Bekasi, 19 Desember 2021 – Sebagai perwujudan sinergi antara pendekatan agama dan kesadaran lingkungan, Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) menggelar Gerakan Sedekah Sampah (GRADASI) Akbar: “Kolaborasi Mengubah Sampah Menjadi Barokah” pada Minggu (19/12) di Masjid Baitul Makmur, Perumahan Telaga Sakinah, Kab. Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan yang turut bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia, dan United Nation Development Program (UNDP) Indonesia, serta didukung oleh Danone Indonesia ini berhasil mengumpulkan 6,8 ton sampah yang disedekahkan oleh warga sekitar masjid yang didominasi oleh sampah kertas, kardus dan gabruk. Selain pengumpulan sampah, kegiatan ini juga menjadi simbolisasi diluncurkannya website GRADASI dan serah terima kotak sedekah sampah untuk Masjid Penggerak, Masjid Baitul Makmur, Bekasi. Ada pula kegiatan bazar produk olahan sampah dan lelang barang bekas, serta area edukasi untuk anak-anak.
Kegiatan GRADASI Akbar ini merupakan kegiatan lanjutan dari Serial Workshop 1 GRADASI bertajuk “Potensi Sampah sebagai Penggerak Ekonomi dan Pemberdayaan Umat” yang telah dilaksanakan pada November lalu di tempat yang sama. Jika kegiatan sebelumnya ditargetkan untuk para pengurus masjid, kegiatan kali ini bertujuan untuk mengajak masyarakat sekitar untuk mensedekahkan sampahnya, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya mulai pilah sampah dari rumah dan mengelola sampah dengan tepat. Setelah dilaksanakannya kegiatan workshop sebelumnya, telah ada 15 masjid binaan yang ikut mengaplikasikan GRADASI. Harapannya dengan terlaksananya GRADASI Akbar ini, dapat menambah keikutsertaan masjid lainnya dalam GRADASI.
Dalam sambutannya, Rofi Alhanif selaku Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah Kementerian Bidang Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan bahwa “saat ini, sedekah tidak selalu identik dengan uang, tapi juga sampah. Kegiatan GRADASI ini menciptakan peluang bagi semua orang untuk bersedekah”, ujar Rofi. Rofi Alhanif berharap sampah yang disedekahkan dapat menjadi berkah dan dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Ia juga mengapresiasi GRADASI AKBAR di hari ini yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan produsen karena sinergi seperti ini merupakan hal yang diharapkan dapat terjadi untuk meningkatkan pengelolaan sampah di masyarakat.
“GRADASI dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk perubahan perilaku masyarakat agar lebih peduli dan sadar pentingnya memilah sampah dari rumah dan melakukan pengolahan sampah dengan pendekatan keagamaan. Sampah yang disedekahkan semoga dapat menjadi berkah dan dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Sinergi seperti inilah yang diharapkan dapat terjadi di masyarakat. Kita merupakan bagian dari masyarakat yang harus turut membantu menjaga lingkungan untuk dapat mengurangi dampak perubahan iklim,” ujar Rofi.
R. Sofyan mewakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi yang hadir dalam kegiatan tersebut menekankan mengenai urgensi permasalahan sampah di Kabupaten Bekasi, ia juga berharap agar kegiatan GRADASI dapat menyelesaikan permasalahan sampah yang terjadi di daerahnya. “Kabupaten Bekasi menghasilkan sampah 2000 ton/hari namun TPA hanya dapat menampung 700 ton/hari sehingga sisanya berpotensi mengalami kebocoran ke sungai yang akan berakhir di laut. Pesisir Kabupaten Bekasi juga mengalami abrasi karena mangrovenya tidak dapat tumbuh karena adanya sampah, sehingga saya harap kegiatan GRADASI dapat mendukung pengurangan sampah di masyarakat sehingga kebocoran sampah ke lingkungan dapat berkurang.”
Kegiatan ini pun disambut dengan baik oleh Hayu S. Prabowo selaku Direktur LPLH MUI yang mengatakan bahwa GRADASI merupakan suatu bentuk dakwah, “dakwah tidak hanya melalui lisan namun juga tindakan/aksi. Diharapkan melalui gerakan ini dapat memperkuat ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah sehingga ukhuwah wathaniyah menjadi kuat,” ungkap Hayu.
