Seremonia.id – Inflasi periode Mei telah berhasil kembali ke kisaran yang diinginkan oleh bank sentral, yaitu antara 2 persen hingga 4 persen secara tahunan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode tersebut tercatat sebesar 0,09 persen (mtm), mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 0,33 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi IHK mencapai 4,00 persen (yoy), yang merupakan angka lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 4,33 persen (yoy). Kabar mengenai inflasi yang tetap terkendali ini tentu menjadi angin segar bagi negara ini, terutama dalam menghadapi kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Pada bulan Maret 2023, inflasi mencapai 4,97 persen secara tahunan, kemudian turun menjadi 4,33 persen pada bulan April 2023, dan terus mengalami penurunan pada bulan Mei 2023. Menanggapi data inflasi periode Mei 2023, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa inflasi sudah kembali ke kisaran yang sesuai dengan target yang ditetapkan oleh bank sentral, yaitu antara 2 persen hingga 4 persen secara tahunan, meskipun masih berada di batas atas rentang tersebut.
Keadaan ini juga menunjukkan bahwa inflasi IHK telah kembali ke kisaran target lebih cepat dari perkiraan sebelumnya oleh BI. Pada bulan sebelumnya, Dewan Gubernur BI memperkirakan bahwa inflasi akan mencapai kisaran target pada kuartal III-2023 atau paling cepat pada bulan Agustus 2023.
Merespons tren inflasi tersebut, Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri, Shinta W Kamdani, menyatakan perlunya pemerintah memberikan stimulasi konsumsi yang berdampak produktif, seperti memperluas usaha dan memberikan insentif bagi industri, guna mendorong konsumsi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu melakukan stimulasi konsumsi atau daya beli secara berlebihan karena tingkat inflasi sudah terkendali.
Artikel ini menjelaskan bahwa inflasi pada periode Mei 2023 telah kembali ke kisaran yang diinginkan oleh bank sentral. Meskipun masih berada di batas atas, kondisi ini memberikan optimisme bagi pertumbuhan ekonomi yang stabil. Terlebih lagi, para ekonom mempertimbangkan perlunya stimulasi konsumsi yang berdampak produktif untuk mendorong konsumsi masyarakat tanpa mengganggu stabilitas inflasi. Dengan menjaga inflasi tetap terkendali, diharapkan perekonomian negara ini dapat terus tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan.