun ia juga memenangkan kompetisi aplikasi nasional ENACOM dan Cholas Occurrentes. Teknologi pertama dan pengembangan patennya adalah aplikasi Hablalo.

Mateo yang dibesarkan di lingkungan difabel karena ibunya adalah instruktur bahasa isyarat, memiliki empati yang tinggi kepada kaum difabel sehingga mengembangkan ilmunya agar berkontribusi pada pemberdayaan bagi kaum difabel. Sebagai ilmuwan muda sekaligus pelaku ekonomi kreatif, Dubes Niniek mengajak Mateo untuk mempromosikan ekonomi kreatif kepada kaum muda di Indonesia dan bahwa kegiatan ekonomi kreatif juga bisa diarahkan untuk peduli pada kebutuhan kaum difabel.

“Karena pada akhirnya, tujuan pembangunan nasional yang inklusif harus mampu mengintegrasikan siapapun tanpa memandang usia, fisik maupun keterbatasan dalam usaha membangun bangsa. Ini yang kita harapkan dapat diinspirasikan oleh Mateo”, lanjut Dubes Niniek.

Related posts

Leave a Reply