Indonesia dan Budaya Maritim Hadir di Festival Janadriyah Arab Saudi

Riyadh, Kemendikbud — Menghadirkan Indonesia dan budaya maritimnya menjadi tema desain Paviliun Indonesia di Festival Janadriyah ke-33 di Riyadh, Arab Saudi. Sebagai tamu kehormatan Festival Janadriyah ke-33, Indonesia mendapatkan paviliun khusus seluas 2.500 meter persegi. Para alumni S2 desain dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan alumni S1 Informatika ITB ditunjuk sebagai desainer paviliun dan panggung pertunjukan dengan mengangkat konsep kebinekaan dan kemaritiman.

Memasuki ruang pameran di Paviliun Indonesia, pengunjung akan dihadapkan pada replika Kapal Pinisi yang hadir tepat di tengah ruang pameran dengan gagah. Kemudian pengunjung melewati pameran sejarah dan kaligrafi batik serta stan alat musik tradisional, hingga bertemu dengan display Kepulauan Raja Ampat, lengkap dengan tayangan air laut dalam tampilan 3D. Sementara itu di sudut pameran jelang pintu keluar, ditampilkan display laut Indonesia dengan penampilan lumba-lumba dalam teknologi 3D. Di sini para pengunjung bisa berfoto atau merekam video saat berada di dalam layar display, seakan-akan sedang berada di laut Indonesia.

Koordinator Tim Kreatif Festival Janadriyah, Munawir Bangsawan mengatakan, konsep utama pada Festival Janadriyah yang ditawarkan dalam desain paviliun adalah Indonesia Negara Kemaritiman. Penentuan tema ini diusulkan dengan mempertimbangkan beberapa rujukan, termasuk program pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia 2025 yang kuat dan disegani.

“Untuk itu, hampir semua elemen estetik, visual dan dekorasi yang kami rancang menggunakan visualisasi laut dan kepulauan. Dengan itu diharapkan masyarakat Arab Saudi serta dunia internasional dapat mengenal kebudayaan serta kekayaan alam bahari kita. Output akhir dari event yang kami harapkan adalah penilaian rakyat Saudi dan dunia bahwa Indonesia adalah negara kemaritiman yang berbudaya, kuat dan disegani,” ujar Munawir yang juga menjabat sebagai Ketua Magister Desain ITB.

Nawir menegaskan, partisipasi para alumni ITB sebagai desainer Paviliun Indonesia di Festival Janadriyah bukan merupakan penugasan dari rektorat, melainkan inisiatif para alumni untuk menghadirkan karya anak bangsa di ajang internasional. Total ada sepuluh orang alumni ITB yang tergabung dalam tim desain. Sembilan orang alumni S2 desain, dan satu orang alumni S1 Informatika. Munawir sebagai Ketua Magister Desain menyeleksi para alumni untuk ikut bergabung sesuai dengan kompetensi dan spesifikasi masing-masing. Mereka lalu membuat konsep dan mengerjakan paviliun serta panggung dengan keterbatasan waktu yang ada.

“Waktu persiapan kami dari menggodok konsep, mendesain, asistensi, meeting, revisi desain, finalisasi desain, membuat gambar kerja, hingga proses produksi sangat singkat. Dapat dikatakan sebagai mission impossible sebab hanya tersedia 14 hari kerja untuk keseluruhan proses tersebut. Itulah sebabnya diperlukan anggota tim kreatif yang cukup banyak, dengan mengandalkan kompetensi masing-masing,” tutur Munawir.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh, Ahmad Ubaedillah mengatakan, tim desain untuk Paviliun Indonesia di Festival Janadriyah ditunjuk langsung oleh Atdikbud KBRI Riyadh. Atdikbud KBRI Riyadh ditugaskan untuk mencari tim kreatif pembuat konsep dan perancang paviliun dan panggung Indonesia sebagai tamu kehormatan di Festival Janadriyah.

“Dalam situasi minim pendanaan di akhir tahun anggaran 2018, kami menjumpai kawan-kawan alumni ITB yang rela meluangkan waktu dan pikiran mereka untuk membantu mendesain konsep paviliun dan panggung yang sesuai dengan tema yang kami usung, yaitu kebinekaan, moderasi, dan perdamaian global dengan nuansa maritim yang disimbolkan oleh Kapal Pinisi yang legendaris,” ujar Ubaedillah di Riyadh, Rabu (16/1/2019).

Ia menuturkan, desain diserahkan sepenuhnya kepada para alumni ITB yang tergabung dalam tim desain alumni ITB. Ubaedillah pun menjelaskan alasan pemilihan alumni ITB sebagai desainer Paviliun Indonesia di Festival Janadriyah. “Mengapa ITB? Ini kebetulan saja. Di tengah kegalauan mencari partner yang rela berkorban untuk nama baik Indonesia di mata Saudi Arabia, kami dipertemukan oleh takdir dengan orang yang memiliki keahlian yang tepat dan kami butuhkan,” katanya.

Menurut Ubaedillah, sebagian besar konsep dan desain Paviliun Indonesia bersumber dan dikerjakan di bawah koordinasi tim desain dari ITB. Selanjutnya di lapangan dilakukan penyesuaian dengan perkembangan gagasan dari pimpinan perwakilan (KBRI Riyadh), salah satunya replika Kapal Pinisi yang berada di dalam ruang pameran. Sedangkan Kapal Pinisi yang berada di atas panggung luar pameran merupakan gagasan tim desain alumni ITB.

Related posts

Leave a Reply