Kabupaten Pegunungan Arfak (23/2) – Noken, kerajinan rajut yang terbuat dari serat kulit kayu pohon Manduam, Nawa atau Anggrek hutan ini telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia Tak Benda oleh Unesco pada 4 Desember 2012 di Paris, Perancis juga menjadi simbol perdamaian bagi masyarakat Papua.
“Noken menjadi simbol kehidupan yang baik, kesuburan, kedewasaan, serta bentuk cinta kasih mama Papua kepada anaknya.” Ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Yohana Yembise.
Begitu pentingnya Noken dalam kehidupan masyarakat Papua, Kemen PPPA bersama dengan Persekutuan Gereja Kristen Alkitab Indonesia menyelenggarakan Pencanangan serta Penandatanganan Prasasti Mama Noken dan Noken Anak bagi Persekutuan Wanita (PW) Persekutuan Gereja Kristen Alkitab Indonesia dan anak usia dini suku Arfak di Distrik Minyambou pegunungan Arfak, Papua Barat (23/2).
“Kegiatan ini bertujuan untuk memelihara kearifan lokal budaya Papua serta meningkatkan strategi perlindungan perempuan dan anak dengan menghadirkan nilai-nilai religius serta mampu memperkuat tali persaudaraan melalui kreatifitas Noken”, pungkas Menteri Yohana.
Senada dengan Menteri Yohana, Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan juga mengatakan pentingnya Noken bagi masyarakat Papua. “Dari lahir kita sudah digendong dengan Noken, sebagai perwujudan rasa cinta dan kasih sayang mama kepada kita. Di jaman modern saat ini walaupun keseharian kita pakai baju batik, tetap Noken selalu melingkar di badan kita.” Ujar Dominggus.
Dalam tradisi Papua, Noken sumber kehidupan terutama bagi mama Papua. Selain mencari nafkah serta membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar termasuk membawa kayu bakar, Noken digunakan sebagai alat gendong anak yang masih belum bisa berjalan. Sehingga, anak dapat selalu terjaga, terlindungi, dan terpantau langsung oleh mamanya. Noken juga mempunyai keunikan, salah satu nya dibawa dengan dicantolkan di kepala.
Dalam rangkaian kegiatan di Manokwari dan Arfak, Menteri Yohana didampingi oleh Deputi Kesetaraan Gender, Agustina Erni dan Deputi Perlindungan Anak, Nahar memberikan bantuan kepada Departemen Wanita Majelis Umum Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) berupa oven kue, mesin jahit, kompor, wajan, blender serta alat-alat tulis, tempat makan, tempat minum dan handuk.
Sehari sebelumnya, pemberian bantuan juga dilakukan Menteri Yohana kepada Persekutuan Wanita Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Thomas Warmare yang di selenggarakan di Halaman Gereja Thomas, Distrik Warmare serta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Eitej Ah Mahteyi di Kabupaten Manokwari.
Di akhir kunjungannya, Menteri Yohana berpesan, sesuai dengan Konvensi Hak Anak (KHA), sebagai penerus masa depan bangsa seharusnya hak-hak anak diperhatikan dan dilindungi. Anak harus kuat dan sehat, perempuan dan anak harus menjadi perhatian bersama. Berdayakan perempuan dengan potensi yang ada, mandiri, saling bekerjasama dalam membina rumah tangga dan yang paling utama jangan ada lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak.” Tutup Menteri Yohana