Selain itu dalam laporannya, Ahmad Bahri Rambe selaku National Project Manager Marine Plastic Litter Reduction UNDP Indonesia menyampaikan, “kita sebagai negara muslim terbesar di dunia namun dikenal sebagai salah satu penghasil sampah laut terbesar di dunia. Gerakan Sedekah Sampah Indonesia ini menjadi salah satu upaya dalam peningkatan kesadaran masyarakat dimana masjid menjadi pusatnya. Diharapkan masjid dapat menjadi garda terdepan dalam membantu pemerintah untuk mencapai target pengurangan 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025.”
Saat ini, pendekatan keagamaan sangat penting, karena selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, pendekatan agama juga dapat mengedukasi dan memberi contoh baik untuk mengelola sampah sesuai dengan syariat terhadap fatwa tentang kebersihan. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di laut. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dimana didalamnya terdapat target penanganan sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025. Melalui Perpres ini, dibentuk pula Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) yang memberikan arahan-arahan strategis bagi kementerian/lembaga untuk menangani permasalahan sampah laut.
Kegiatan ini juga turut didukung oleh Danone Indonesia. Karyanto Wibowo selaku Director of Sustainable Development of Danone Indonesia juga menyampaikan bahwa “Danone Indonesia berkolaborasi dengan GRADASI karena kami percaya usaha mengurangi sampah dan berkontribusi dalam usaha pemerintah mengurangi dampak ke laut sampai dengan 70% di 2025 harus dimulai dari level akar rumput salah satunya pengelolaan sampah rumah tangga dan rumah ibadah. Komitmen konkrit kami mendukung gradasi dengan membeli sampah terkumpul untuk dibawa ke Recycling Business Unit (RBU) di Tangerang Selatan untuk kemudian diolah menjadi bahan baku produk AQUA.”
Dalam kolaborasi ini Danone juga memberikan edukasi melalui modul Sampahku Tanggungjawabku (Samtaku) dan akan terus mendukung kegiatan GRADASI. “Danone Indonesia akan terus mendukung gerakan ini karena sejalan dengan Gerakan #BijakBerplastik yang memiliki fokus pengumpulan, edukasi dan inovasi,” tambah Karyanto.
Gerakan Nasional Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) ini merupakan aksi nyata untuk mencegah pencemaran sampah plastik di laut dari darat dengan melibatkan masyarakat dalam kebiasaan memilah dan mengolah sampah dengan tepat melalui pendekatan keagamaan. Ajakan sedekah sampah ini merupakan solusi konkret menerapkan prinsip pengelolaan sampah yang berkelanjutan karena didasarkan pada penyelarasan tiga pilar, yaitu pilar lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2018 tentang Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH), sebanyak 72 persen masyarakat di Indonesia tidak peduli akan sampah. Pemahaman yang salah terhadap sampah, sangat berdampak pada cara memperlakukan sampah. Selain itu, Survei Literasi Digital Nasional 2020 yang dilakukan Katadata Insight Center bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi menemukan bahwa keluarga dan tokoh agama merupakan sumber informasi yang paling banyak dipercaya masyarakat. Berdasarkan survey tersebut, sebanyak 50,6 persen responden menjawab memiliki kepercayaan tinggi untuk informasi yang bersumber dari tokoh agama. Oleh karena itu, penyadartahuan dan edukasi kepada masyarakat melalui pendekatan agama seperti GRADASI ini dapat dijadikan sebagai solusi jangka pendek maupun jangka panjang untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia.
Kegiatan GRADASI Akbar ini pun mendapatkan banyak respon positif dan dukungan dari masyarakat sekitar masjid, menurut mereka gerakan ini dapat menjadi solusi dalam penanganan sampah di rumahnya, serta menjadi bekal ibadah juga, “alhamdulillah senang sekali dengan adanya gerakan sedekah sampah ini karena dapat mengedukasi masyarakat dan anak-anak khususnya di Perumahan Telaga Sakinah. Selain itu, dengan adanya GRADASI ini juga membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Penghasilan dari penjualan ini juga dapat kami gunakan untuk biaya operasional masjid, majelis taklim, dan lainnya,” ungkap Dwi yang merupakan salah satu warga Telaga Sakinah, Kab. Bekasi.
Sedekah Sampah diharapkan dapat menjadi sebuah gerakan perubahan perilaku masyarakat yang diaplikasikan dan diterapkan di seluruh Indonesia. Tidak hanya untuk mewujudkan pengurangan dan pengelolaan sampah di masyarakat, tetapi juga untuk meningkatkan kesalehan individu dan memaksimalkan peran masjid sebagai unsur penting dalam menjalankan kegiatan perubahan perilaku terutama bagi umat Islam.