Konferensi Pendidikan Agama Inklusif III

Konsorsium Belanda-Indonesia untuk Hubungan Muslim-Kristen (Netherlands-Indonesia Consortium for Muslim-Christian Relations/NICMCR) menggelar konferensi guna mengembangkan pendidikan agama inklusif di kedua negara di ruang seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono Universitas Kristen Duta Wacana pada Selasa, 8 Mei 2018.

Menurut Prof. Dr. Muhammad Machasin dari UIN Sunan Kalijaga pendidikan agama inklusif perlu dikembangkan. Bukan berarti semua agama diajarkan, namun memberi ruang bagi keberadaan orang lain yang berbeda agama. “Kita tidak bisa belajar agama hanya dari buku, namun membutuhkan perjumpaan sosial untuk berkomunikasi dengan penganut agama yang lain. Itu sangat penting bagi Indonesia,” paparnya.

Sementara Prof. Dr. Ruard Ganzevoort selaku pembicara dari Vrije Universiteit Amsterdam mengatakan bahwa orang beragama sebaiknya tidak membicarakan kebenaran, namun kebijaksanaan. “Umat beragama sebaiknya berpijak pada persamaan, bukan perbedaan. Para pemimpin agama harus dididik supaya bersikap inklusif dan ada toleransi,” ungkapnya.

Sebelum konferensi ini, pada tahun 2016 telah diadakan Konferensi yang pertama di Ambon, yang lalu dilanjutkan dengan Pertemuan Pakar di Amsterdam pada 2017. Sebagian dari materi yang dipaparkan dalam konferensi ini berasal dari makalah-makalah yang merupakan tindak lanjut dari dua konferensi sebelumnya, dan akan diterbitkan dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) pada tahun 2018 dan 2019. Konferensi ketiga ini melibatkan akademisi maupun praktisi pendidikan selaku narasumber.

 

Related posts

Leave a Reply