Naik 27 Persen, Ekspor Gula Semut Nasional Lampaui USD 48 Ribu

Industri gula semut atau gula merah bubuk di dalam negeri mampu menghasilkan produk yang diminati pasar internasional. Hal ini dibuktikan dari permintaan ekspor gula semut yang terus meningkat, di mana tahun 2014 tercatat senilai USD34,7 ribu menjadi USD48 ribu pada 2017 atau naik sekitar 27 persen.

“Ekspor gula semut ini memiliki potensi yang bagus untuk mendorong perekonomian kita. Terlebih lagi, seperti di Purworejo ini memiliki sumber bahan baku yang cukup banyak berupa pohon kelapa atau pohon aren,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Pelepasan Ekspor Gula Semut di Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/5).

Kementerian Perindustrian mencatat, Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah pelopor untuk penghasil gula semut di Jawa Tengah. Pengelolaannya dilakukan oleh Koperasi Wanita Srikandi dengan perkiraan produksi sebanyak 75 ton per bulan.

Baca juga  PT Padang Palma Permai - Dampingi Petani Sawit (KUD Pentagon) Dalam Pembangunan Kebun Plasma di Kab. Aceh Timur - Aceh

“Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang,” ungkap Menperin. Permintaan ekspor ini tidak terlepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produknya.

“Gula semut ini juga dibutuhkan banyak di Indonesia, terutama untuk bahan baku pembuatan kecap manis. Jadi, selama masih ada gado-gado atau sate, gula semut pasti terus dibutuhkan,” tutur Airlangga. Pada kesempatan tersebut, Menperin memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Purworejo yang konsisten mengembangkan industri gula semut yang berdaya saing seiring dengan bantuan mesin dan peralatan yang diberikan oleh Kemenperin.

Baca juga  Wapres JK Instruksikan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Pasca Gempa Bumi di Lombok Dipercepat

“Kami juga tengah mendorong pengembangan pohon kelapa hibrida karena akan lebih mudah untuk pascapanennya, cukup menggunakan dodos” ujarnya. Kabupaten Purworejo juga memiliki potensi untuk komoditas minyak goreng kelapa yang selama ini bahan bakunya dipasok oleh kelompok petani. Potensi lannya, produksi kayu terutama jenis Sengon sebagai bahan baku industri furnitur dan kerajinan.

Selaku pembina industri gula semut, gula tebu, minyak goreng kelapa dan furnitur kayu, Kemenperin berkomitmen untuk membantu Kabupaten Purworejo dalam pengembangan sektor-sektor tersebut. “Untuk itu, kami memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan pengolahan gula semut dan mesin pengemas minyak goreng kelapa kepada Koperasi Wanita Srikandi,” tutur Dirjen Indutri Agro Panggah Susanto.

Di samping itu, juga diberikan mesin dan peralatan pengolahan gula tebu kepada Koperasi Tebu Mandiri Purworejo dan Mesin peralatan furnitur dan pengolahan kayu kepada Kelompok Usaha Pengrajin Kayu Karya Abadi dan EMHA Craft. “Diharapkan dengan adanya bantuan mesin dan peralatan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi dan mutu sehingga memacu ekspor dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purworejo serta membuka peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” paparnya.