Seremonia.id – Rabu, 18 Mei 2022, Menteri Perdagangan Indonesia mengatakan dia memperkirakan harga minyak goreng akan stabil setelah program untuk mendistribusikan pasokan bersubsidi mencapai 10.000 lokasi di seluruh negeri.
Kementerian perdagangan dan perusahaan makanan negara ID Food pada hari Selasa meluncurkan skema yang memungkinkan rumah tangga berpenghasilan rendah untuk membeli hingga dua liter minyak goreng sehari dengan harga 14.000 rupiah per liter.
Dilansir dari Reuters, program ini telah mencapai 1.200 lokasi pada hari Rabu dan diharapkan mencapai 2.500 pada akhir minggu, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan kepada wartawan.
Indonesia menghentikan ekspor minyak sawit mentah dan turunannya pada 28 April dengan harapan bahwa menyiram pasar domestik dengan produk makanan pokok akan menahan kenaikan biaya minyak goreng, tetapi harga tetap tinggi.
Minyak goreng yang terjangkau di dalam negeri akan menjadi prasyarat untuk setiap pembicaraan pelonggaran larangan ekspor, kata Lufti.
“Mudah-mudahan dengan menjangkau 10.000 lokasi di seluruh tanah air pada kesempatan paling awal kita dapat menstabilkan keterjangkauan dan ketersediaan (minyak goreng) di seluruh Indonesia,” kata Lutfi seraya menambahkan bahwa banyak lokasi akan mewakili sekitar 60% hingga 70% pasar Indonesia.
“Kami berharap kami dapat mencapai stabilitas pada kesempatan paling awal dan baru setelah itu kami dapat berbicara tentang relaksasi ekspor,” tambahnya.
Pejabat pemerintah mengatakan larangan ekspor sawit akan dicabut jika harga minyak goreng curah turun menjadi Rp 14.000 per liter secara nasional. Pada Selasa, harga rata-rata adalah 17.200 per liter, data kementerian menunjukkan.
Indonesia adalah pengekspor minyak sawit terbesar dan keputusannya untuk menghentikan ekspor telah mengejutkan pasar minyak nabati global yang telah melihat sebagian besar pasokan minyak bunga matahari dihilangkan karena perang di Ukraina.
Pada hari Selasa, ratusan petani kelapa sawit melakukan unjuk rasa di ibu kota Jakarta menuntut penghapusan penghentian ekspor karena penyimpanan di pabrik penuh dan penyulingan mulai berhenti membeli buah sawit.