Laporan Keuangan Kuartal I Tahun 2018

Jakarta, 24 April 2018 – PT Astra International Tbk (Grup Astra atau Perseroan) Laporan Keuangan Kuartal I Tahun 2018

Ikhtisar

  • Laba bersih per saham turun 2% menjadi Rp123
  • Pangsa pasar mobil dan motor menurun
  • Volume penjualan alat berat, kontraktor penambangan dan pertambangan diuntungkan dengan meningkatnya harga batu bara
  • Laba bersih agribisnis menurun akibat pelemahan harga

“Grup Astra diperkirakan akan terus mendapat keuntungan dari harga batu bara yang stabil, sementara persaingan di pasar mobil diperkirakan semakin meningkat”.

Prijono Sugiarto Presiden Direktur

Kinerja Keuangan Konsolidasian

  Pada periode yang berakhir 31 Maret
2018

Rp miliar

2017*

Rp miliar

Perubahan

%

Pendapatan bersih 55.822 48.780 14
Laba bersih** 4.980 5.078 (2)
  Rp Rp  
Laba bersih per saham 123 125 (2)
  31 Maret 2018

Rp miliar

31 Desember 2017

Rp miliar

Perubahan

%

Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk*** 128.973 123.780 4
  Rp Rp  
Nilai aset bersih per saham*** 3.186 3.058 4

* Disajikan kembali sehubungan dengan penerapan PSAK No. 69: Agrikultur

** Laba bersih adalah laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yaitu pemegang saham Astra International.

*** Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan nilai aset bersih per saham didasarkan pada ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Kinerja keuangan selama tiga bulan pertama yang berakhir pada 31 Maret 2018 dan 31 Maret 2017 serta posisi keuangan per 31 Maret 2018 disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan tidak diaudit. Posisi keuangan per 31 Desember 2017 telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan telah diaudit sesuai dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

Laporan Presiden Direktur

Tinjauan Kinerja

Grup Astra mengalami penurunan kinerja pada sebagian segmen bisnisnya, khususnya pada segmen otomotif dan agribisnis, dimana penurunan ini lebih tinggi dari pada peningkatan kinerja pada segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi.

Kinerja

Pendapatan bersih konsolidasian Grup meningkat 14% menjadi Rp55,8 triliun, seiring dengan peningkatan pendapatan terutama berasal dari bisnis alat berat dan pertambangan serta otomotif.

Laba bersih konsolidasian Grup mencapai Rp5,0 triliun, turun 2% dibandingkan dengan laba bersih konsolidasian Group pada periode yang sama tahun lalu.

Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.186 pada 31 Maret 2018, naik 4% dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2017.

Nilai utang bersih, di luar Grup jasa keuangan, mencapai Rp2,4 triliun, dibandingkan dengan nilai kas bersih Rp2,7 triliun per 31 Desember 2017, terutama disebabkan oleh investasi Grup di jalan tol, GO-JEK, dan belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan. Anak perusahaan Grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp44,8 triliun, dibandingkan dengan Rp46,1 triliun pada akhir tahun 2017.

Kegiatan Bisnis

Kontribusi dari tiap-tiap segmen bisnis terhadap laba bersih konsolidasian Astra International pada periode ini adalah sebagai berikut:

Laba bersih yang diatribusikan kepada PT Astra International Tbk
Untuk periode yang berakhir 31 Maret
2018

Rp miliar

2017*

Rp miliar

Perubahan

%

Otomotif 2.109 2.288 (8)
Jasa Keuangan 1.060 1.124 (6)
Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi 1.518 902 68
Agribisnis 283 629 (55)
Infrastruktur dan Logistik (23) 67 (134)
Teknologi Informasi 27 26 4
Properti 6 42 (86)
Laba bersih yang diatribusikan 4.980 5.078 (2)

* Disajikan kembali sehubungan dengan PSAK No. 69: Agrikultur

Otomotif

Laba bersih dari bisnis otomotif Grup menurun 8% menjadi Rp2,1 triliun, terutama disebabkan oleh meningkatnya kompetisi di pasar mobil.

Penjualan mobil secara nasional meningkat 3% menjadi 292.000 unit. Namun, penjualan nasional mobil Astra menurun sebesar 12% menjadi 142.000 unit yang disebabkan oleh kompetisi yang semakin ketat sehingga pangsa pasar Astra menurun dari 57% menjadi 49%. Grup telah meluncurkan tujuh model baru dan dua model revamped selama periode ini.

Penjualan sepeda motor nasional meningkat sebesar 4% menjadi 1,5 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) stabil sebesar 1,1 juta unit, disebabkan oleh pengelolaan inventori dalam rangka peluncuran beberapa model utama, yang mengakibatkan pangsa pasar AHM menurun dari 77% menjadi 73%. Grup telah meluncurkan satu model baru dan lima model revamped selama periode ini.

PT Astra Otoparts Tbk, bisnis komponen Grup, mencatat penurunan laba bersih sebesar 1% menjadi Rp146 miliar, meskipun terdapat kenaikan pendapatan sebesar 11%. Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari perusahaan patungan dan entitas asosiasi, yang terkena dampak dari kerugian translasi mata uang asing

Jasa Keuangan

Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup turun 6% menjadi Rp1,1 triliun, disebabkan oleh penurunan kontribusi dari PT Bank Permata Tbk (Bank Permata).

Sektor bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami penurunan total pembiayaan sebesar 5% menjadi Rp19,7 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan Grup yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat penurunan sebesar 17% menjadi Rp225 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya provisi kerugian pembiayaan pada segmen low cost car. PT Federal International Finance (FIF), yang fokus pada pembiayaan roda dua, mencatat kenaikan laba bersih sebesar 22% menjadi Rp542 miliar, terutama disebabkan oleh portofolio pinjaman yang semakin meningkat.

