Sekitar seratus orang dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa UGM berkumpul di Balairung Gedung Pusat UGM pada Senin (14/5). Mereka hadir untuk bersama-sama menyuarakan kegelisahan dan kecaman menanggapi rangkaian aksi terorisme yang terjadi di berbagai kota besar di Indonesia.
“Dalam beberapa hari terakhir ibu pertiwi diguncang sejumlah teror yang mengakibatkan bukan hanya korban jiwa dan fisik, tapi kita merasakan rasa kemanusiaan kita tercabik-cabik. Berkumpulnya kami di tempat ini menjadi salah satu wujud rasa kepedulian atas peristiwa yang berkembang,” ucap Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIPOL UGM, Dr. Wawan Mas’udi, yang memimpin acara deklarasi sikap UGM merespons aksi terorisme.
Pembacaan deklarasi oleh segenap sivitas akademika UGM diawali dengan mengheningkan cipta untuk mengenang para korban yang tewas dalam aksi terorisme. Kemudian, guru besar FISIPOL UGM, Prof. Dr. Susetiawan, S.U., mengutarakan kecaman terhadap aksi terorisme yang mengatasnamakan berbagai kelompok atau ajaran tertentu.
“Kami mengecam peristiwa terorisme yang terjadi beberapa waktu ini seperti kami mengecam berbagai macam aksi terorisme yang terjadi dulu. Cukup sudah segala bentuk serangan yang terjadi di negara ini. Kami dosen UGM mengajak segala pihak menolak segala bentuk terorisme, dimulai dari lingkungan di sekitar kita,” ucapnya.
Ia menambahkan peristiwa teror yang terus terjadi menunjukkan upaya pencegahan berkembangnya benih-benih terorisme oleh berbagai pihak cukup penting, termasuk di antaranya oleh institusi pendidikan. Dalam hal ini, perguruan tinggi secara khusus, memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya pencegahan melalui berbagai penyesuaian di dalam kurikulum pendidikan.
“Kami mendukung pemimpin UGM untuk mencegah benih-benih terorisme berkembang di kalangan sivitas akademika. Perlu ada langkah-langkah pencegahan yang lebih komprehensif, misalnya dengan kurikulum yang pro-perdamaian dan pluralisme,” kata Susetiawan.
Dukungan terhadap langkah-langkah pencegahan terorisme juga diutarakan oleh Presiden BEM KM UGM, Obed Kresna. Dalam kesempatan ini, ia menyampaikan bahwa peristiwa terorisme telah menjadi momok yang menakutkan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera mengambil langkah yang tegas untuk memutus rangkaian aksi terorisme di Indonesia.
Ia menjadi salah satu dari 9 orang perwakilan sivitas akademika UGM yang membacakan sembilan sikap UGM merespons aksi terorisme yang telah disusun sehari sebelumnya. Pernyataan sikap ini di antaranya menyebutkan bahwa UGM mendukung penuh aparat keamanan untuk segera menangkap dan mengadili para pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa ini, serta untuk secara terstruktur melakukan tindakan deradikalisasi dan mencegah munculnya radikalisme di waktu yang akan datang.
Selain itu, UGM juga komitmen untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan akademik maupun non-akademik yang memperkuat nilai-nilai pluralisme dan kebangsaan, juga melarang segala bentuk kegiatan di lingkungan UGM yang memberi peluang bagi tumbuhnya paham dan gerakan radikal serta hal-hal yang bertentangan dengan konstitusi.
“UGM sebagai universitas yang diberi mandat sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan betul-betul prihatin dengan situasi yang berkembang. Keprihatinan ini salah satunya kami tuangkan dalam bentuk pernyataan sikap, dan nantinya kami akan melakukan hal-hal konkret untuk mewujudkan sembilan sikap ini,” tutur Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.