Yogyakarta, 11 April 2019 – Lecture Hall Pdt. Dr. Rudy Budiman Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dipadati oleh ratusan mahasiswa UKDW dan beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang mengikuti acara “Roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital”. Kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) bersama dengan KIBAR dan berkoordinasi dengan Biro Kerjasama dan Relasi Publik (BIRO IV) UKDW ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 April 2019.
Acara yang dibuka oleh Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D, menghadirkan pembicara yang berkompeten dalam bidangnya yaitu Sonny Hendra Sudaryana, S.T., M.MT selaku Kepala Seksi Penerapan Pemberdayaan Teknologi dan Infrastruktur Informatika Kemkominfo, Ade Syah Lubis selaku CEO Niagahoster, Aditya Cahyo selaku CEO Andil, Ray Rezky Ananda selaku Duta Revolusi Industri 4.0 dan CEO Bantuternak, Ide Yunianto selaku CEO Tengokin, serta Sebastian Alex Dharmawangsa selaku Head of Program Innovative Academy Gerakan 1000 Startup Digital.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital merupakan sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Gerakan yang ditujukan bagi generasi muda dan seluruh masyarakat yang berjiwa muda ini juga merupakan pembangun ekosistem startup digital di Indonesia.
Melalui gerakan ini diharapkan dapat melahirkan entrepreneur baru agar mampu membangun sebuah bisnis rintisan berbasis teknologi dan inovasi untuk menciptakan masa depan ekonomi digital dan meningkatkan jumlah unicorn di Indonesia. Gerakan Nasional 1000 Startup Digital berkomitmen untuk memberikan sebuah konten yang berkualitas, sehingga peserta merasakan adanya dorongan dari dalam diri sendiri untuk dapat melanjutkan perjalanan mereka ke tahapan ignition.
Sebastian Alex Dharmawangsa menjelaskan bahwa Gerakan Nasional 1000 Startup Digital membuka pendaftaran bagi masyarakat yang berkeinginan untuk membangun bisnis rintisan berbasis teknologi, dari mereka yang belum memiliki ide maupun yang sudah memiliki ide melalui hasil riset. “Dalam program ini, para peserta akan dibimbing selama 3-4 bulan untuk benar-benar membangun sebuah bisnis berbasis teknologi dari nol hingga dapat sustain,” jelasnya.
Pada saat sharing session, Ray Rezky Ananda menyebutkan bahwa aplikasi “Bantuternak” yang ia ciptakan bersama dengan timnya merupakan platform yang bisa mempertemukan peternak sapi dengan investor. “Aplikasi ini kami ciptakan sebagai wujud keprihatinan terhadap kondisi peternak sapi potong yang semakin turun dari waktu ke waktu. Melalui aplikasi Bantuternak, kami berusaha membantu peternak untuk mendapatkan modal awal dan memberikan pendampingan dalam proses penggemukan dan pembaruan informasi kepada investor,” imbuhnya. Adapun tujuannya adalah mengintegrasikan ekosistem ternak rakyat secara efisien dan produktif serta bernilai bisnis yang tinggi untuk kesejahteraan peternak dan berkontribusi terhadap kemandirian pangan.
Investor dapat memilih mitra peternak yang tersedia di aplikasi Bantuternak untuk mengisi kandang kosong. Setelah itu investor dapat memantau perkembangan ternak yang didanai. Bantuternak akan melakukan pendampingan dalam hal pembelian ternak, pakan, kesehatan, asuransi, dan peningkatan pengetahuan peternak. Hasil dan keuntungan penjualan akan dibagi kepada investor, peternak, dan tim manajemen Bantuternak. Bentuk bagi hasilnya dengan persentase 50 persen peternak, 30 persen investor, dan 20 persen tim manajemen Bantuternak.
Sementara itu Aditya Cahyo mengatakan bahwa “Andil” merupakan platform investasi crowdfunding yang fokus dalam pembiayaan usaha-usaha industri pertanian. “Fokus kami adalah mengembangkan agroindustri di Indonesia yang berperan dalam meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian. Melalui “Andil”, investor dapat turut ambil bagian dalam memiliki usaha pertanian yang dikelola oleh ahli yang berpengalaman dan profesional,” paparnya. Lebih lanjut Aditya memaparkan bahwa aplikasi “Andil” membantu petani dan pelaku usaha pertanian dalam mendapatkan akses permodalan untuk pembangunan industri pengolahan hasil pertanian, sehingga meningkatkan nilai dan kualitas produk pertanian di Indonesia. “Kami juga membina mereka dalam bentuk pelatihan dan edukasi tentang pertanian, penggunaan teknologi, dan akses pemasaran,” paparnya.
Di lain pihak Ide Yunianto menjelaskan bahwa “Tengokin” merupakan aplikasi yang membantu masyarakat untuk mengetahui kelengkapan dokumen, kondisi fisik, dan fitur mobil bekas yang akan dibeli secara menyeluruh dan dibantu oleh mekanik-mekanik yang berpengalaman. “Masalah yang sering dihadapi oleh calon pembeli mobil bekas adalah takut rugi, tidak dapat mengecek kondisi mesin secara mandiri sedangkan biaya cek mesin di bengkel resmi relatif mahal, dan adanya rasa tidak percaya terhadap mekanik yang direkomendasikan oleh penjual. Melalui aplikasi ini, calon pembeli mendapatkan informasi faktual mengenai kondisi mobil bekas, memberikan layanan yang tidak memihak dengan ahli yang memiliki kemampuan mengecek kondisi mobil sehingga pembeli tidak perlu datang untuk inspeksi, dan tentu saja dengan harga yang terjangkau,” terangnya.