Kemenperin Gulirkan Program Kelapa Terpadu di Gorontalo

Kementerian Perindustrian fokus melaksanakan program hilirisasi industri berbasis sumber daya alam. Langkah strategis ini untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus juga menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas di wilayah setempat.

“Salah satu upaya yang kami sedang lakukan adalah mengangkat potensi industri kelapa di Provinsi Gorontalo melalui program kelapa terpadu,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Jumat (1/2).

Read More

 

Gati menjelaskan, pelaksanaan program kelapa terpadu merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ke Gorontalo, beberapa waktu lalu. “Kami juga kemarin sudah datang untuk melihat apa yang bisa dijalankan untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi industri pengolahan kelapa di sana,” tuturnya.

Pada Selasa (29/1) lalu, Dirjen IKMA telah melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur Gorontalo H. Idris Rahim untuk membahas mengenai implementasi program kelapa terpadu. “Hilirisasi produk perkebunan perlu terus dikembangkan, mengingat potensi bahan baku yang berlimpah,” ujar Gati.

 

Menurutnya, kebijakan hilirisasi industri dinilai dapat memperkuat daya saing dan struktur industri nasional sekaligus menumbuhkan populasi industri. Selain itu, mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja yang signifikan bagi penduduk setempat. “Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan akhirnya mendorong perekonomian daerah,” imbuhnya.

Gati menyampaikan, program pengembangan yang sudah dilakukan sebelumnya cukup berhasil membuat para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Gorontalo mampu menjadikan produk kelapa sebagai komoditas ekspor. Contohnya, Tilong Kabila Nusantara yang merupakan usaha rumahan dengan melibatkan masyarakat dalam mengolah kelapa segar menjadi produk siap minum.

“Produk kelapa segar siap minum yang dihasilkan itu melalui proses pengolahan dan pengemasan yang tepat, sehingga mampu diekspor ke Australia yang terbilang sebagai salah satu negara yang ketat dalam menerima produk pangan,” paparnya.

 

Selanjutnya, Dirjen IKMA menegaskan, pihaknya telah menyiapkan pelaksanaan kegiatan pada tahun 2019 dalam upaya penumbuhan industri pengolahan kelapa di beberapa wilayah penghasil kelapa. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelatihan serta fasilitasi mesin dan peralatan.

“Jadi, nanti ada bimbingan teknis atau pelatihan produksi mengenai pengolahan minyak kelapa, pengolahan tepung kelapa, pengolahan arang aktif, dan pengolahan sabut kelapa,” sebutnya. Di samping itu, penguatan IKM dalam rangka mendukung teknologi tepat guna bagi pengolahan kelapa sehingga produk yang dihasilkan mampu kompetitif di pasar domestik dan ekspor.

Gati menambahkan, fasilitasi mesin dan peralatan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pengolahan kelapa. Selain mesin pengolahan, juga ada fasilitasi untuk alat panen kelapa. Bahkan, kebutuhan alat panjat kelapa pun menjadi sangat penting saat ini karena semakin lama tenaga kerja untuk memanjat kelapa semakin berkurang.

“Alat pemanjat kelapa bisa menjadi solusi bagi petani dan pengusaha kelapa untuk memanen buah kelapa. Dengan menggunakan alat ini, memanen buah kelapa lebih cepat, mudah, dan lebih aman dibandingkan dengan cara tradisonal,” ungkapnya.

 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Gorontalo adalah salah satu provinsi yang cukup potensial dalam mengembangkan industri pengolahan kelapa. “Kami bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk perkebunan di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,”jelasnya.

Industri pengolahan kelapa di Indonesia cukup berkembang di beberapa wilayah seperti Riau, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Untuk itu, perlu didorong peningkatan kualitas produk agar semakin berdaya saing di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Menurut data Asian and Pasfic Coconut Community (2018), nilai ekspor buah kelapa Indonesia mencapai USD1.657 juta, sedangkan total pendapatan ekspor dari buah kelapa dan turunannya sebesar USD175.980 juta dengan beberapa produk unggulannya, antara lain minyak kelapa, tepung kelapa, produk serat, karbon aktif, serta santan.

Sementara itu, Wagub Gorontalo mengapresiasi upaya Kemenperin untuk mengembangkan potensi kelapa. Sebab, Pemprov Gorontalo sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat melalui berbagai program untuk mewujudkan visi masyarakat Gorontalo yang unggul, maju, dan sejahtera.“Dukungan dan sinergi program seperti inilah yang sangat kami butuhkan untuk kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo,” tandas Idris.

Related posts

Leave a Reply