Jakarta, 17 Maret 2021 – IKEA Indonesia berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Swedia dan Greeneration Foundation meluncurkan program Indonesian Children Care for the Environment (ICCFTE). Kolaborasi ini terbentuk berkat keyakinan yang sama bahwa makanan terlalu berharga untuk dibuang. IKEA, perusahaan ritel yang menjual perabot rumah asal Swedia, selalu memiliki komitmen untuk menciptakan kehidupan sehari-hari yang lebih baik bagi banyak orang. Salah satu fokus IKEA dari komitmen tersebut adalah untuk mengurangi limbah makanan melalui inisiatif Food is Precious.
Program ini ditujukan untuk mengedukasi anak-anak untuk menghargai makanan, serta tentang pengajaran pengelolaan limbah makanan. Salah satu rangkaian dari program ini adalah peluncuran buku cerita anak-anak berjudul ‘BANA – Si Pisang Berjalan-Jalan’. Buku ini merupakan bentuk nyata dari inisiasi ICCFTE yang disampaikan melalui pendekatan yang menarik untuk anak-anak.
Buku ‘BANA – Si Pisang Berjalan-Jalan’ sendiri bercerita tentang karakter pisang bernama Bana yang ingin berguna bagi lingkungan sekitar. Buku ini menggambarkan kisah Bana dan teman-temannya selama perjalanan hidup sejak dipetik hingga dikonsumsi. Buku ini diluncurkan
dengan harapan agar anak dapat lebih menghargai setiap makanan agar tidak terbuang sia-sia, serta mengerti akan pemanfaatan limbah makanan untuk dijadikan produk lain yang turut bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Buku ‘BANA – Si Pisang Berjalan-Jalan’ dapat diunduh secara gratis di laman situs IKEA di link berikut dan Greeneration Foundation.
“Kami selalu percaya bahwa makanan terlalu berharga untuk dibuang. Hal ini yang menjadi semangat kami untuk terus mengedukasi publik tentang pentingnya menghargai setiap makanan dan mengurangi limbah makanan. Kami juga yakin pengetahuan ini harus diajarkan sejak dini, oleh karena itu IKEA Indonesia bersama Kedutaan Besar Swedia dan Greeneration Foundation hari ini memperkenalkan program ICCFTE,” ujar Food Commercial Manager IKEA Indonesia, Ririh Dibyono.
“Kami mengajak orang tua untuk mendidik anak-anak dan menanamkan kebiasaan baik untuk menghargai makanan melalui cara-cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Hal ini juga menjadi salah satu upaya IKEA untuk menciptakan kehidupan sehari-hari yang lebih baik bagi banyak orang,” tambahnya.
Layanan IKEA Food telah dinikmati oleh 680 juta pelanggan di seluruh dunia. Maka dari itu, IKEA mengemban tanggung jawab besar untuk mengelola limbah makanan dengan tepat. IKEA berupaya untuk mengurangi limbah makanan berskala industri dengan menggunakan hirarki pengelolaan limbah sebagai pedoman.
Di dalam hirarki pengelolaan limbah tersebut, IKEA fokus pada upaya pencegahan dan daur ulang. Salah satunya dengan menggunakan teknologi waste watcher, sistem timbangan pintar yang dapat mengukur dan merekam limbah pangan yang dihasilkan setiap harinya. Selanjutnya, IKEA akan menganalisa cara terbaik untuk mengurangi limbah yang dihasilkan berdasarkan laporan tersebut.
Dengan menggunakan sistem penimbangan ini, IKEA Food berhasil mengurangi limbah makanan sebesar 31% atau setara dengan 15,000 makanan tahun 2019 hingga 2020.
Sebagai tambahan, IKEA Food bersama Waste4Change juga secara aktif mengelola limbah makanan yang dihasilkan dari dapur untuk menghindari limbah makanan berakhir di TPA dengan mengolah kembali menjadi sumber energi lain seperti kompos. Tahun ini, bersama dengan Kedutaan Besar Swedia dan Greeneration Foundation, IKEA Indonesia berinisiasi untuk menjangkau anak-anak dalam edukasi limbah makanan dengan program ICCTFE.
Dalam program ICCFTE ini, IKEA menggandeng Greeneration Foundation, organisasi non-profit yang fokus pada pemanfaatan media kreatif dan adaptif dalam mengubah perilaku manusia untuk menerapkan konsumsi dan produksi berkelanjutan di Indonesia. “Kami percaya kesadaran akan limbah makanan baik diajarkan oleh orang tua kepada anak sejak usia sedini mungkin.
