JAKARTA, 26 Juni 2018 – Priceza Indonesia, sebagai salah satu pelopor mesin pencari belanja (shopping search engine) dan platform pembanding harga di Indonesia, mengungkapkan fakta menarik tentang 5 kota di Indonesia dengan jumlah pembelanja online terbesar dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Perkembangan industri e-commerce semakin menggeliat di Indonesia. Lembaga riset Statista memperkirakan nilai penjualan ritel dari industri ini di Indonesia adalah sekitar 7 milyar USD di tahun 2017, dan diproyeksikan terus naik hingga menembus dua kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun kedepan.
Kita mudah menjumpai banyaknya platform digital yang memfasilitasi belanja online dengan memberikan kemudahan pada penggunanya. Baik itu dari sisi kepraktisan, keamanan, kecepatan, dan tentu saja potongan harga yang tercermin dari taktik kampanye promosinya.
Hasilnya, calon pembeli tidak ragu untuk beralih dari metode pembelian konvensional menjadi serba online. Merespon fenomena pergeseran preferensi ini, maka menjadi penting dan menarik untuk mengetahui peta demografi pasar digital di Indonesia. Dari manakah mayoritas dari mereka berasal? Apakah mereka didominasi gender tertentu? Dari perangkat apakah mereka mengakses informasi?
Kota dengan jumlah pembelanja online teraktif
Berdasarkan temuan Priceza, terdapat lima kota besar di Indonesia yang menjadi sumber utama dari kunjungan (traffic) ke berbagai toko online, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar. Ada tiga catatan menarik yang saling terkait satu sama lain dari data ini: komposisi, konsistensi, dan populasi.
Selama 3 tahun berturut-turut, komposisi nama kota yang menjadi sumber utama kunjungan tidak berubah sama sekali. Mereka adalah Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar.
Komposisi ini pun menduduki peringkat yang nyaris selalu konsisten sesuai urutan tersebut. Ada sedikit pengecualian di tahun 2016, Ketika Bandung berhasil menggeser Medan di peringkat ketiga, namun dengan selisih yang begitu tipis.
Terakhir, menarik untuk dicermati bahwa urutan kota-kota ini pun mencerminkan peringkat dalam hal populasi. Inilah lima kota terbesar di Indonesia dalam hal populasi, yang juga seragam dengan urutannya dalam hal kota dengan pembelanja online terbanyak.
Ini menunjukkan bahwa penetrasi internet di kota-kota besar di Indonesia memang cukup tinggi dan merata. Seperti dikutip dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di kawasan perkotaan (urban) mencapai 72,4% di tahun 2017.
Sebagai tambahan, menarik untuk dicermati bahwa ada tren kenaikan dari kelima kota tersebut dari tahun ke tahun. Di 2015, kota-kota tersebut berkontribusi tidak sampai 50% dari total kunjungan. Sedangkan di tahun 2017 kondisinya berubah drastis, di mana 80% lebih kunjungan berasal dari kota terbesar di Indonesia.
Dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pengunjung dari kota atau desa kecil semakin tenggelam dibandingkan kota utama tadi. Hal ini segaris dengan survei APJII, yang menemukan penetrasi internet di daerah kota kecil dan pedesaan baru nyaris mencapai angka 50%.
Demografi pembelanja online di Indonesia
Secara tradisional, perempuan sering diasosiasikan sebagai gender yang senang berbelanja. Sekadar referensi tambahan dari APJII, perbandingan persentase pengguna internet wanita berbanding laki-laki pun tidak terlalu jauh, hanya 48,6% – 51.4%. Jadi, apakah hal yang sama berlaku dalam konteks pembelanja online? Jawabannya tidak.
Priceza mengungkapkan bahwa pria merupakan pembelanja online mayoritas di Indonesia. Dan hal ini bukan sesuatu yang baru ataupun anomali, karena telah terjadi selama 3 tahun berturut-turut dengan selisih proporsi yang signifikan.
Dalam tiga tahun terakhir, pembelanja daring pria berkontribusi sekitar 63% – 67%, sedangkan wanita hanya sekitar setengahnya (33 – 37%). Memang ada tren kenaikan proporsi genderperempuan dalam tiga tahun terakhir, tetapi tidak terlalu mencolok.
Titik akses belanja online
Mayoritas pengunjung Priceza mengakses dari ponsel cerdasnya, dengan persentase yang signifikan dan tren yang terus positif, dari 68% di tahun 2015 hingga 80% di tahun 2017.
Sementara itu, jumlah pengguna dari desktop tergerus dari 26% hingga 17%. Di luar dikotomi itu, sebagian kecil pengunjung mengakses dari peranti alternatif.
Menurut Bayu Irawan, Co-Founder & Country Head Priceza Indonesia, “sebagaimana disadari dan dialami oleh kita semua, kini kita telah memasuki era seluler (mobile). Dan hal yang sama juga berlaku untuk ranah e-commerce”.
Bayu juga menambahkan, “hal ini sepertinya disadari oleh para pemain di industri ini, yang dapat dijumpai responnya dalam rupa pengembangan aplikasi (atau ‘app’) ataupun promo yang mendorong penggunaan aplikasi. Implikasinya, kemudahan dan kenyamanan aplikasi ataupun tampilan seluler (mobile web) menjadi faktor krusial dalam memenangkan hati dan calon pembeli”.
Tidak diragukan lagi, tren seperti ini akan terus berlanjut dengan semakin dalamnya pengadopsian teknologi dan internet dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sudah siapkah kita hidup di era digital?