Mengoptimalkan Potensi Emas Hijau untuk Kemakmuran Nasional

Seremonia.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah berkomitmen untuk mengawal hilirisasi komoditas kelautan dan perikanan di seluruh daerah Indonesia. Salah satu program unggulan dalam hal ini adalah hilirisasi rumput laut.

Program hilirisasi rumput laut telah berhasil dilaksanakan di Kabupaten Buleleng, Bali, dan menghasilkan produk bernilai tambah sekitar 200 ton setiap bulannya. Keberhasilan program ini menjadikannya sebagai percontohan nasional bagi hilirisasi rumput laut yang dilakukan oleh KKP.

Pembinaan mutu industri rumput laut dilakukan secara sinergis dan berkala antara pembina mutu pusat di Direktorat Pengolahan Bina Mutu Ditjen PDSPKP dan pembina mutu daerah di Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Bali. Hasilnya, hilirisasi rumput laut di Bali mampu menghasilkan ekstrak dan butiran rumput laut yang berkualitas.

Produk hilirisasi rumput laut ini telah menjangkau pasar ekspor, terutama pasar India, selain pasar domestik. Keberhasilan hilirisasi rumput laut di Bali ini diharapkan dapat dijadikan contoh bagi daerah lain agar masyarakat juga dapat turut merasakan manfaatnya.

Baca juga  Menparekraf Ingatkan Pentingnya Protokol Kesehatan Jelang Pembukaan Wisata Bali

Unit Pengolahan Rumput Laut (UPRL) di Bali telah menyerap sekitar 66 orang tenaga kerja yang terlibat mulai dari budi daya, pengolahan, hingga distribusi. UPRL ini juga mampu menyerap bahan baku sekitar 400 ton rumput laut setiap bulannya yang diperoleh dari daerah Buleleng, Klungkung, Denpasar, Banyuwangi, Situbondo, Sumenep, Lombok Timur, dan Sumbawa.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia di sektor kelautan dan perikanan. Pada tahun 2020, total produksi rumput laut nasional mencapai 5,01 juta ton basah. Produksi tersebut terdiri dari rumput laut yang dihasilkan di laut sebanyak 4,66 juta ton basah dan rumput laut di tambak sebanyak 351 ribu ton basah.

Nilai produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2020 mencapai Rp22,8 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp22,3 triliun berasal dari rumput laut yang dihasilkan di laut, sedangkan sisanya sebesar Rp541,5 miliar berasal dari rumput laut yang dihasilkan di tambak.

Baca juga  KETIKA KEHANCURAN YANG KAMU ALAMI BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA | Motivasi Merry | Merry Riana

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi rumput laut di Indonesia terdistribusi di 23 provinsi. Lima provinsi dengan produksi rumput laut terbesar adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Pada tahun 2020, produksi rumput laut di Sulawesi Selatan mencapai 1,63 juta ton basah, menjadikannya sebagai provinsi dengan produksi terbesar. Di posisi kedua, Nusa Tenggara Timur menghasilkan 1,03 juta ton basah. Sementara itu, produksi rumput laut di Kalimantan Utara mencapai 441,1 ribu ton basah, diikuti oleh Sulawesi Tengah dengan 419,9 ribu ton basah, dan Nusa Tenggara Barat dengan 402,6 ribu ton basah.

BPS juga mencatat bahwa rumput laut Indonesia memiliki peran penting dalam pasar global rumput laut. Menurut data International Trade Center, pada tahun 2018, ekspor rumput laut Indonesia dalam bentuk bahan mentah menduduki peringkat pertama di dunia dengan jumlah mencapai 205,76 ribu ton.

Baca juga  Tahun 2018, Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Tetap Prioritas

Dengan potensi yang besar ini, hilirisasi rumput laut menjadi langkah strategis dalam memanfaatkan emas hijau dari lautan untuk kemakmuran nasional. Melalui program hilirisasi yang berkelanjutan, diharapkan produksi dan nilai tambah rumput laut Indonesia terus meningkat, memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat dan negara.