Jakarta, 05/11/2018 Kemenkeu – Indonesia saat ini sedang berfokus untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia. Tujuan pembangunan infrastruktur tersebut untuk menciptakan konektivitas antar wilayah, sehingga diharapkan bisa mengembangkan potensi ekonomi dan menggenjot daya saing. Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam perhelatan Asia-Pacific Conference of German Business ke-16 di Balroom Ritz Carlton Pacific Place Jakarta pada Jum’at (02/11).
“Jadi kebutuhan akan infrastruktur untuk Indonesia dengan negara kepulauan yang sangat besar. Dua ratus lima puluh juta penduduk adalah suatu keharusan. Jadi, pertanyaannya adalah bagaimana kita membangun hal ini terutama dalam memobilisasi banyak sumber daya yang berasal dari berbagai pihak. Apakah ini adalah milik publik, baik domestik maupun internasional?,” ujar Menkeu dalam sesi diskusi panel mengenai “Connecting Asia and Europe: Belt and Road and Beyond” dengan panelis Menkeu, CEO dan President Siemens AG Joe Kaeser, Deputy Chairman dan CEO HSBC Asia Peter Wong dan Anggota Parlemen Eropa Reinhard Buetikofer.
Menurut Menkeu, Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) adalah salah satu pilihan bagi Indonesia dan bukan merupakan satu-satunya pilihan sebab anggaran infrastruktur hanya menyediakan kurang dari 50% kebutuhan pembangunan secara keseluruhan. Saat ini Sabuk dan Jalan sebenarnya melengkapi program pemerintah sendiri dalam hal prioritas dalam membangun konektivitas.
“Kami memanfaatkan bagaimana China mencoba mengembangkan konektivitas dari dalam Asia, Asia dengan Eropa dan Asia bahkan dengan Afrika. Jadi, ini akan melengkapi apa ide pemerintah Indonesia sendiri untuk mencoba membangun konektivitas terutama dari luar pulau. Jadi kita melihat Sabuk dan Jalan yang sekarang memiliki 13 proyek di Indonesia yang berjalan dari kawasan industri serta pelabuhan dan jalan tol yang menurut saya melengkapi dengan proyek prioritas infrastruktur nasional kami. Jadi, itu tidak benar-benar mayoritas tetapi benar-benar melengkapi dengan baik,” ungkap Menkeu.
Memahami ekonomi Indonesia, walaupun kita yang memiliki sumber daya alam yang kaya, tetap membutuhkan diversifikasi usaha karena Indonesia di masa lalu juga memiliki keunggulan komparatif dalam padat karya tetapi kemudian kurang kompetitif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya konektivitas sehingga persebaran distribusi yang dikontribusikan masih berkutat pada lokasi yang sangat sedikit atau tertentu di Indonesia.
“Jadi, penyebaran konektivitas akan menambah lebih banyak pilihan untuk lokasi manufaktur di Indonesia. Kami juga dapat meningkatkan pasar domestik kami sendiri yang dapat menciptakan lebih banyak daya tarik bagi investor asing langsung yang datang ke Indonesia,” tambah Menkeu.
Indonesia terintegrasi dengan ASEAN 10 dan itu berarti bahwa Indonesia sebagai ekonomi terbesar hanya akan berkonsentrasi kegiatan ekonomi di satu lokasi. Sebagai contoh, Sumatera sangat dekat dengan Malaysia dan Singapura, Kalimantan sangat dekat dengan Philipina dan Malaysia. Sulawesi sangat dekat dengan Cina dan juga Papua yang dekat dengan Jepang dan Hong Kong.
“Sehingga akan membuat Indonesia tidak selalu terlalu bergantung pada Jakarta, tetapi akan lebih dekat dan memiliki konektivitas efisien yang lebih baik dan itu semua adalah infrastruktur yang dibutuhkan, tetapi di Inisiatif Sabuk dan Jalan tidak hanya infrastruktur tetapi juga berkonsentrasi bagian industri. Jadi, ini adalah sesuatu yang sangat sesuai dengan kita,” pungkas Menkeu.
Sebagai informasi, tujuan konferensi ini adalah untuk menciptakan suasana bagi para peserta untuk membahas dan mempromosikan hubungan ekonomi antara ekonomi terbesar di Eropa dan wilayah yang paling cepat berkembang di dunia. Dengan demikian, konferensi menyediakan platform untuk dialog dan sebagai acara networking Jerman terbesar di kawasan Asia-Pasifik.
Banyak peluang untuk memperkuat hubungan bisnis dan pribadi di antara para peserta. Konferensi ini diselenggarakan bersama oleh Menteri Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi (BMWi), Komite Bisnis Jerman Asia-Pasifik (APA), dan Kamar Dagang bilateral Jerman (AHK) di kawasan Asia-Pasifik.
Acara ini diketuai bersama oleh Ketua APA dan CEO Voith Hubert Lienhard dan Menteri Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi (BMWi). Tuan rumah setempat adalah Kamar Dagang dan Industri Indonesia-Jerman yang bekerja sama erat dengan Pemerintah Indonesia.