Seremonia.id – Signify, pemimpin dunia di bidang pencahayaan, memperkenalkan konsep Green Switch di Indonesia saat mengikuti pameran yang diselenggarakan sebagai bagian dari Third Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (3rd EDM – CSWG) and Joint Environment and Climate Ministers’ Meeting (JECMM) di Bali Nusa Dua Convention Center Indonesia, pada 29 – 31 Agustus 2022. Pertemuan yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tersebut merupakan bagian dari rangkaian pertemuan menuju KTT G20 pada November tahun ini.
Sebagai inisiatif global Signify yang diluncurkan untuk mencapai tujuan ambisius European Green Deal, yaitu mewujudkan benua yang netral karbon pada 2050, konsep Green Switch dimaksudkan untuk membantu negara, kota, dan pemilik bisnis dalam mengurangi emisi karbon mereka, hanya dengan beralih dari lampu konvensional ke LED, dan pencahayaan terkoneksi melalui peningkatan pencahayaan untuk renovasi bangunan dan infrastruktur berkelanjutan, kota pintar, dan pembangunan infrastruktur digital yang dibutuhkan oleh ekonomi netral karbon.
Sebagai sebuah program, Green Switch Signify menyediakan banyak cara untuk berpartisipasi dengan cepat dan mudah melalui keenam inisiatif unggulan:
- Gelombang renovasi – Efisiensi energi melalui renovasi lingkungan binaan adalah kunci untuk mencapai tujuan netralitas karbon.
- Ekonomi sirkular – Pemikiran baru: gunakan – gunakan kembali – perbarui (use-reuse-regenerate). Dengan laju saat ini, ambil – buat – buang (take-make-dispose) akan menggunakan tiga kali lipat sumber daya bumi pada tahun 2050.
- Keanekaragaman Hayati – Produksi pangan menyumbang hampir sepertiga dari emisi gas rumah kaca (Greenhouse Gas/GHG). Mengurangi jarak tempuh distribusi makanan dan metode pertanian berkelanjutan mengurangi karbon dan membantu melindungi keanekaragaman hayati.
- Energi Bersih – Tingkatkan efisiensi energi saat terhubung ke energi terbarukan – sebagian besar emisi karbon berasal dari produksi energi.
- Mobilitas bersih – Untuk mencapai tujuan tersebut, transportasi darat, sejauh ini merupakan penghasil emisi tertinggi, harus secara radikal menghilangkan karbon sebesar 90% pada 2050.
- Digitalisasi – Beralih ke pencahayaan digital dapat menghilangkan 80% konsumsi energi terkait pencahayaan. Dengan sensor untuk mengumpulkan data dan komunikasi yang tertanam, pencahayaan dapat bergabung dengan ekosistem digital dan membantu mewujudkan potensi dekarbonisasi penuh dari solusi hijau.
“Sejak pemerintah Indonesia menetapkan targetnya menjadi nol emisi karbon pada 2060, Signify Indonesia sangat bersemangat dalam menghadirkan solusi inovatif untuk berkontribusi dan mendukung negara mencapai tujuan keberlanjutannya. Kami terbuka untuk ide-ide dan kolaborasi dengan pihak pemerintah maupun swasta, untuk menggali cara di mana produk, sistem, dan solusi pencahayaan kami dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata Dedy Bagus Pramono, Country Leader Signify Indonesia.
Pameran ini juga menghadirkan luminer cetak 3D Philips yang diproduksi oleh pabrik Signify di Serpong, Tangerang, untuk menyoroti program keberlanjutan perusahaan. Signify telah menjadi perusahaan pencahayaan pertama dan satu-satunya yang menerapkan teknologi 3D untuk produksi luminer skala industri, menggunakan benang polikarbonat 100% yang dapat didaur ulang, termasuk dari limbah CD dan jaring ikan. Luminer ini juga dirancang untuk digunakan kembali sepenuhnya di akhir masa pakainya sehingga menghindari limbah material.
Metode produksi menggunakan energi jauh lebih sedikit, menghasilkan 47% jejak karbon lebih rendah, dan menghemat lebih banyak karbon saat pengiriman karena 35% lebih ringan. Pada kesempatan ini, Signify dengan bangga memproduksi lampu meja cetak 3D berlogo G20 bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, yang diberikan kepada seluruh negara partisipan.
Selama pameran, Signify mendapat kehormatan untuk menjelaskan program Green Switch dan luminer cetak 3D kepada beberapa pejabat dan delegasi yang mengunjungi booth kami, termasuk Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Prof. Dr. Siti Nurbaya.