Pertumbuhan Produksi IKM Yogyakarta Lampaui 17 Persen

Industri Kecil dan Menengah (IKM) di wilayah Yogyakarta mengalami pertumbuhan produksi yang cukup signifikan. Terjadi pertumbuhan hingga 17,28 persen pada periode triwulan IV 2017 bila dibandingkan dengan periode yang sama di 2016 (y-on-y) mencapai 17,28 persen. Peningkatan tersebut, jauh melampaui pertumbuhan industri di tingkat nasional sebesar 4,59 persen.

“Salah satu sektor yang menjadi penopang IKM di Yogyakarta adalah industri kreatif. Pengembangan potensi IKM, khususnya di sektor industri kreatif menjadi program prioritas yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih pada acara pembukaan Pameran Produk Unggulan Kerajinan Jogja Istimewa di Plasa Pameran Industri, Jakarta, Selasa, (17/4).

Gati menjelaskan, upaya tersebut sejalan dengan amanah Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Ekonomi Kreatif, yang menegaskan komitmen pemerintah untuk membangun ekonomi kreatif dengan tujuan tumbuhnya industri-industri kreatif yang mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.

“Kita juga menyadari bahwa kerajinan Indonesia memiliki pasar yang terus meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa para penggiat IKM kerajinan menjadi salah satu tombak ekonomi kerakyatan yang tahan terhadap krisis ekonomi global,” paparnya.

Dalam memacu produktivitas IKM, Gati menyampaikan, pihaknya telah menjalankan berbagai program, seperti peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis, serta penggunaan teknologi terkini dengan program restrukturisasi mesin dan peralatan.

Baca juga  Merayakan Imlek dengan Spektakuler: Solo Imlek Festival dan Grebeg Sudiro

“Guna meningkatkan akses pasar, Kemenperin memiliki program e-Smart IKM yang telah bekerja sama dengan beberapa marketplace dalam negeri,” tuturnya. Melalui e-Smart ini, produk IKM didorong untuk memasuki pasar online, sehingga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas karena dapat diakses oleh konsumen dari berbagai daerah.

“Penggunaan teknologi digital atau teknologi internet dalam salah satu rantai pasok IKM ini merupakan penerapan revolusi industri 4.0 yang saat ini sedang berkembang. Saat ini, digitalisasi menjadi salah satu faktor pendorong berubahnya pola pemasaran dari sistem offline menjadi online,” jelasnya.

Gati menambahkan, di tengah-tengah upaya pembangunan ekonomi, sentra-sentra IKM sebagai basis ekonomi kerakyatan, perlu terus dikembangkan. “Semangat berkarya dan berkreasi perlu difasilitasi melalui kemudahan untuk mempromosikan karya-karya dari para pelaku IKM nasional. Salah satunya memfasilitasi kegiatan pamaeran, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.

“Perlu diingat bahwa dalam era globalisasi, produk IKM harus didukung dengan kualitas atau mutu yang baik dan tentunya memiliki standar. Strategi yang perlu dibangun untuk bersaing di pasar global itu, antara lain dilakukan melalui pengembangan inovasi desain dan produk,” tuturnya.

Baca juga  Kemitraan Strategis Prodia dengan Abbott Hadirkan Hasil Tes Laboratorium yang Lebih Cepat Melalui Peningkatan Efisiensi

Pameran Produk Unggulan Kerajinan Jogja Istimewa diikuti sebanyak 50 IKM binaan Dekranasda Yogyakarta yang terdiri dari IKM batik, lurik, perak, kayu, rajut, kulit, fesyen, dan makanan olahan. Pameran ini berlangsung selama 17-20 April 2018 dan dibuka untuk umum mulai pukul 09.00-16.00 WIB.

Program brandustri

Di samping itu, Gati mengungkapkan, salah satu fokus program Ditjen IKM tahun 2019 adalah memperkuat pemasaran produk sektor industri, khususnya produk IKM melalui program e-Smart IKM. “Kami akan menjalankan program Brandustri yang merupakan program penguatan branding produk industri dalam negeri, terutama di tengah pertarungan pasar bebas di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” tuturnya.

Program tersebut bertujuan untuk menciptakan brand IKM Indonesia agar tak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga dikenal di kancah internasional. “Dalam rencana program lainnya, Ditjen IKM juga akan fokus pada pengembangan kemasan produk di setiap daerah,” lanjut Gati.

Guna mendukung program kemasan IKM, Ditjen IKM akan mengintegrasikan klinik kemasan pusat dengan klinik kemasan di daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, serta meningkatkan inovasi kemasan dan bahan kemasan di setiap daerah dan memperkenalkan teknologi di UPT Kemasan.

Gati menjelaskan, kegiatan bertajuk “Kemasan IKM to Global” ini berupa peningkatan kualitas kemasan termasuk desain kemasan melalui program pelatihan, workshop, dan pendampingan. “Kegiatan selanjutnya yakni kerja sama internasional, baik melalui Asian Packaging Asociation maupun langsung ke negara maju, melalui workshop dan pendampingan oleh desainer ahli dari luar negeri, seperti Jepang dan Taiwan,” jelasnya.

Baca juga  Berdasar Penelitian Sophos di Asia Pasifik dan Jepang, Pendidikan, Kepemimpinan, dan Pendanaan yang Tidak Memadai Menjadi Hambatan Utama Kesiapsiagaan Keamanan Siber

Ditjen IKM juga akan menyusun buku desain IKM 2019 untuk referensi IKM dalam membuat desain produk, serta mengadakan pameran dan pemberian penghargaan untuk kemasan produk IKM dan juga mengadakan program pengenalan teknologi food processing dan packaging yang sehat seperti di UPT makanan dan minuman Sidoarjo.

Pada tahun 2019, Ditjen IKM akan memfokuskan dekonsentrasi IKM pada program Wirausaha Baru (WUB) dalam bimbingan teknis dan pendampingan mendapat legalitas usaha, program One Village One Product(OVOP) dan pemberian sertifikasi halal. “Kegiatan Pendampingan dan Fasilitasi Perizinan dilakukan kepada Wirausaha IKM yang sudah dibina oleh Dekonsentrasi hingga tahun 2018, nantinya tim penyuluh lapangan IKM didorong untuk membantu IKM mendapat legalitas usaha,” kata Gati.