Menghilangkan Mitos Migrasi Mesin Virtual untuk Tim TI Perusahaan

31 Juli 2024 – Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya beban kerja TI, kebutuhan untuk memperbarui infrastruktur data center yang digunakan untuk menjalankan virtual machines (VM) semakin mendesak. Robert Hormuth, Vice President AMD, menyoroti pentingnya modernisasi ini dalam konteks meningkatnya kebutuhan komputasi dan pemanfaatan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML).

Robert Hormuth adalah Wakil Presiden Korporat, Arsitektur dan Strategi di Data Center Solutions Group (DSG) di AMD. Robert memiliki pengalaman 35 tahun di industri komputer, bergabung dengan AMD pada tahun 2020 setelah 13 tahun di Dell sebagai CTO unit Bisnis Server, 8 tahun di Intel, dan 11 tahun di National Instruments. Di AMD, Robert bertugas menciptakan visi sistem jangka panjang untuk DSG dan mengidentifikasi persyaratan teknis/implikasi untuk portofolio DSG. Robert memiliki gelar B.S. di bidang Teknik Elektro dan Komputer dari University of Texas di Austin dan saat ini memegang lebih dari 30 paten.

Tantangan Infrastruktur Lama

Infrastruktur lama cenderung tidak mampu menangani beban kerja modern secara efisien. Server yang sudah berumur antara 3-5 tahun akan mengalami penurunan kinerja, konsumsi energi yang lebih tinggi, dan risiko keamanan yang meningkat. Meskipun demikian, banyak CIO dan pengambil keputusan TI yang ragu untuk melakukan migrasi VM karena mitos yang mengelilingi proses tersebut.

Read More

Mitos dan Realitas Migrasi VM

Mitos 1: Migrasi Dingin Memerlukan Reboot dan Downtime

Realitas: Reboot adalah bagian standar dari migrasi VM antar arsitektur hardware. Praktik ini serupa dengan penerapan sistem operasi, aplikasi, dan patch keamanan. Dengan memanfaatkan redundansi dalam lingkungan aplikasi, sistem dapat tetap tersedia selama pemeliharaan rutin dan pembaruan penting. Alur kerja mendasar ini sudah digunakan oleh profesional TI selama bertahun-tahun.

Mitos 2: Migrasi Langsung dalam Lini Produk Vendor Mudah dan Efisien

Realitas: Migrasi langsung mungkin terlihat mudah jika tidak ada pergantian vendor, tetapi ada biaya tersembunyi yang membatasi dalam jangka pendek dan panjang. VM yang bermigrasi ke server baru tanpa mengganti vendor tidak dapat memanfaatkan instruksi baru, fitur keamanan terkini, dan perbaikan bug. Migrasi dingin, seperti yang dilakukan oleh Prowess Consulting dalam waktu kurang dari 30 menit untuk 40 VM, menawarkan lebih banyak manfaat jangka panjang.

Mitos 3: Migrasi Memerlukan Penghentian yang Lama

Realitas: Migrasi tidak perlu dilakukan dalam satu langkah. Dengan konfigurasi yang sangat tersedia, sistem dapat dimigrasikan secara bertahap. Alat open-source seperti VMware® Architecture Migration Tool (VAMT) mempermudah proses ini dengan fitur seperti Change window support, memungkinkan migrasi multi-tingkat dengan hampir nol downtime.

Kesimpulan

Perusahaan perlu merangkul evolusi data center untuk memenuhi kebutuhan komputasi AI dan ML. Migrasi VM bukanlah proses yang mahal dan rumit seperti yang diyakini banyak orang. Dengan memanfaatkan alur kerja yang sudah ada dan alat inovatif, tim TI dapat melakukan migrasi dengan percaya diri, mengoptimalkan sumber daya, dan memperkuat pertahanan keamanan.

Migrasi VM membuka jalan bagi integrasi teknologi mutakhir, seperti AI dan ML, serta meningkatkan efisiensi data center secara keseluruhan. Langkah ini bukan hanya penting untuk memenuhi tuntutan komputasi masa depan, tetapi juga untuk memastikan operasi yang lebih andal dan efisien.

Dengan menghilangkan mitos seputar migrasi VM, perusahaan dapat melangkah menuju data center yang lebih modern dan efisien, siap untuk tantangan teknologi masa depan.

Related posts

Leave a Reply