UGM dan Unesco Mengembangkan Konsep Pendidikan Berkelanjutan di DIY

Universitas Gadjah Mada, Unesco dan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) menginisiasi pengembanganan konsep pendidikan pembangunan berkelanjutan untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan diajarkan di lingkungan perguruan tinggi, sekolah dan pengabdian kepada masyarakat. Konsep pendidikan berkelanjutan ini diharapkan akan mempercepat pencapaian dari17 target Sustainable Development Goals (SDGs).

Hal itu mengemuka dalam General Echo Workshop yang bertajuk mengintegrasikan Konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan pada Kurikulum Pendidikan Tinggi, Pendidikan Guru dan Pengabdian kepada Masyarakat di Indonesia yang berlangsung di ruang seminar University Club UGM, Selasa (20/3). Workshop yang dilaksanakan selama tiga hari ini diikuti peserta dari perwakilan perguruan tinggi dan sekolah di DIY, diantaranya UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, Universiats Sanata Dharma, UAD, SMAN 8 Yogyakarta, SMKN 1 Depok, SMKN 4 Yogyakata, SMKN 6 Yogyakarta dan Dinas Dikpora DIY.

Baca juga  Acer Dorong Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan di Papua Selatan

Salah satu inisiator pelaksanaan wokshop tersebut, Dr. Ir Agus Maryono, mengatakan Unesco mendorong perguruan tinggi di Asia Tenggara untuk aktif menginisiasi pengembangan konsep pendidikan pembangunan berkelanjutan untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan tingkat dasar, menengah dan pendidikan tinggi. “Konsep ESD ini harus diinternalisasikan dalam bentuk silabus kegiatan belajar dan mengajar,” kata Agus ditemui di sela-sela pelaksanaan workshop.

Agus mencontohkan salah satu bentuk realisasi konsep ESD (Education for Sustainable Development) yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar tidak lagi lebih banyak di dalam kelas, tetapi di luar kelas dan di lapangan. “Lebih banyak belajar di lapangan atau luar kelas,” kata Dosen Teknik Sipil UGM ini.

Baca juga  Kunjungi Pondok Pesantren di Lamongan, Mendikbud Titipkan Rumus 5C untuk Para Santri

Selain itu, peserta didik juga lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat dalam memahami berbagai persoalan untuk dicarikan solusinya. Dalam konsep ESD, menurut Agus, ada tiga pilar yang ditekankan, yakni bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. “Ketiganya menjadi tiga pilar penting dalam konsep ESD,” katanya.

Menurutnya, apabila konsep ESD ini sudah berjalan dalam kurikulum maka indikasinya adalah setiap aktivitas yang dilakukan para dosen, guru dan peserta didik selalu berkaitan era dengan konsep pendidikan pembangunan berekelanjutan.

Ushio Miura, Programme Spesialist, Unesco Bangkok, mengatakan pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik namun mentransformasikan kemampuan bagi lulusan untuk selalu memiliki pemikiran untuk selalu berorientasi menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi dan lingkungan. “Mereka memiliki rasa ingin tahu, ingin melakukan dan ingin belajar mentransformasikan diri pada masyarakat,” katanya.

Baca juga  FK UPH bersama Kemenristekdikti Adakan Kuliah 3D Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia Dan Penyakit Yang Mengancam

Konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, kata Miura, memerlukan inovasi dan partisipasi para pengajar untuk memotivasi peserta didik agar berperan dan ambil bagian dalam program pembangunan berkelanjutan.