RI-Singapura Berpotensi Jadi Mesin Ganda Kekuatan Ekonomi Asia

Indonesia dan Singapura berpotensi besar menjadi twin engine (mesin ganda) untuk berkontribusi memacu pertumbuhan ekonomi di Asia. Apalagi, kedua negara semakin agresif menjalin kerja sama yang strategis mulai dari kemitraan sektor industri, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta kegiatan penelitian dan pengembangan.

“Dengan kolaborasi, tentunya akan tercipta peluang ekonomi yang lebih besar. Jadi, saat ini tidak ada ‘kompetisi’ antara Indonesia dan Singapura,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Indonesia-Singapore Business Roundtable di sela rangkaian Industrial Transformation Asia-Pacific (ITAP) 2018 di Singapura, Selasa (16/10). Kegiatan ini dihadiri pejabat pemerintah, penyedia jasa solusi, pelaku industri, akademisi, dan asosiasi usaha.

Menperin menjelaskan, langkah sinergi yang dilakukan RI-Singapura bertujuan untuk saling melengkapi kebutuhan kedua negara sehingga nantinya sama-sama menguntungkan dan membawa kesejahteraan masyarakat. “Maka itu, peningkatkan kerja sama dalam kesiapan memasuki revolusi industri 4.0 saat ini, menjadi sarana yang tepat untuk mendongkrak produktivitas,” tuturnya.

 

Airlangga juga melihat, masing-masing negara memiliki keunggulan yang saling mendukung, terutama di tengah bergulirnya era digital. Misalnya, Indonesia sudah memiliki empat perusahaan rintisan (startup) yang mencapai status unicorn atau punya valuasi bisnis lebih dari USD1 miliar. “Saat ini, ada Go-Jek, Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia. Kami proyeksi pada tahun-tahun mendatang akan ada startup lain yang juga mencapai status unicorn,” ungkapnya.

Sementara itu, Singapura merupakan investor terbesar di Indonesia. Sepanjang tahun 2017, Negeri Singa telah menanamkan modalnya hingga USD8,4 miliar atau berkontribusi 26,2 persen dari total investasi asing di Indonesia. Capaian ini melampaui Jepang sebesar USD5 miliar (15,5%), China USD3,4 miliar (10,4%), Hong Kong USD2,1 miliar (6,6%), dan Korea Selatan USD20 miliar (6,3%).

Pada semester I tahun 2018, investasi Singapura ke Indonesia tercatat hingga USD5,04 miliar atau naik 38 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. “Sedangkan, di tahun 2017, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura menembus USD9 miliar, yang menjadikan Singapura sebagai tujuan terbesar kelima dalam pengapalan produk manufaktur nasional,” paparnya.

 

Pengalaman kerja sama RI-Singapura juga terwujud dalam pengembangan Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. “Saat ini, kami sudah memiliki lebih dari 43 tenant di KIK. Selanjutnya, kami tengah memfokuskan untuk pengembangan Politeknik Furnitur di kawasan tersebut,” ungkap Menperin.

Kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah itu diproyeksikan menyerap potensi investasi sebesar USD500 juta. Pada tahap pertama, lahan yang akan digarap seluas 1.000 hektare dengan target 300 tenant dan bakal menyerap tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang hingga tahun 2025.

Airlangga menambahkan, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di bidang pendidikan kejuruan terutama untuk mengisi kebutuhan di sektor industri. “Guru dan dosen dari Indonesia telah dikirim untuk mengikuti program pelatihan vokasi di Singapura, seperti di bidang permesinan, pembangkit listrik, dan teknik otomasi industri,” jelasnya.

 

Bahkan, potensi kolaborasi RI-Singapura ke depannya akan dijalin di bidang ekonomi digital seiring dengan berjalannya era revolusi industri 4.0. Salah satu prioritasnya adalah pengembangan Nongsa Digital Park di Batam sebagai wujud konkret kesepakatan kedua Kepala Pemerintahan untuk menjadikan Batam sebagai ‘digital bridge’ Singapura ke Indonesia.

Komitmen kerja sama bilateral yang baru saja terjalin, yakni penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian RI Ngakan Timur Antara dengan CEO Enterprise Singapore, Png Cheong Boon. Kesepakatan ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan Pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WBG) 2018.

Ruang lingkup pelaksanaan MoU yang akan dikolaborasikan bersama, antara lain menghubungkan industri Indonesia dengan penyedia teknologi Singapura, mengeksplorasi inisiatif untuk mendorong adopsi solusi inovasi manufaktur antar industri, dan pengembangan kurikulum pelatihan terkait Industri 4.0 untuk industri Indonesia.

MoU tersebut juga mendukung penerapan Making Indonesia 4.0 guna memacu lima sektor manufaktur, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektonika. Perjanjian kerja sama ini mulai berlaku sejak tanggal ditandangani (11/10/2018) sampai dua tahun ke depan dan dapat diperpanjang kembali dalam periode waktu yang sama.

 

Resmikan gerai fesyen

Pada kesempatan berbeda, Menperin Airlangga meresmikan pembukaan gerai fesyen D2-1 di Paragon Mal, Singapura, Selasa (16/10/2018) petang. Toko ini akan menampilkan berbagai produk fesyen dari seluruh daerah Indonesia. Saat ini, sudah ada 30 desainer lokal memamerkan karyanya, yang antara lain berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Padang dan Makassar.

“Ini menunjukkan bahwa produk high fashion Indonesia dijual di salah satu mal yang sangat prestisius di Singapura, yaitu di Paragon. Artinya, sangat bagus untuk Indonesia karena sudah membuka peluang bagi high fashion memperluas pasarnya di pusat Orchard Road, Singapura,” paparnya.

Menperin meyakini, gerai tersebut dapat menjadi sarana meningkatkan ekspor produk fesyen nasional. Apalagi, busana buatan Indonesia sudah dikenal kualitasnya di kancah internasional. Capaian ini tidak terlepas dari peran industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri yang telah terintegrasi sehingga berdaya saing tinggi dan berkontribusi signfikan terhadap perkonomian nasional.

 

Sepanjang tahun 2017, ekspor industri fesyen Indonesia mencapai USD13,29 miliar atau meningkat 8,7 persen dari tahun sebelumnya.Sementara pada periode Januari-Juli 2018, nilai pengapalan produk TPT Indonesia mencapai USD7,74 miliar dan ditargetkan hingga akhir tahun 2018 bisa menembus sebesar USD14 miliar.

“Dengan adanya outlet seperti ini, produk fesyen Indonesia bisa semakin terkenal di mancanegara. Ini juga menjadi kesempatan bagus bagi para desainer atau perajin kita agar lebih produktif dan inovatif,” tuturnya. Apalagi, wastra Nusantara seperti batik dan tenun memiliki keunikan motif yang beragam dan telah menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan.

Menperin pun menyatakan, pihaknya terus aktif mempromosikan produk unggulan Indonesia melalui keikutsertaan di pameran tingkat nasional maupun internasional. “Kita punya Indonesia Fashion Week dan beberapa event lainnya untuk mempromosikan fesyen Indonesia. Selain itu, kita juga ada Indonesia Moslem Fashion Week, dengan harapan Indonesia menjadi pusat fesyen muslim dunia,” imbuhnya.

Duta Besar Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya berharap, peningkatan promosi fesyen nasional dapat merambah ke negara lain. Pasalnya, saat ini penjualannya bisa melaui sistem online maupun offline. “Pembukaan outlet ini bukti konkret dari promosi yang membawa feedback bagus bagi kita semua,” jelasnya.

Related posts

Leave a Reply