Kementerian Perindustrian terus mendorong tumbuhnya wirausaha indusri baru dalam menyambut peluang era ekonomi digital.
Hal ini merupakan salah satu implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, baik itu melalui pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) maupun mendorong tumbuhnya Sumber Daya Manusia (SDM) terampil.
“Era ekonomi digital ini memberikan peluang tak terbatas bagi para entrepreneur. Kalau berdasarkan pengalaman di era revolusi industri ketiga, yang menjadi entrepreneur itu hanya mereka yang usianya sudah 39 tahun ke atas. Tetapi dengan ekonomi digital, yang sudah menjadi entrepreneur, usianya bisa lebih muda lagi sekitar 20 tahun,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (5/4).
Airlangga mencontohkan, saat ini Indonesia sudah mempunyai empat unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang nilai valuasinya lebih dari USD1 miliar. Tiga di antaranya diciptakan oleh anak muda Indonesia. “Kalau kita lihat Bukalapak, diciptakan oleh dua sampai tiga orang anak muda dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendiri Tokopedia juga masih muda. Bahkan, salah satu startup yang berpotensi menjadi unicorn baru ternyata diciptakan oleh mahasiswa,” paparnya.
Untuk menumbuhkan startup baru serta memacu pembangunan industri digital di Tanah Air, pemerintah mendukung program Apple Developer Academy yang telah meluluskan 166 wisudawan. Mereka merupakan mahasiswa yang mengikuti program pengembangan aplikasi berbasis sistem operasi iOS selama satu tahun, dan telah menghasilkan program yang sudah bisa dilihat di App Store.
“Menariknya, lulusan Apple Developer Academy ini sudah world class, setara dengan lulusan di Silicon Valley, Amerika Serikat. Setelah lulus dari program ini, mereka bisa memilih untuk bekerja di Apple atau menjadi entrepreneur, karena program yang mereka buat langsung bisa dijual di App Store. Sekarang Apple Developer Academy membuka gelombang kedua dengan peserta lebih dari 200 orang, dengan background macam-macam, tidak hanya dari teknologi informasi,” ungkapnya.
Airlangga mengemukakan, fasilitas Apple Developer Academy tersebut sudah dibuka di BSD City, Tangerang, Banten. Ini menjadi yang pertama di Asia dan ketiga di dunia setelah Brasil dan Italia. Selanjutnya, Apple Developer Academy akan dibangun di Surabaya dan Batam.
Selama mengikuti pelatihan, 166 siswa tersebut telah menghasilkan 33 aplikasi yang sudah tersedia di App Store. Beberapa di antaranya aplikasi soal donor darah, aplikasi mencari masjid terdekat, aplikasi AI untuk mencari pekerjaan, hingga aplikasi tentang travelling.
“Saya sudah menjumpai kelompok yang membuat lima software unggulan. Salah satu dari mereka mendapat inspirasi dari kerja bersama. Misalnya, mereka membuat aplikasi untuk bantu menemukan donor darah yang tepat saat keadaan darurat. Aplikasi ini sangat luar biasa, dihasilkan oleh anak-anak Indonesia. Ini adalah contoh dari perkembangan ekonomi digital,” imbuhnya.
Pacu pertumbuhan ekonomi
Airlangga menegaskan, aspirasi besar dari pengembangan ekonomi digital dan revolusi industri 4.0 adalah untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diproyeksikan, di tahun 2030, Indonesia menjadi negara 10 besar dengan perekonomian terkuat di dunia.
“Sekarang kita nomor 16 di dunia, dan pada 2030 Indonesia akan lolos dari middle income trap. Nanti Indonesia bisa disebut upper middle income country, sekarang masih masuk lower middle income country, tetapi tahun depan sudah masuk middle income country,” ungkapnya.
Dengan implementasi industri 4.0, menurut Airlangga, pertumbuhan ekonomi akan naik satu hingga dua persen, kemudian bisa membuka 17 juta tambahan lapangan pekerjaan. “Itu berdasarkan studi dari McKinsey, dan dari 17 juta itu, sebanyak 4 juta akan berada di sektor industri, sisanya ada di sektor jasa penunjang industri, sehingga itu peluang sangat terbuka untuk kita,” tegasnya.
Upaya yang dilakukan Kemenperin untuk mendorong wirausaha atau IKM dalam era ekonomi digital, antara lain dengan memfasilitasi produk-produknya bisa masuk ke pasar e-commerce melalui program e-Smart IKM yang telah dicanangkan sejak 2017 lalu.
Selain itu, Kemenperin memacu tumbuhnya wirausaha industri baru dari kalangan pondok pesantren melalui pelaksanaan program Santripreneur. Menurut Airlangga, kalangan pesantren atau santri memiliki komunitas tersendiri.
Pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi, mengingat sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah, serta memiliki inkubator bisnis.
“Seluruh potensi ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan langkang konkretnya, Kemenperin mendorong misalnya di Pesantren Muhammadiyah Sragen, kami bantu untuk memproduksi roti. Dengan demikian, ekosistem ekonomi berjalan dan terjadi pengembangan entrepreneurship di pesantren,” tegasnya.
Airlangga menambahkan, selain di Sragen, Jawa Tengah, program Santripreneur juga sudah berjalan di beberapa daerah lain seperti di Bogor, Jawa Barat. “Santripreneur diharapkan menghidupkan ekosistem ekonomi di lingkungan pesantren, sehingga bisa memenuhi kebutuhan para santri sekaligus menjadi unit usaha yang terus berkembang,” pungkasnya.