Oleh karena itu, kami sangat senang mengetahui ada perusahaan seperti IKEA yang memiliki kepedulian yang sama. Lewat ilustrasi yang menarik dan pesan yang mudah dimengerti dalam buku cerita anak ‘BANA – Si Pisang Berjalan-jalan’, kami yakin perilaku anak akan perlahan berubah, dan mereka akan lebih menghargai makanan yang mereka konsumsi,” jelas Head of Program Division Greeneration Foundation, Muhammad Fahrian Yovantra.
Berbagi visi dan misi yang sama dengan IKEA dalam menciptakan kehidupan yang berkelanjutan, Kedutaan Besar Swedia juga percaya bahwa perubahan dapat dilakukan oleh semua orang, bahkan anak-anak sekalipun. “Swedia memiliki misi untuk menciptakan masyarakat bebas limbah, sehingga manajemen limbah dan daur ulang adalah identitas kami.
Merupakan suatu kehormatan bagi Kedutaan Besar Swedia untuk dapat turut andil dalam program ICCFTE. Kami pun sadar bahwa edukasi akan lingkungan penting untuk dipelajari sejak dini. Oleh karena itu, kami bangga dapat memperkenalkan buku cerita anak ‘BANA – Si Pisang Berjalan-jalan’ ke orang tua dan anak Indonesia,” ucap Project Officer Kedutaan Besar Swedia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Natasha Kindangen.
Selain peluncuran buku, IKEA dan Greeneration Foundation juga akan mengajak masyarakat dan komunitas lokal untuk mengikuti acara virtual workshop, yang bertujuan untuk mengenalkan anak-anak pada isu limbah makanan dan cara penyelesaian sederhana. Acara virtual workshop akan dilaksanakan pada 10 April 2021. Untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut, pelanggan dapat mendaftarkan diri di link berikut.
Pada akhirnya, IKEA percaya kerja sama dengan kolaborasi bersama Kedutaan Besar Swedia dan Greeneration Foundation melalui program ICCFTE ini dapat mengedukasi orang tua dan anak, tentang pentingnya mengelola limbah makanan dan lebih menghargai apa yang dikonsumsi karena setiap makanan sangat berharga. IKEA Indonesia berkomitmen untuk terus mengupayakan nilai-nilai keberlanjutan pada setiap aktivitas bisnisnya sehingga dapat terus menciptakan kehidupan sehari-hari yang lebih baik bagi banyak orang.
Tentang IKEA
Visi IKEA adalah untuk menciptakan kehidupan sehari-hari yang lebih baik bagi banyak orang, dengan menawarkan rangkaian produk perabot rumah tangga yang fungsional, didesain dengan baik, dengan harga terjangkau sehingga lebih banyak orang dapat membelinya.
IKEA didirikan oleh Ingvar Kamprad di Småland, Swedia bagian selatan pada tahun 1943, saat ia berusia 17 tahun. Nama perusahaan ini merupakan singkatan dari inisial namanya, IK, E kependekan dari Elmtaryd, nama peternakan dimana ia tumbuh, dan A kependekan dari Agunnaryd tempat dimana peternakan itu berada.
Konsep IKEA berbasis pada pengetahuan yang menyeluruh tentang kebutuhan dan fungsi kehidupan di rumah, dengan memadukan pengalaman penggunaan material dan teknik produksi. IKEA memiliki pengalaman 75 tahun dalam mengembangkan dan menampilkan rangkaian produk IKEA.
Toko IKEA menghadirkan rangkaian perabot rumah tangga yang didesain dengan baik, fungsional dan diproduksi melalui riset dan pengembangan, quality control yang ketat, dan dengan memperhatikan keberlanjutan jangka panjang.
Produk-produk IKEA memiliki desain sederhana, multifungsi dan memiliki banyak manfaat yang tak terlihat. Produk IKEA dikemas datar, sehingga memungkinkan konsep “do-it-yourself” dan harga yang lebih terjangkau untuk produk yang dibuat oleh para desainer.
Bisnis IKEA di Indonesia dikelola di bawah hak waralaba ekslusif yang diberikan kepada PT Rumah Mebel Indonesia. Toko IKEA pertama di Indonesia dibuka di Alam Sutera pada tanggal 15 Oktober 2014, toko kedua berada di Sentul City yang buka pada 28 November 2019 lalu, dan toko IKEA ketiga berada di Kota Baru Parahyangan yang diharapkan untuk buka pada semester dua tahun 2021.