Seremonia- Kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) telah mencapai tingkat perhatian nasional di Indonesia. Menurut data terbaru dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terdapat 17 kasus cacar monyet yang terjadi di DKI Jakarta hingga 28 Oktober 2023, meningkat dari 15 kasus tiga hari sebelumnya. Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, mengonfirmasi bahwa sebagian besar penularan terjadi melalui kontak seksual, dengan 14 kasus aktif yang dialami oleh pasien laki-laki usia 25-35 tahun. Semua pasien cacar monyet ini mengalami gejala ringan dan telah diisolasi di rumah.
Kasus cacar monyet ini terdeteksi di beberapa wilayah di Jakarta, termasuk Jatinegara, Mampang, Kebayoran Lama, Setiabudi, Grogol, dan Kembangan. Diperkirakan kasus ini juga telah menyebar ke daerah lain, termasuk Tangerang, Banten. Seluruh pasien yang terkonfirmasi adalah laki-laki usia produktif, dengan salah satu pasien positif merupakan hasil dari kontak erat seksual dengan pasien positif lainnya.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah pencegahan yang tegas. Upaya-upaya tersebut mencakup pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium, isolasi dan perawatan pasien, serta vaksinasi bagi orang-orang yang berisiko tinggi tertular. Kementerian Kesehatan Indonesia telah meluncurkan program vaksinasi prioritas untuk kelompok berisiko tinggi, terutama lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual yang memiliki kontak seksual dalam dua pekan terakhir. Vaksinasi awal dilakukan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta, dengan 1.000 dosis vaksin yang telah disiapkan. Proses vaksinasi ini dimulai pada pekan terakhir Oktober 2023.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengingatkan bahwa meskipun sebagian besar kasus cacar monyet di dunia terjadi pada komunitas homoseksual, penyakit ini dapat menginfeksi siapa saja. WHO merekomendasikan agar negara-negara mengambil tindakan untuk mengurangi risiko penularan ke kelompok rentan lainnya, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Cacar monyet dapat menimbulkan gejala mirip dengan penyakit cacar manusia, termasuk demam, batuk, pilek, ruam merah di kulit, sakit kepala, dan kelemahan umum. Namun, gejala ini juga mirip dengan banyak penyakit lain, seperti flu atau cacar manusia, sehingga sangat penting untuk mencari perawatan medis segera dan memberi tahu penyedia layanan kesehatan tentang riwayat kontak dengan primata atau area terjangkit cacar monyet.
Dalam menghadapi wabah cacar monyet, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan risiko dan pencegahan penyakit ini. Pemerintah juga perlu memiliki kebijakan dan regulasi yang kuat terkait dengan perlindungan primata liar dan pengendalian cacar monyet. Kerja sama internasional dalam pemantauan dan penanganan penyakit ini juga sangat diperlukan.
Meskipun belum ada obat khusus yang menangani cacar monyet, perawatan suportif dan tindakan pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko komplikasi dan penularan. Masyarakat dihimbau untuk tidak menggaruk atau memecahkan ruam kulit, menggunakan masker dan sarung tangan saat merawat orang yang terinfeksi cacar monyet, dan minum obat yang diresepkan dokter untuk mencegah infeksi sekunder di kulit.
Pemerintah Indonesia dan masyarakat harus bersatu untuk menghadapi tantangan ini dengan kesiapsiagaan, kesadaran, dan tindakan preventif yang tepat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan penyebaran cacar monyet dapat ditekan, dan masyarakat dapat terhindar dari ancaman penyakit ini. Semua pihak perlu bekerja sama dalam upaya ini, karena perlindungan terhadap kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama.