Jakarta, 6 November 2017 – Ajang pameran dagang terbesar Trade Expo Indonesia (TEI) 2017 pada 11-15 Oktober 2017 dengan tampilan baru yang dibuka Presiden Joko Widodo sukses menembus target pengunjung dan transaksi. Hal ini ditegaskan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada Konferensi Pers Pasca-TEI yang berlangsung hari ini, Senin (6/11) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
“Kesuksesan ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya pengunjung yang mencapai 27.711 orang dari 117 negara selama 5 hari pelaksanaan TEI 2017. Jumlah ini naik 78% dibandingkan tahun 2016 sebanyak 15.567 orang. Negara dengan jumlah pengunjung tertinggi pada TEI 2017 selain Indonesia, berasal dari Jepang, Afganistan, Arab Saudi, India, dan Malaysia,” jelas Enggar.
Di lokasi penyelenggaraan yang baru, TEI dapat terlaksana lebih baik dibandingkan sebelumnya. “Lokasi yang lebih representatif untuk pameran tingkat internasional dan penataan zonasi produk sesuai permintaan pasar dibuat lebih baik dan menarik sesuai dengan standar internasional, sehingga kenyamanan dalam bertransaksi dan bernegosiasi bisnis dapat dilakukan,” imbuhnya.
Sebanyak 1.108 pelaku usaha ikut berpartisipasi dalam TEI 2017. Negara-negara dengan nilai transaksi produk terbesar selama TEI 2017 yaitu Laos sebesar USD 588 juta (45,82%), India USD 104,29 juta (8,13%), Mesir USD 83,01 juta (6,47%), Arab Saudi USD 73,60 juta (5,74%), dan Italia sebesar USD 64,87 juta (5,06%).
TEI tahun ini, lanjut Mendag, berhasil membukukan total transaksi sebesar USD 1,41 miliar atau setara Rp 18,70 triliun. Jumlah total transaksi ini meningkat sebesar 37,36% dibandingkan hasil transaksi pada TEI 2016, yang tercatat sebesar USD 1,02 miliar.
Sementara itu, untuk perolehan transaksi produk pada TEI 2017 tercatat USD 1,28 miliar, meningkat 55,91% dibandingkan hasil transaksi produk pada ajang TEI 2016 sebesar USD 823,06 juta. “Batu bara menjadi produk unggulan Indonesia yang menempati posisi pertama perolehan transaksi produk di TEI 2017. Transaksinya mencapai USD 588 juta atau 45,82% dari total transaksi produk,” ujarnya.
Produk-produk lainnya yang berhasil menarik minat buyers yaitu kopi yang menghasilkan transaksi sebesar USD 91,62 juta (7,14%), minyak esensial sebesar USD 80,43 juta (6,27%), makanan olahan sebesar USD 78,61 juta (6,13%), dan CPO sebesar USD 69,58 juta (5,42%).
Namun, berdasarkan data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), permintaan pada sektor jasa pada TEI 2017 ini sebesar USD 41,37 juta, sedikit menurun dibanding perolehan tahun lalu sebesar USD 48,53 juta atau menurun 14,76%.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda menyampaikan, dengan mengusung konsep business to business (B2B), TEI 2017 juga telah memfasilitasi terlaksananya penandatanganan 37 MoU misi pembelian dari 19 negara. Nilainya mencapai USD 231,87 juta atau naik sebesar 11,50% jika dibandingkan TEI 2016 yang sebesar USD 207,96 juta.
Nilai transaksi tertinggi berdasarkan urutan negara pada misi pembelian TEI 2017, yaitu Arab Saudi, Malaysia, Mesir, Thailand, Australia, India, Brasil, Belgia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Italia, Jerman, Singapura, Spanyol, Afrika Selatan, Nigeria, Taiwan, dan Belanda.
“Rangkaian proses transaksi yang dilakukan selama TEI terus berlanjut. Masih ada buyer yang akan menindaklanjuti beberapa transaksi pembelian di luar pameran,” jelas Arlinda.
Sukses Business Matching
Di sela pameran, sebanyak 100 buyers dari 26 negara juga mengikuti business matching dengan perusahaan Indonesia. Produk yang banyak diminati yaitu makanan dan minuman, ban, seafood, furniture and furnishing, dan rempah-rempah.
Negara dengan nilai transaksi business matching terbesar yaitu Kroasia, Arab Saudi, Jepang, India, dan Rusia. Telah terjadi 196 pertemuan atau rata-rata 50 eksportir per hari yang menghasilkan transaksi prospektif dengan total nilai USD 91,02 juta. “Pemerintah akan terus mendorong peningkatan kerja sama dagang dengan negara-negara mitra utama dan prospektif, khususnya produk berdaya saing dan berkualitas tinggi,” tandas Arlinda.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, di TEI 2017 juga diselenggarakan Trade, Tourism and Investment (TTI) Forum yang mengetengahkan tema “TTI: A Breakthrough to Improve Indonesia’s Profile in the World”. Ada pula diskusi kawasan yang tahun ini dibagi berdasarkan wilayah, yaitu strategi untuk masuk ke pasar Asia, Eropa, Kanada, Afrika, dan Timur Tengah. Pesertanya mencapai 500 orang dari kalangan dunia usaha, buyer, eksportir, investor, akademisi dan organisasi, serta asosiasi, yang berdialog mengenai strategi peningkatan perdagangan, pariwisata, dan investasi Indonesia bersama para narasumber.
Selain itu, diadakan pula business counseling yang menghadirkan para Atase Perdagangan, Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), serta Kepala Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) sebagai konsultan.
Rangkaian acara TTI Forum diwarnai dengan kegiatan baru, yaitu Export Startup Competition. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag dengan KADIN Indonesia dan National Startup Centre. Export Startup Competition merupakan kegiatan kompetisi dan edukasi terpadu untuk menghasilkan berbagai startup ekspor yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing dengan mengoptimalkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
TEI 2018 akan diselenggarakan pada 24-28 Oktober 2018 di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD), Tangerang, Banten. “Kami berharap TEI yang diadakan setiap tahun dapat menstimulasi para buyers untuk menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok global mereka,” pungkas Arlinda.