Serpong, Banten: “Does Democracy (Give) Power to the People or to Some?,” demikian pertanyaan menggelitik yang disampaikan Dian Sastrowardoyo, seorang ibu, aktivis, dan aktris, yang menyampaikan inspirational speech pada pelaksanaan Bali Democracy Students Conference (BDSC) yang pertama kali diselenggarakan bersamaan dengan Bali Democracy Forum ke-10, di ICE Serpong-Banten, Kamis (7/12).
Dalam pidato yang disampaikan di tengah-tengah 151 mahasiswa asing dari 61 negara, Dian Sastro menggarisbawahi bahwa demokrasi adalah suatu kenyamanan, kalau tidak bisa disebut kemewahan/luxury yang dalam pengalaman Indonesia, yang harus dibayar mahal pada tahun 1998.
Meskipun demikian, kerusuhan tahun 1998 telah membangkitkan kesadaran berdemokrasi Indonesia. Bertelsmann Stiftung’s Transformation Index (BTI) menunjukkan indikasi positif perkembangan demokrasi di Indonesia pasca kerusuhan Mei 1998.
Lebih lanjut Dian menyampaikan mimpi besarnya terhadap anak-anak bangsa di masa depan, saat perbedaan pendapat adalah suatu hal yang lumrah, dan semua orang nyaman meskipun “berbeda”.
Dian mengajak para generasi muda khususnya peserta BDSC untuk bersama-sama berkontribusi meninggalkan warisan bagi generasi penerus, yaitu: kebebasan (freedom), harapan (hope), dan perdamaian (peace)