Pemerintah sedang memprioritaskan pengembangan industri otomotif nasional agar lebih berdaya saing global sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu langkah strategis yang tengah didorong adalah peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di industri otomotif agar mampu menguasai teknologi dan mengembangkan bisnis ke depan.
“Industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang berkontribusi signfikan pada pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam sambutannya saat menerima Kunjungan Kehormatan Menteri Perekonominan dan Energi, Peter Altmaier di PT. Astra International Tbk, Jakarta, Kamis (1/11).
Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangsih industri otomotif kepada PDB nasional mencapai 10,16 persen pada tahun 2017serta menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebanyak 1,5 juta orang. “Dengan menargetkan produksi hingga 1,5 juta unit mobil pada tahun 2020, tentu perlu peran SDM yang terampil terutama di dalam menghadapi era digital,” ungkap Menperin.
Sementara itu, industri sepeda motor tengah ditargetkan nilai ekspornya sebesar 10 persen dari total produksi yang mencapai 6 juta unit per tahun. “Indonesia telah mengekspor ke lebih dari 54 negara. Artinya, produk otomotif buatan kita memang telah diakui dunia,” imbuhnya.
Apalagi, Indonesia tidak hanya berpotensi sebagai salah satu pasar otomotif terbesar dunia, tetapi juga telah menjadi bagian dari basis produksi para produsen otomotif berskala global untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk menumbuhkan sektor industri di Indonesia.
Guna mencapai sasaran tersebut, selain menyiapkan berbagai insentif fiskal yang menarik, Kemenperin bersama pemangku kepentingan terkait telah menjalankan program strategis dalam penciptaan SDM berkualitas sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Upaya ini sejalan dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Sumber Daya Manusia Indonesia.
“Kami telah menyusun proyeksi pengembangan, jenis kompetensi (job title), dan lokasi industri yang terkait dengan lulusan SMK. Selain itu, peningkatan kerja sama dengan dunia usaha untuk memberikan akses yang lebih luas bagi siswa SMK untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan program magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK,” papar Menperin.
Langkah lainnya, mendorong industri untuk memberikan dukungan dalam pengembangan teaching factory dan infrastruktur, serta mempercepat penyelesaian Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Untuk menindaklanjuti mandat-mandat tersebut, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri.
Hingga saat ini, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. “Kami telah menggandeng sebanyak 609 industri yang terlibat dan 1.753 SMK. Program ini akan terus digulirkan,” tegasnya.
Kemenperin juga akan mendorong agar industri otomotif di Indonesia dapat membuat kegiatan pelatihan perbengkelan bagi masyarakat di desa. Dengan begitu, masyarakat bisa merasakan manfaat dari aktivitas industri otomotif dan bisa memacu usaha-usaha bengkel perawatan kendaraan.
“Syukur-syukur kalau ada program pelatihan keterampilan bengkel di desa-desa. Kira-kira per kabupaten nanti diadakan pelatihan perbengkelan di empat desa. Karena ini mencerminkan industri 4.0,” ucapnya.
Apresiasi langkah Astra
Dalam kesempatan tersebut, Menperin memberikan apresiasi kepada PT. Astra International Tbk. atas dukungannya dalam mengembangkan sistem pendidikan vokasi di Indonesia.Sejak berdiri tahun 1995, Politeknik Manufaktur Astra(Polman Astra)telah berkontribusi dalam melaksanakan pendidikan vokasi dengan level D3.
“Polman Astra merupakan salah satu contoh yang sudah menggunakan kurikulum dengan dual system dari Jerman. Di Indonesia, kita punya empat poltek sejenis ini, sedangkan di lingkungan Kemenperin ada sembilan politeknik. Kami punya program yang namanya skill four competitiveness (S4C),” paparnya.
Polman Astra telah melaksanakan dua proyek yang mengadaptasi sistem pendidikan ganda Jerman. Pertama, program persiapan meister melalui kerja sama dengan antara Alfons Kern Schule (AKS) dengan EKONIND serta program D3 yang lulusannya disertifikasi oleh Kamar Dagang Jerman (DIHK). Kedua, melalui sistem pendidikan yang menyesuaikan pada standar program Berufschule di Jerman.
“Kerja sama yang pertama ini, perlu diapresiasi karena meluluskan 16 peserta yang sertifikasi dari DIHK dan bisa langsung bekerja setara dengan di Jerman,” tuturnya. Menperin meyakini, melalui kegiatan kolaborasi ini, Astra International dapat menjalin kerja sama yang lebih baik dengan Sekolah Kejuruan Tinggi di Jerman sehingga ke depannya membawa hasil positif bagi kualitas SDM Indonesia.
“Menteri Ekonomi Jerman mengaku surprise dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia, dengan diundang berkunjung ke Polman Astra. Undang-Undang imigran pekerja sedang dibahas di parlemen mereka, khususnya untuk skilled worker. Mereka butuh 800 ribu skilled worker, kami yakin Indonesia punya kompetensi setara untuk mengisi itu,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Asrta Internasional Tbk, Prijono Sugiarto mengungkapkan, hubungan kerja sama antara Jerman dengan Indonesia terjalin kuat dan positif di berbagai sektor. “Kami tidak hanya urusan perdagangan dan bisnis, namun dapat belajar banyak juga dari program pendidikan vokasi di Jerman. Tentu kita dapat berkolaborasi untuk mendidik anak bangsa yang berdaya saing tinggi,” tuturnya.
Prijono menyebutkan, saat ini Polman Astra berhasil membina dua instruktur yang meraih sertifikasi Meister dari Jerman pada 2017 lalu. Pada tahun ini, sebanyak 16 mahasiswa Polman Astra juga berhasil meraih sertifikasi Deutscher Industrie und Handelskammerteg (DIHK) atau Asosiasi Kamar Dagang dan Industri Jerman dalam bidang Otomotif Mekatronik sebagai hasil kerjasama dengan AHK-EKONID.
“Mudah mudahan saja 16 lulusan ini selain diberikan sertifikasi mereka juga diberikan kesempatan bekerja di Jerman,” ungkapnya.
Menteri Altmaier mengemukakan, Indonesia punya basis industri yang kuat seperti Jerman. Untuk itu, agar bisa terus berinovasi terutama dalam era revolusi industri 4.0, diperlukan program pendidikan vokasi yang dapat menghasilkan SDM kompeten. “Pendidikan vokasi menciptakan high skilled worker. Saat ini, kami punya lebih dari empat ribu anak muda yang dididik melalui vokasi,” terangnya.