Peran Manusia dalam Era Kecerdasan Buatan

Seremonia.id – Pada era 1970-an, perkembangan teknologi cerdas seperti komputer dan perangkat lunak semakin pesat. Istilah “industri 4.0” muncul dalam pertemuan di Hannover Fair pada April 2011. Industri pada era ini melibatkan sistem cerdas dan otomatisasi dalam perindustrian, dengan pengumpulan dan analisis data yang konsisten. Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin mulai menjadi hal yang sering dibicarakan.

Saat ini, mesin cerdas seperti chatbot dan robot telah hadir. Chatbot dapat dengan cepat menjawab berbagai pertanyaan, dan teknologi kendaraan dapat mengemudi secara otomatis. Namun, muncul kekhawatiran baru bahwa teknologi ini akan menggantikan tenaga kerja manusia.

Irzan Raditya, CEO & Co-Founder KATA.AI, menyatakan bahwa dalam perbandingan dengan revolusi industri sebelumnya, peran manusia dalam beberapa pekerjaan memang akan digantikan. Namun, teknologi juga menciptakan pekerjaan baru seiring berjalannya waktu.

Dalam diskusi mengenai apakah teknologi AI membuat manusia menganggur, Irzan menyatakan bahwa AI sebagai alat virtual telah membantu manusia meningkatkan produktivitas. Meskipun AI hadir sebagai alat, manusia tetap menjadi yang paling unggul dalam berpikir, merasakan, dan menggabungkan semuanya dalam pengambilan keputusan. Menurutnya, bekerja dengan AI dapat menghasilkan hasil yang luar biasa.

Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), juga menyampaikan pendapat serupa. Ia tidak setuju bahwa AI akan sepenuhnya menggantikan peran manusia, meskipun mengakui adanya penurunan lapangan kerja saat transformasi digital dimulai. Menurut Semuel, pemerintah dapat mengatur perilaku terkait penggunaan AI melalui undang-undang yang telah diatur dalam UU ITE.

Untuk beradaptasi dengan perubahan dalam era industri 4.0, pemerintah Indonesia menyadari perlunya langkah-langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia unggul di bidang digital. Setidaknya 600 ribu orang perlu memiliki literasi digital setiap tahunnya.

Ada dua program utama yang dilakukan dalam persiapan transformasi digital ini. Pertama, literasi digital untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang transformasi digital. Ada empat pilar yang dibangun, yaitu keterampilan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Kedua, program Beasiswa Talenta Digital yang disediakan oleh Kemkominfo untuk meningkatkan pemahaman dalam dunia digital. Program ini bertujuan untuk mempersiapkan keterampilan baru guna mengisi pekerjaan baru dalam transformasi digital.

Semuel juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah menghitung jumlah profesi yang dibutuhkan dalam bidang perlindungan data pribadi, seperti jabatan Pejabat Perlindungan Data (DPO). Selain itu, profesi pemasaran digital dan kreasi konten juga muncul dalam era transformasi ini. Semuel menekankan pentingnya beradaptasi dan menjadi produktif dalam menghadapi peluang-peluang baru.

Teknologi AI telah menjadi topik pembicaraan selama 50 tahun dan saat ini telah digunakan dalam skala yang lebih besar. Namun, adopsi teknologi AI di sektor swasta dan pemerintah membutuhkan waktu yang tepat dan sinkronisasi dengan kesiapan masyarakat terhadap era digital baru ini.

Melalui proses sinkronisasi ini, kekhawatiran tentang hilangnya beberapa pekerjaan dapat diimbangi dengan munculnya peluang kerja baru.