Dirjen KSDAE Hadiri Gelaran Kemitraan Konservasi TN Bantimurung Bulusaraung

Camba, 5 November 2018. Bertempat di lapangan SD Negeri 247 Pattiro, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung gelar pertemuan dengan kelompok tani hutan zona tradisional taman nasional di Dusun Pattiro. Dusun ini secara administrasi berada di Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Maros. Kegiatan penandatanganan perjanjian kerjasama ini berlangsung pada Sabtu (3/11/2018). Kegiatan yang dihadiri Direktur Jenderal (Dirjen) KSDAE ini berlangsung meriah, mengingat pengesahan perjanjian kerjasama kemitraan konservasi ini telah lama ditunggu oleh banyak pihak. Kemitraan konservasi ini telah ditunggu sejak pengesahan zonasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung pada tahun 2011.

Tak hanya masyarakat Dusun Pattiro, sejumlah masyarakat dari desa penyangga taman nasionalpun turut hadir. Masyarakat Desa Patanyamang, Desa Barugae, Desa Bontomasunggu adalah beberapa di antaranya. Tak kurang dari 300 orang hadir di ruang terbuka ini. Tokoh masyarakat, Muspika Kecamatan Cenrana, Muspika Kecamatan Camba turut hadir memenuhi undangan. Masyarakat yang bermukim di Dusun Pattiro juga berbondong-bondong mengikuti rangkaian acara. Dirjen KSDAE, Wiratno, didampingi Direktur Kawasan Konservasi, Tandya Tjahyana bersama rombongan antusias mengikuti acara yang digelar di daerah penyangga taman nasional ini. Tak ketinggalan kepala unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di lingkup Sulawesi Selatan turut hadir.

Hadir juga Prof. Yusran Yusuf, Dekan Fakultas Kehutanan Univeritas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Direktur TLKM Unhas, Ketua FK2TN Babul, dan Sekjen Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat. Juga hadir Kepala Dinas Pertanian Maros mewakili Bupati Maros. Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung menyampaikan laporannya selaku ketua pelaksana. “Kami sampaikan selamat datang pada acara penandatanganan perjanjian kerjasama (PKS) antara Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan kelompok tani hutan yang berada di sekitar kawasan taman nasional,” sambut Yusak Mangetan, Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Saat ini Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki luasan 4.374,05 hektar zona tradisional. Pada zona ini memungkinkan masyarakat turut serta melakukan budidaya tradisional. Tentunya melalui mekanisme perjanjian kerjasama. Taman nasional ini mememiliki sedikitnya 48 desa penyangga yang dihuni sedikitnya 25.000 kepala keluarga.

Kemitraan konservasi pada zona tradisional taman nasional tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Di mana kabinet ini menargetkan pemberian akses kelola kepada masyarakat dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia  di dalam kawasan konservasi. Kemitraan konservasi juga seiring dengan kebijakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta regulasi Direktur Jenderal KSDAE tentang Kemitraan Konservasi.

“Bekerjasama dengan TLKM dan Food and Agriculture Organization kami telah membentuk dan meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat ini,” tambah Yusak.

Pada moment berharga ini dilakukan sejumlah penandatanganan dokumen PKS antara Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan sejumlah kelompok tani hutan. Setidaknya ada 11 dokumen PKS yang ditandatangani. Kelompok yang bekerjasama dengan kawasan konservasi ini di antaranya: Kelompok Tani Hutan (KTH) Bukit Harapan, KTH Bulu Tanete, KTH Pattiro Bulu, KTH Tunas Muda, KTH Banga-banga, KTH Labongke, KTH Patanyamang I, KTH Patanyamang II, KTH Sonrae, KTH Wanua Deceng, dan Kelompok Pengelola Ekowisata (KPE) Lamassua. Ke-11 proposal yang diajukan kelompok telah melalui tahapan verifikasi sesuai dengan aturan yang berlaku. Fokus pemanfaatan kelompok-kelompok yang berada di zona tradisional ini di antaranya: pemanfaatan madu, bambu, aren, kemiri, getah pinus, pakan ternak, budidaya palawija, dan tanaman obat. Terdapat satu kelompok yang berfokus mengelola jasa wisata terbatas yakni KPE Lamassua. Dirjen KSDAE, Wiratno, berkesempatan memberikan arahan sekaligus mengajak diskusi dengan kelompok tani hutan yang hadir. Dengan gaya khasnya, Dirjen mulai memanggil anggota kelompok, kepala resor hingga kepala sekolah yang menjadi lokasi penyenggaraan acara untuk berdiskusi.

“Kami berharap pihak taman nasional mau mengambil peran mendidik siswa-siswi kami tentang pendidikan konservasi. Kami bisa memfasilitasi melalui muatan lokal,” harap Abidin, Kepala SD Negeri 247 Pattiro.

“Saya kira ini memungkinkan bagi teman-teman Bantimurung Bulusaraung. Para siswa perlu mengetahui bahwa dahulu salah seorang ilmuan besar Inggris, Alfred Russel Wallace, pernah bertandang ke Bantimurung dan sekitarnya. Mempelajari alam dan kupu-kupu di sini. Ia menginspirasi Charles Darwin dengan temuannya mengelilingi Nusantara. Yang pada akhirnya tercetuslah ‘teori seleksi alam’ berkat suratnya yang terkenal dengan ‘the letter of Ternate’,” pungkas Wiratno.

Melalui diskusi spontan tersebut, Dirjen mampu memberikan solusi yang dihadapi kelompok tani hutan ini. Sebut saja seperti kendala bibit yang dihadapi oleh salah satu kelompok tani, dengan kesediaan Kepala BPTH Sulawesi memenuhi permintaan bibit tersebut. “Kami memiliki persediaan bibit pada persemaian permanen di Desa Samangki. Kami bisa memenuhi permintaan kelompok tani di sini,” ujar Joko Irianto, Kepala BPTH Sulawesi.

Kepala P3E Sulawesi Maluku dan Kepala Balai PSKL Sulawesi juga menyampaikan kesediaannya untuk memberikan bantuan kepada kelompok tani hutan dan SD 247 Pattiro. “Kami siap membantu program pendidikan konservasi di sekolah ini,” tutur Dharhamsah, Kepala P3E Sulawesi Maluku. Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga memiliki program visit to school.“Kami akan menyasar sekolah-sekolah yang berada di daerah penyangga untuk memberikan didikan konservasi bagi para siswa,” kata Husain, Kepala SPTN Wilayah II Camba.

Saat kepala resor dan kepala seksi lingkup taman nasional tampil di depan umum bersama Dirjen, ia mengenalkannya kepada masyarakat yang hadir. “Ini adalah teman-teman dari Bantimurung Bulusaraung. Jika butuh informasi tentang kawasan taman nasional, jangan segan-segan bertanya kepada mereka. Petugas taman nasional harus dekat dengan masyarakat,” tegas Wiratno.

“Saya berharap kemitraan konservasi ini terus berlanjut dan kedua belah pihak memperoleh manfaat. Instansi lain yang mampu memberikan sumbangsih juga bisa berperan,” tambahnya.

Penandatanganan dokumen antara pihak taman nasional dengan sejumlah kelompok tani hutan pun dilakukan secara bergantian hingga berjalan tertib. Pada acara penutup sejumlah pejabat yang hadir melakukan penanaman pohon di halaman sekolah dasar ini. Semoga dengan terjalinnya kerjasama ini mampu mendongkrak pendapatan masyarakat sekitar hutan. Dengan begitu masyarakat juga turut serta menjaga hutan karena telah mendapat manfaat akan kehadirannya.

Related posts

Leave a Reply