Surakarta Berpotensi Jadi Gerbang Promosi IKM Mebel untuk Perluas Ekspor

Surakarta merupakan salah satu sentra pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) mebel dan kerajinan. Terdapat lebih dari 150 pelaku IKM mebel dan kerajinan di Surakarta yang produknya mampu berdaya saing di pasar dalam negeri, bahkan telah menembus pasar ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa dan Timur Tengah.

”Surakarta juga menjadi pilihan yang tepat sebagai tempat promosi produk IKM mengingat kota ini termasuk salah satu destinasi utama bagi wisatawan mancanegara,” kata Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mewakili Menteri Perindustrian pada acara Peluncuran Omah Mebel dan Kerajinan di Gedung Badan Koordinasi Wilayah II Banjarsari, Surakarta, Senin (20/11).

Gati berharap, Omah Mebel dan Kerajinan ini sebagai gerbang peningkatan promosi dan pemasaran produk IKM mebel dan kerajinan asal Jawa Tengah khususnya Surakarta di kancah global, sehingga memberikan kesempatan kepada pembeli potensial untuk melihat dan menegosiasikan bisnisnya secara langsung dengan para pelaku IKM. ”Multiplier effect ini akan berdampak positif bagi masyarakat dan tentunya bagi para pelaku IKM,” tuturnya.

Peserta yang mengisi rumah promosi tersebut adalah IKM mebel dan kerajinan binaan Kemenperin, yang tergabung dalam anggota Koperasi Industri Mebel dan Kerajinan Asal Solo Raya (KIMKAS). “Jadi, rumah ini merupakan kolaborasi antara Kemenperin, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Surakarta, KIMKAS dan Bank Rakyat Indonesia (BRI),” ungkapnya.

Dalam acara ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah memberikan dukungan anggaran untuk memfasilitasi IKM mebel dan kerajinan sebanyak 31 stan. Selain itu, diadakan peluncuran produk ekspor KIMKAS sebagai hasil pembinaan dan pengembangan IKM mebel dan kerajinan oleh Kemenperin.

”Direktorat Jenderal IKM juga telah memfasilitasi mesin pengering kayu (kiln dryer) kepada KIMKAS, memfasilitasi mesin peralatan kayu (auto planner) kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan memfasilitasi mesin peralatan kerajinan logam kepada pemerintah Kabupaten Boyolali,” sebut Gati.

Selanjutnya, memfasilitasi mesin peralatan pengolahan kayu (band saw dan mesin diesel horizontal 4 langkah) kepada pemerintah Kab. Gunung Kidul, dan memfasilitasi penunjang produksi IKM cangkul di Klaten berupa mesin gerinda tangan, mesin potong, mesin blower keong, dan mesin las listrik inverter.

Beberapa bantuan pembinaan juga telah diberikan seperti memfasilitasi program e-Smart IKM kepada KIMKAS, bimbingan desain furnitur kepada anggota KIMKAS, memfasilitasi perpanjangan SVLK kepada KIMKAS, serta perjanjian kerja sama antara Indobambu dan Indo Lestari Gunung Kidul dengan KIMKAS dalam hal pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu dan pameran produk IKM furnitur Solo Raya.

Gati optimistis, melalui program dan kebijakan tersebut, industri mebel dan kerajinan nasional dapat semakin tumbuh dan berkembang. ”Kami berharap target nilai ekspor mebel dan kerajinan pada tahun 2018 akan mencapai USD2 miliar dolar atau meningkat dibanding tahun ini sebesar USD1,06 miliar, sehingga 2019 dapat mencapai sekitar USD2,5 miliar,” ungkapnya.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Surakarta Adi Dharma Santoso mengatakan, pasar ekspor mebel dan kerajinan Indonesia ke Amerika Serikat sudah cukup lama. Pihaknya sedang membidik pasar baru seperti ke Afrika dan Amerika Selatan.

Menurutnya, untuk ekspor mebel dan kerajinan dari Solo dan sekitarnya hampir mencapai 50 persen ke pasar Amerika, serta sisanya ke Eropa, Asia dan Australia. Kontribusi nilai ekpor mebel dan kerajinan Jawa Tengah sebesar USD700 juta per tahun.

Related posts

Leave a Reply