Event, Umum  

Charity Concert For Selat Sunda

3Fenomena alam di negara Indonesia yang berada di wilayah “Ring of Fire” memang luar biasa beragam. Banyak orang yang mengasumsikan hal ini dengan bencana, musibah. Letusan gunung berapi, gempa bumi, angin puting beliung, tsunami, longsor, dan sebagainya, menjadi fenomena yang dalam 20 tahun ke belakang, semakin sering terjadi di Indonesia.
Belum kering air mata kita untuk teman-teman di Lombok, Palu dan Donggala, di akhir tahun kita harus kembali dihadapkan dengan peristiwa tsunami di Selat Sunda, yang membuat 430 saudara kita meninggal dunia, 1.495 luka-luka, dan 159 hilang.
Kejadian yang sangat mengagetkan itu terjadi di musim libur hari raya, ketika tempat wisata di sekitar Banten dan Lampung Selatan sedang dipenuhi pengunjung.
Kaget? Tentu saja. Banyak saksi mata yang mengatakan tsunami datang tanpa aba-aba. Tidak ada sirene. Bahkan tidak ada suara. Kehilangan dan duka tentu saja dirasakan saudara kita yang terluka, menjadi korban, kehilangan saudara, rekan dan orang-orang terdekatnya. Kehilangan itu bahkan dirasakan juga oleh kita semua. Sebagai saudara satu bangsa.
Karena itu Mia Ismi, Armiya Husein, Devi Silvia Fitriawan, Kiel Dharmawel juga dibantu oleh Widi Dwinanda, berinisiasi untuk melakukan konser amal, penggalangan dana dan sumbangan bagi saudara-saudara kita yang terkena dampak dari kejadian tsunami Selat Sunda. Walaupun persiapan acara ini bisa dibilang sangat singkat (4 hari), tetapi Armiya, Mia dkk ingin menyuguhkan konser yang dikemas dengan baik, menghibur dan memiliki makna bagi yang berpartisipasi maupun tamu yang hadir.
when & where
Charity Concert for Selat Sunda berlangsung pada tanggal 29 Des 2018, bertempat di Loop Station Cafe, Jln Mahakam no 3, Bulungan, Jakarta Selatan. Pukul 14.00-18.00 WIB
How:
Konser amal ini tidak hanya diisi dengan suguhan musik, tetapi juga diselingi dengan pembacaan puisi, cerpen, narasi mengenai pentingnya kesadaran tanggap bencana, garage sale, lelang, video dan kiat-kiat menghadapi bahaya tsunami dan gempa bumi, bahkan kesaksian dari salah seorang korban selamat tsunami Selat Sunda.
Para seniman dan artist yang menjadi pengisi acara ini pun sangat beragam, dan lintas generasi. Mia mengatakan sangat mengapresiasi para seniman yang ketika ditanyakan kesediaannya langsung mengatakan ya, tanpa panjang lebar. Padahal memang situasi saat ini sedang menjelang libur akhir tahun. Sungguh sebuah bentuk solidaritas yang luar biasa.
Acara ini dimeriahkan oleh seniman senior Putu Wijaya,  Prof. Sapardi Djoko Damono, Niniek L Karim, Tio Pakusadewo, Ayu Dyah Pasha, Jubing Kristianto, juga Andre Dinuth, Hiroaki Kato, Rega Dauna, Ade Firman Hakim, Wanda Omar, Mia Ismi, Widi Dwinanda, Armiya Husein, Kiel Dharmawel, Moorsz, Dana Omar, Tiwu Rayie, Vokal Grup UI 2018, Gearda Dewantara, Ignatius Yosef Adrianta dan Nasyarizky Ersandy. Dipandu MC Nova Adriyanti, Gede Jody Balinda, Wishnu Sudarmadji, juga penampilan spesial dari tim Dongeng Tanggap Bencana.
Prof. Sapardi Djoko Damono tampil membawakan puisi yg beliau tulis ketika tsunami Aceh 26 Desember 2004 terjadi, berjudul “Hari Itu Ahad”. Beliau membaca puisi yang sangat menyentuh bersama para aktor senior dan junior Indonesia: Niniek L Karim, Tio Pakusadewo, Widi Dwinanda, dan Ade Firman Hakim.
Putu Wijaya membuat penonton menitikkan air mata, membacakan sebuah cerita pendek karya beliau yang mencoba me-manusia-kan tsunami. Dengan berapi-api bapak Putu Wijaya menceritakan kisah itu pada penonton.
Pengisi acara musik tampil memukau dibuka dengan home band bersama penyanyi perempuan Tiwu Rayi, disambung dengan penampilan Vokal Grup UI 2018, Ade Firman Hakim, duet Mia Ismi dan Kiel Dharmawel, jamming session Wanda Omar-Andre Dinuth-Rega Dauna-Dana Omar, duo Moorsz, duet Hiroaki Kato dan Armiya Husein. Penampilan musik diselingi dengan wawancara korban selamat tsunami (nama tidak disebutkan), serta sharing session dari Dongeng Siaga Bencana.
Dilanjutkan penampilan puisi ibu Ayu Dyah Pasha dan mas Jubing Kristianto, beserta lelang barang-barang yg memiliki makna bagi ibu Ayu dan CD lagu bertanda tangan dari mas Jubing. Ditutup dengan penampilan puisi original beserta visual multimedia dari Widi Dwinanda, serta pemberian donasi dari Info Media dan Loop cafe kepada panitia, dan penyerahan donasi panitia kepada Dompet Dhuafa.
Acara ini didukung oleh Loop Station Cafe, Telkomsel, CASIO, SPM Production, Dompet Dhuafa dan Andri Adriansyah & Wood dari A2vmg
Sumbangan berupa uang dapat diberikan langsung di lokasi acara kepada panitia atau melalui rekening jenius (btpn) no akun 90011188522. Atau $dvtriawan . Sumbangan total yang terkumpul saat event berlangsung adalah Rp. 7.630.000. Dan langsung diserahkan kepada tim Dompet Dhuafa sebagai penyalur.
Pada saat acara berlangsung sumbangan barang berupa pakaian dewasa dan anak-anak didonasikan oleh pengunjung kepada panitia. Dan pasca acara langsung didistribusikan melalui Dompet Dhuafa.
Panitia masih membuka rekening utk donasi korban bencana sampai pada tanggal 6 Januari 2019. Gelombang kedua sumbangan dana dan pakaian akan didistribusikan tanggal 7 Januari 2019.
Sumbangan berupa barang (selimut, pakaian, obat-obatan, tenda, bahan makanan, pakaian dalam, masker, buku, dsb)
Dapat langsung menghubungi :
Mia Ismi (081289449621)
Armiya (082111238832)
Devi (08999207078)
Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini, baik para pengisi acara, komunitas yang hadir, maupun para penonton dapat memiliki cara pandang baru dalam menanggapi kejadian-kejadian alam di negara kita. Selain memberikan bantuan moral dan materi, juga dapat membuat pola pikir yang lebih tangkas, tanggap dan solutif dalam menghadapi fenomena alam di negara yang kaya akan keragaman alam dan budaya ini. (Widi)