Seremonia.id – Trellix, penyedia solusi keamanan siber melalui deteksi dan respons yang diperluas (Extended Detection and Response=XDR) untuk berbagai organisasi, yang berfokus pada percepatan inovasi teknologi melalui pembelajaran mesin dan otomatisasi hari ini memberikan gambaran mengenai permasalahan kurangnya tenaga ahli siber yang terjadi secara global serta solusi yang dapat membantu baik organisasi maupun perusahaan menghadapi tantangan tersebut, yaitu dengan memanfaatkan teknologi XDR.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Trellix menemukan bahwa banyak ahli keamanan siber di seluruh dunia merasa frustrasi dengan terbatasnya dukungan terhadap pengembangan keterampilan dan kemampuan, serta kurangnya pengakuan atas peran positif yang mereka lakukan untuk masyarakat. Sepertiga dari tenaga kerja siber saat ini berencana untuk berganti profesi di masa depan, sehingga hal tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa gelombang ‘The Great Resignation’ untuk industri keamanan siber belum mencapai puncaknya.
Jonathan Tan, Managing Director, Asia, at Trellix mengatakan, “krisis tenaga ahli siber telah terjadi selama bertahun-tahun. Beratnya tanggung jawab yang harus dihadapi serta pesatnya perkembangan ancaman siber membuat tenaga ahli yang ada saat ini harus bekerja lebih ekstra, sehingga mengakibatkan tekanan yang berlebih dan memberikan dampak negatif terhadap transformasi digital di wilayah Asia.”
Lebih lanjut, Jonathan juga memberitahukan bahwa hal tersebut akan semakin mempersulit organisasi di lapangan untuk menarik talenta terbaik yang dibutuhkan dalam melakukan transformasi digital tanpa menempatkan posisi di dalam radar penjahat siber. Perlu diketahui, sebuah penelitian terbaru oleh Trellix terhadap 500 tenaga ahli siber di Indonesia menemukan bahwa lebih dari sepertiga menghadapi 26 hingga 50 insiden keamanan siber setiap harinya, sementara 27% lainnya menangani insiden dengan jumlah dua kali lipat dari angka tersebut.
Kualitas dapat melampaui kuantitas
Kini, pencarian talenta keamanan siber tidak hanya menjadi prioritas di Indonesia, namun juga global. Dalam laporan yang sama, dikatakan 85% ahli keamanan siber percaya bahwa kekurangan tenaga kerja memengaruhi kemampuan organisasi untuk mengamankan sistem dan jaringan informasi yang semakin kompleks.
“Kuncinya bergantung pada bagaimana perusahaan menempatkan karyawannya sebagai inti dari praktik keamanan dan budaya tempat kerja mereka, agar dapat menarik pekerja lain yang lebih cerdas dan bermotivasi ke industri. Tidak kalah pentingnya dengan hal tersebut, upskilling pada tenaga kerja yang sudah ada juga sangat diperlukan baik dengan kemampuan teknis dan kompetensi diri seperti kecepatan belajar maupun berkolaborasi,” tambah Jonathan.
Meskipun industri keamanan siber terdengar menakutkan dari perspektif eksternal, karyawan dengan soft skill yang penting akan memiliki peluang besar untuk beradaptasi secara efektif dan dapat dipromosikan. Selain itu, organisasi dan perusahaan juga harus mengikuti perkembangan teknologi keamanan terbaru, serta teredukasi terhadap perubahan industri yang dinamis sehingga para pemimpin bisnis dapat memberikan peluang kepada karyawan untuk mengasah keterampilan mereka.
XDR memperluas dukungan untuk organisasi dari berbagai ukuran
Organisasi yang cerdas memahami bahwa mempekerjakan lebih banyak karyawan tidak dapat menjadi satu-satunya solusi. Ancaman siber akan tetap berlanjut untuk meningkat baik dalam jumlah dan ragam kecanggihannya yang menuntut organisasi untuk terus berinovasi dan beralih memanfaatkan alat teknologi yang efektif untuk mengatasinya.
Extended Detection and Response (XDR) – sebuah platform yang memungkinkan organisasi dari semua ukuran untuk menyederhanakan sistem keamanan mereka dan juga dapat mengurangi beban kerja stafnya. Dengan teknologi ini, perusahaan akan mampu memberikan karyawan lebih banyak ruang dan waktu untuk menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan efisien.
Hal tersebut dapat dicapai dengan tiga cara:
Pertama, XDR menggabungkan beberapa solusi keamanan dalam satu platform – artinya titik akhir (endpoints), email, network, dan cloud semuanya dapat terhubung dengan mudah. Selain dengan gambaran ekosistem keamanan yang lebih komprehensif, tim SecOps akan beradaptasi secara lebih baik dan melindungi permukaan serangan mereka.
Kedua, dengan mengotomatiskan alur kerja yang didukung oleh teknologi AI dan pembelajaran mesin, XDR dapat membantu meningkatkan keahlian manusia. Selain mengatur tindakan korektif dan respons otomatis secara real time, adanya peningkatan teknologi kecerdasan memudahkan antisipasi terhadap berbagai serangan serta mendeteksi ancaman dengan cepat. Dengan kata lain, XDR dapat selalu beroperasi tanpa harus membebankan tenaga manusia.
Terakhir, XDR menyediakan keahlian tertanam melalui beberapa buku pedoman defensif yang dapat memberikan saran mengenai taktik dan perlawan terhadap serangan siber. Ekosistem ini dirancang dengan kecerdasan terbaik di kelasnya, memberikan tim SecOps semua pengetahuan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan keamanan siber terbaik – sebelum, selama, dan setelah serangan.
“Pada akhirnya, industri keamanan siber menawarkan karir yang penuh makna dan tujuan yang banyak diidamkan oleh banyak talenta sekarang ini – namun ini hanya dapat menjadi mungkin jika perusahaan bersedia untuk berinvestasi dalam teknologi baru yang akan membantu menyederhanakan keamanan dan membawanya melampaui apa yang ada sekarang,” tutup Jonathan.