BANDUNG, itb.ac.id — Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, H.E Peter MacArthur memberikan pidato dalam acara Wisuda Ketiga Program Sarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun Akademik 2017/2018 di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (21/7/2018). H.E. MacArthur memberikan pidato tentang kondisi hubungan Indonesia dan Kanada hingga saat ini.
Di hadapan 1.307 wisudawan program sarjana ITB, MacArthur mengawali pidatonya dengan menyampaikan kesannya mendapatkan kesempatan berbicara di hadapan para sarjana baru di perguruan tinggi yang telah meluluskan begitu banyak orang terkemuka, seperti Presiden pertama RI Soekarno.
“Saya sangat senang bisa terlibat dalam upacara ini di sebuah perguruan tinggi yang telah meluluskan begitu banyak orang Indonesia terkemuka termasuk Presiden pendiri anda (ITB), Presiden Soekarno yang pengaruh arsitekturnya saya kagumi di dalam kota yang indah ini, tempat beliau menjadi tuan rumah gerakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955,” kata MacArthur.
Dia mengatakan, Kanada dan Indonesia mempunyai peran penting sebagai mitra di dunia yang bekerjasama untuk masa depan lebih baik. Terutama kepada generasi baru seperti yang hari ini diwisuda. “Setelah hampir dua tahun tinggal di Indonesia dan setelah mengunjungi kampus ITB awal tahun ini, saya akan menawarkan beberapa saran dari sudut pandang saya kepada para wisudawan baru, di dalam konteks dunia yang semakin terhubung secara global dan menarik di abad ke-21 ini,” ucapnya.
Dijelaskan Peter, Kanada dan Indonesia memiliki banyak persamaan salah satu sistem demokrasi yang dianut. Ketika beberapa negara demokrasi di seluruh dunia menunjukkan tanda-tanda tekanan, sementara demokrasi di Kanada dan Indonesia sampai sekarang masih berjalan.
“Demokrasi Kanada telah berjalan lebih dari satu abad, fakta bahwa Indonesia selama 20 tahun terakhir adalah demokrasi terbesar ketiga di dunia merupakan pencapaian yang mengesankan dan menawarkan harapan kepada dunia yang lebih luas. Ada banyak yang bisa kita pelajari dari satu sama lain,” ucapnya.
MacArthur mengatakan, sebagai negara yang masih muda, Indonesia dapat menghargai kenyataan bahwa kaum muda mewakili potensi masa depan yang besar. Sebagai warga global yang terhubung melalui media sosial dan media lainnya, kaum muda saat ini sudah terlibat dan memimpin perubahan positif di berbagai bidang. Seperti bantuan internasional, perusahaan sosial dan kebijakan publik.
“Anak-anak perempuan dan perempuan muda semakin merasakan manfaat dari pemberdayaan ekonomi yang lebih besar dalam semangat kesetaraan gender yang lebih besar,” katanya.
Di akhir pidato, H.E MacArthur memberikan beberapa pesan sebagai bekal kepada para wisudawan dalam menghadapi tantangan di masa depan. Pertama ia berpesan agar selalu memberikan tantangan terhadap diri sendiri keluar dari zona nyaman. Kedua ia mengajak lulusan ITB menjelajahi dunia, dan mempelajari banyak bahasa dan ilmu. Ketiga jangat takut, keempat fokus pada apa yang kalian sukai ujarnya.
Selanjutnya, MacArthur mendorong lulusan ITB agar menjadi agen pembuat perubahan jangan hanya menjadi penonton. Menjadikan diri sebagai teladan dan mentor bagi orang lain, selalu mengutamakan keluarga, dan terakhir selalu gigih dan bersabar dalam proses tersebut.
“Banyak yang diharapkan dari kalian. Rangkul lah masa depan. Dengan membawa nilai-nilai inti ITB, kalian dapat menjadi pemimpin. Itulah sedikit kearifan yang saya tawarkan hari ini. Para lulusan 2018, kalian telah mengatasi berbagai rintangan untuk mencapai hari ini. Kami tidak sabar untuk menyaksikan kalian membangun masa depan yang lebih cerah untuk kita semua,” ungkapnya.
Adapun total wisudawan pada upacara wisuda yang dilaksanakan dua hari sejak Jumat, 20 Juli, berjumlah 1.954 orang. Terdiri atas, 601 orang wisudawan Program Magister, 34 orang wisudawan Program Doktor, dan 12 orang wisudawan Program Profesi yang mengikuti upacara sidang terbuka pada Jumat, 20 Juli. Dan sebanyak 1.307 orang wisudawan Program Sarjana yang mengikuti sidang terbuka pada Sabtu, 21 Juli.
Pada Upacara Wisuda Ketiga Tahun Akademik 2017/2018 kali ini terdapat sejumlah wisudawan asing dari berbagai negara. Mereka adalah Raudhatul Hassanah Azahar (Malaysia), Nurul Shafiqah Palawangi (Malaysia), Tan Yi Jia (Malaysia), Dao Huy Thuong (Vietnam), Heak Vannak (Cambodia), Seng Sunhor (Cambodia), Mr Yee Yanglasyjiavue (Laos), Temkimleang (Cambodia), Xengmoua Vaneng (Laos), Huy Visal (Cambodia), Pham Xuan Quang (Vietnam), Nur Syakirin Binti Saharom (Malaysia), Fu Guan Zhen (China), dan Khoriyoh Baha (Thailand).