Merauke — Pembangunan jalan perbatasan Indonesia – Papua Nugini terus dilanjutkan. Kondisi saat ini sudah tembus 909 km dari total 1.098 km jalan perbatasan mulai dari Merauke hingga Jayapura, Papua. Pada akhir tahun 2019 ditargetkan jalan perbatasan di Papua sudah tembus akan bertambah menjadi 919 km dan 179 km belum tembus. Kondisi jalan ditargetkan berupa aspal sepanjang 747 km dan perkerasan tanah/agregat sepanjang 172 km.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan jalan perbatasan bertujuan untuk mendukung pengembangan pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan.
“Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru. Seperti di Skouw, transaksi yang dilakukan dengan warga Papua Nugini tidak hanya sekadar makanan kecil namun juga emas,” kata Menteri Basuki.
Keberadaan jalan perbatasan telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat perbatasan di Papua. Waktu tempuh antar pusat ekonomi wilayah yang semula dalam bilangan minggu, semakin singkat menjadi hitungan hari dan apabila jalan sudah semakin baik kondisinya, maka bisa dalam hitungan jam. Dengan kemudahan transportasi barang dan manusia, diyakini akan berdampak pada penurunan harga barang dan jasa.
Salah satu ruas jalan perbatasan yang dikerjakan adalah Jalan Merauke – Sota – Boven Digoel sepanjang 422 Km yang terbagi menjadi 4 ruas. Ruas 1 menghubungkan Merauke – Sota sepanjang 78 Km, kondisinya sebagian besar sudah beraspal mulus, seperti pada KM 30 hingga Sota KM 78. Sementara sebagian lainnya masih dilakukan perbaikan drainase jalan dalam rangka peningkatan kondisi jalan yang mulai rusak pada 4 titik, mulai KM 21 hingga KM 29 yang sempat ditinjau langsung oleh Presiden Jokowi didampingi Menteri Basuki pada Jumat (16/11/2018) kemarin.
Sementara pada ruas 2 yang menghubungkan Sota – Erambu – Bupul sepanjang 111 Km saat ini kondisinya sudah 100 % teraspal.
Selanjutnya pada ruas ke-3 menghubungkan Bupul – Muting sepanjang 38 Km dan ruas ke-4 yang menghubungkan Muting – Boven Digoel sepanjang 195 Km juga sudah teraspal sehingga bisa dengan mudah dilalui kendaraan.
Preservasi jalan Merauke-Boven Digoel menghadapi tantangan dengan kondisi rawa dan tanah lunak. Oleh karena itu dilakukan peninggian badan jalan menggunakan tanah di sisi jalan. Peninggian badan jalan dari sisi jalan lebih efisien dibandingkan dengan penimbunan tanah dari luar Kabupaten.
Menteri Basuki secara khusus memerintahkan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) 18 – Ditjen Bina Marga untuk mengambil langkah ofensif untuk perbaikan drainase di bahu jalan, termasuk dengan menyediakan saluran pembuang dan pompa-pompa air, serta membuat kolam tampungan atau embung-embung kecil bekerjasama dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Merauke. Perbaikan drainase jalan diperlukan untuk menjaga tinggi air tetap dibawah badan jalan, terutama saat musim hujan. Dengan demikian kondisi jalan tidak cepat terdegradasi dan bisa tetap terjaga kondisinya.
Perbaikan jalan juga tidak menggunakan batu split karena ketiadaan material di lokasi. Batu split harus didatangkan dari Palu dengan biaya angkut yang mahal. Karena itu digunakan bahan Matos berupa campuran tanah dan semen untuk menambah unsur kapur, dan selanjutnya badan jalan dilakukan pengaspalan.
Sementara untuk Jalan Trans Papua sepanjang 3.535 km, yang terbagi di Papua sepanjang 2.465 km dan Papua Barat 1.070 km. Kementerian PUPR dari 2015-2019 terus melaksanakan pembangunan jalan baru sepanjang 945 km, serta melakukan peningkatan dan pemeliharaan jalan perbatasan dan Trans Papua sepanjang 4.160 km dalam kurun 4 tahun terakhir.
Pembangunan PLBN Sota di Merauke Dimulai Awal 2019
Selain percepatan penyelesaian pembangunan infrastruktur jalan, Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya juga memiliki tugas utama lainnya dalam melaksanakan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sota yang berada di Kabupaten Merauke, di Provinsi Papua. PLBN Sota menjadi PLBN kedua yang di Papua yang dilakukan perbaikan setelah sebelumnya PLBN Skouw di Jayapura.
PLBN Sota merupakan tambahan pos lintas yang berbatasan antara Indonesia dengan negara Papua Nugini, selain itu juga ada PLBN Yetetkun di Kabupaten Boven Digoel yang akan dibangun oleh Pemerintah Indonesia.
PLBN Sota merupakan akses utama masing-masing penduduk antar negara. Pada umumnya dilintasi sebanyak 70 orang perminggu yang dilengkapi fasilitas 13 kios untuk berjualan.
Pembangunan PLBN Sota akan terdiri dari zona inti terdiri dari bangunan gedung PLBN, monumen Garuda, bangunan gerbang dan check point, didukung jalan akses menuju PLBN yang mulus serta tersedianya lahan parkir. Untuk zona pendukung lainnya akan dilengkapi fasilitas tempat beristirahat (Rest Area) dan renovasi pasar Sota. Pelaksanaan pembangunan akan dimulai awal 2019 dan ditargetkan selesai pada akhir 2019 dengan perkiraan biaya pembangunan sebesar Rp. 113,5 miliar.
Dalam kunjungannya, Menteri Basuki didampingi Dirjen Bina Marga Sugiyartanto, Dirjen Cipta Karya Danis H. Sumadilaga, Dirut PT. Nindya Karya Indradjaja Manopol, Direktur Preservasi Jalan Bina Marga Atyanto Busono, Direktur Bina Penataan Bangunan Iwan Suprijanto, Kepala BBPJN XVIII Papua Osman H. Marbun dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaya.