Jakarta, 27 Juni 2023 – Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh Paessler, pakar monitoring infrastruktur dan jaringan TI, terdapat kesenjangan antara praktik keberlanjutan dan transformasi digital di kalangan perusahaan dan organisasi di Indonesia. Studi yang berjudul “Keeping Watch: Monitoring Your Path to Sustainable IT” ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi praktik keberlanjutan di bisnis saat ini dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan praktik keberlanjutan dalam teknologi informasi. Hasil studi ini mengungkapkan beberapa rintangan yang dihadapi oleh bisnis dalam mengadopsi praktik keberlanjutan di Indonesia, termasuk seimbangnya metrik ESG dengan target pertumbuhan (68%), biaya implementasi (50%), ketidakjelasan dalam regulasi pelaporan (45%), dan kurangnya pengetahuan teknis dalam perencanaan implementasi (40%).
Sebanyak 75% perusahaan di Indonesia optimis terhadap prospek bisnis dalam tiga tahun ke depan. Namun, studi ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan masih menganggap praktik keberlanjutan dan transformasi digital berjalan secara terpisah dan tidak saling terkait. Perusahaan cenderung mengembangkan kerangka kerja keberlanjutan dan strategi transformasi digital secara terpisah, yang mengakibatkan penggunaan sumber daya yang tidak efektif. Mereka juga kekurangan kemampuan dan keahlian untuk mengembangkan kerangka kerja keberlanjutan dan mengintegrasikannya dengan transformasi digital.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan di Indonesia menyadari manfaat monitoring infrastruktur TI, seperti optimisasi konsumsi energi (100%), analisis kebutuhan perangkat TI yang lebih canggih (100%), pemantauan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban (98%), pengurangan emisi (95%), dan penghematan sumber daya (95%). Oleh karena itu, strategi TI yang berkelanjutan dengan dukungan kerangka kerja monitoring yang komprehensif harus menjadi bagian dari operasional bisnis. Hal ini akan memastikan ketersediaan sumber daya untuk proses produksi dan mendukung bisnis yang berkelanjutan, serta dapat terintegrasi dengan strategi transformasi digital yang holistik.
Dalam menghadapi perlambatan ekonomi global, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8% pada tahun 2023 dan 5% pada tahun 2024, bisnis yang fokus pada transformasi digital, upaya keberlanjutan, serta peningkatan produktivitas dan efisiensi menjadi lebih siap. Menurut Felix Berndt, Regional Sales Manager, Asia Pasifik, Paessler, “Banyak perusahaan melihat keberlanjutan dan profitabilitas sebagai hal yang saling bertentangan. Namun, jika diukur dengan benar, keduanya dapat menghasilkan efisiensi biaya dan keunggulan kompetitif. Penting untuk membangun strategi TI yang kuat, transformasi digital, dan kerangka kerja keberlanjutan yang terintegrasi dengan monitoring TI yang komprehensif. Mengatasi kesenjangan antara transformasi digital dan upaya keberlanjutan melalui pengambilan keputusan berbasis data dapat mengoptimalkan sumber daya dan memberikan manfaat ekonomi bagi bisnis.”
Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara dan sektor lain dalam upaya keberlanjutan di wilayah ASEAN. Salah satu pembuat keputusan di sebuah perusahaan manufaktur garmen besar di Indonesia mengatakan, “Keberlanjutan tidak boleh mengorbankan pengalaman konsumen atau keuntungan perusahaan. Keberlanjutan harus menjadi metrik yang baik dan dijamin oleh investor dan regulator industri. Sayangnya, saat kondisi ekonomi menurun, keberlanjutan sering terabaikan.”
Meskipun keberlanjutan merupakan salah satu dari tiga prioritas utama bisnis dalam tiga tahun ke depan, studi ini menemukan bahwa keberlanjutan bukan termasuk dalam lima tantangan teratas bagi bisnis di beberapa negara dan sektor. Tantangan utama yang dihadapi bisnis meliputi peningkatan persaingan, transformasi digital, pertumbuhan, profitabilitas, dan manajemen SDM. Metrik utama dalam mengadopsi kerangka kerja keberlanjutan adalah reputasi (45%), mengikuti standar industri (36%), dan mematuhi regulasi (24%).
Studi Paessler berjudul “Keeping Watch: Monitoring Your Path to Sustainable IT” dilakukan oleh Intuit Research dari Desember 2022 hingga Maret 2023. Studi ini melibatkan pengambil keputusan utama dari perusahaan-perusahaan besar dengan pendapatan mulai dari 50 juta hingga lebih dari 1 miliar dolar AS. Responden berasal dari enam negara, yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia, Australia, dan Selandia Baru. Studi ini mengumpulkan pendapat para pengambil keputusan bisnis senior di tiga sektor industri utama, yaitu manufaktur, layanan penting, dan teknologi/telekomunikasi/pusat data.
Untuk mengunduh hasil studi ini, silakan kunjungi tautan berikut: [tautan studi].
Untuk informasi lebih lanjut tentang Paessler, kunjungi situs web mereka di http://www.paessler.com.