Mengenang Lailatul Qadar: Tradisi Kirab Malem Selikuran di Solo

Infografis: Instagram @kraton_solo

Solo – Pada hari Minggu, tanggal 31 Maret 2024, Keraton Surakarta, yang juga dikenal sebagai Kraton Solo, akan mengadakan sebuah prosesi unik yang bernama “Kirab Malem Selikuran” untuk memperingati Lailatul Qadar, atau Malam Ketetapan dalam kepercayaan Islam. Acara ini merupakan bagian penting dari tradisi keraton dalam menyambut Lailatul Qadar, sebuah malam di bulan Ramadan yang dianggap oleh umat Islam lebih baik dari seribu bulan.

Prosesi Kirab

Prosesi ini dijadwalkan akan dimulai pada pukul 19:00 WIB dari keraton menuju Kupel Segaran di Taman Sriwedari. Rute tersebut dipenuhi dengan penonton yang antusias untuk menyaksikan tradisi tahunan ini. Prosesi dipimpin oleh pejabat keraton dan diikuti oleh parade seni Jawa tradisional.

Baca juga  Cilpafest: Seru-seruan Bareng Musik Keren di Tomohon tanggal 27 Juni!

Tumpeng Sewu: Simbol Keutamaan

Salah satu sorotan dari acara ini adalah persembahan yang dikenal sebagai “tumpeng sewu”. Tumpeng adalah hidangan nasi yang berbentuk kerucut yang sering digunakan dalam upacara Jawa. Dalam acara ini, seribu tumpeng disiapkan, melambangkan keutamaan dari malam seribu bulan. Tumpeng-tumpeng tersebut disusun dengan indah dan dibawa selama prosesi.

Malam Seribu Bulan

Lailatul Qadar adalah malam spesial dalam kalender Islam. Dipercaya sebagai malam ketika ayat-ayat pertama dari Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Tradisi Kirab Malem Selikuran dari Keraton Surakarta adalah cara menghormati malam yang signifikan ini.

Lebih dari Sekedar Prosesi

Selain menjadi sebuah perayaan spiritual yang mendalam, Kirab Malem Selikuran juga merupakan ajang pembelajaran dan pelestarian budaya Jawa. Lewat kirab ini, Keraton Solo tidak hanya mempertunjukkan kekayaan tradisi dan seni lokal, tetapi juga mengajak masyarakat untuk merenungkan dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Lailatul Qadar.

Baca juga  Peranan Smart Home+City Indonesia 2018 dalam Mendukung Program Pemerintah Mewujudkan 100 Smart City di Indonesia

Dengan melibatkan elemen-elemen budaya seperti musik gamelan, tarian tradisional, dan pakaian adat Jawa, Kirab Malem Selikuran menjadi sarana efektif dalam mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya. Acara ini mengajak seluruh peserta dan penonton untuk lebih menghargai dan merenungkan makna kebersamaan, keberkahan, dan kedalaman spiritual yang ditawarkan oleh tradisi ini.

Sebagai bagian dari tradisi yang kaya akan nilai dan makna, Kirab Malem Selikuran di Kraton Solo menawarkan lebih dari sekadar pengalaman budaya; ia merupakan refleksi dari kepercayaan, sejarah, dan identitas budaya yang mendalam, mengajak kita semua untuk merenung dan bersyukur atas keberkahan dan keutamaan yang terkandung dalam Lailatul Qadar.