Total pembiayaan yang dikucurkan oleh perusahaan pembiayaan alat berat Grup menurun 35% menjadi Rp846 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman kepada konsumen alat berat kecil dan menengah.

Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih sebesar Rp164 miliar dibandingkan dengan Rp453 miliar yang dicatatkan pada kuartal pertama tahun lalu. Hasil kinerja kuartal pertama tahun lalu diuntungkan oleh one-off gain atas penjualan non-performing loan. Di luar one-off gain tersebut, laba bersih meningkat terutama disebabkan oleh penurunan biaya provisi dari Rp670 miliar pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp465 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) dan bersih (net NPL) Bank Permata relatif stabil pada akhir Maret 2018, masing-masing sebesar 4,6% dan 1,7%.

PT Asuransi Astra Buana, perusahaan asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp247 miliar, disebabkan meningkatnya keuntungan investasi. Selama periode ini, perusahaan patungan bersama asuransi jiwa Grup, PT Astra Aviva Life, menambah 78.000 nasabah baru asuransi jiwa perorangan dan 411.000 nasabah baru asuransi program kesejahteraan karyawan.

Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi

Laba bersih dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi Grup meningkat sebesar 68% menjadi Rp1,5 triliun.

PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 69% menjadi Rp2,5 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan kontraktor penambangan serta kegiatan pertambangan, sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara.

Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 38% menjadi 1.171 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat. PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 6% menjadi 26,5 juta ton dan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 22% menjadi 207 juta bank cubic metres. Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 36% menjadi 2,6 juta ton.

PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal yang 80,1% sahamnya dimiliki UT dan mulai beroperasi pada akhir tahun 2017, berhasil mencatatkan penjualan batu bara sebesar 111.000 ton.

PT Acset Indonusa Tbk (Acset), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 27% menjadi Rp39 miliar, diakibatkan oleh peningkatan pendapatan terutama dari proyek-proyek konstruksi infrastrukturnya.

Agribisnis

Laba bersih dari segmen agribisnis Grup turun 55% sebesar Rp283 miliar.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan penurunan laba bersih sebesar 55% menjadi Rp355 miliar, terutama karena menurunnya harga minyak kelapa sawit (CPO). Harga rata-rata minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 12% menjadi Rp7.855/kg, sementara penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 17% menjadi 480.000 ton.

Infrastruktur dan Logistik

Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat kerugian bersih sebesar Rp23 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp67 miliar pada kuartal pertama tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol Cikopo-Palimanan yang diakuisisi Grup pada semester pertama tahun 2017.

Portofolio Grup pada bisnis jalan tol mencapai 353 km, di mana 269 km telah beroperasi. Tol Tangerang-Merak sepanjang 72,5 km yang dioperasikan PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 14% menjadi Rp253 miliar. Pada jalan tol Jombang-Mojokerto sepanjang 40,5 km, sepanjang 39,6km telah beroperasi secara penuh pada bulan September 2017 dan mencatat pendapatan sebesar Rp39 miliar pada kuartal pertama 2018. Jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 km, yang 45% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 4% menjadi Rp296 miliar. Sedangkan 40,1 km dari 72,6 km ruas jalan tol Semarang-Solo, yang 40% sahamnya dimiliki Grup, telah beroperasi, dan mencatatkan pendapatan sebesar Rp50 miliar atau 36% lebih tinggi dari kuartal pertama tahun sebelumnya.

Grup juga memiliki 40% saham di jalan tol Kunciran-Serpong sepanjang 11,2 km dan 25% saham di jalan tol Serpong-Balaraja sepanjang 39,8km, dimana kedua tol tersebut masih dalam tahap pengembangan.

PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami kenaikan laba bersih sebesar 45% menjadi Rp58 miliar, disebabkan oleh kenaikan marjin bisnis pembiayaan dan sewa mobil, meskipun terjadi penurunan sebesar 4% pada kontrak sewa kendaraan.

Teknologi Informasi

Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup naik 4% menjadi Rp27 miliar.

PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat kenaikan laba bersih menjadi Rp35 miliar, terutama disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari semua segmen bisnisnya.

Properti

Divisi properti Grup melaporkan laba bersih sebesar Rp6 miliar dibandingkan laba bersih Rp42 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya pengakuan laba dari proyek Anandamaya Residences dimana proyek tersebut telah memasuki tahapan akhir sehingga persentase penyelesaiannya lebih rendah.

Arumaya, proyek residensial yang 60% sahamnya dimiliki Grup, yang berlokasi di Jakarta Selatan, telah memulai pemasaran pada bulan Maret 2018 dan dijadwalkan selesai dibangun pada 2022.

PT Astra Land Indonesia (ALI), yang 50% sahamnya dimiliki oleh Grup dan memiliki 67% saham PT Astra Modern Land (AML), sedang mengembangkan lahan seluas 67 hektar di wilayah Jakarta Timur dan pada kuartal pertama tahun 2018 telah memulai aktivitas pemasaran untuk dua kluster pertama rumah tapak.

Aksi Korporasi

Pada bulan Februari 2018, Grup menginvestasikan US$150 juta untuk kepemilikan saham minoritas di GO-JEK, perusahaan teknologi multi-platform terkemuka di Indonesia, yang menyediakan akses ke berbagai macam layanan dari transportasi dan pembayaran hingga jasa antar makanan, logistik serta berbagai layanan on-demand lainnya.

Prospek Bisnis

Grup Astra diperkirakan akan terus mendapat keuntungan dari harga batu bara yang stabil, sementara persaingan di pasar mobil diperkirakan semakin meningkat.