Indonesia mempunya berbagai macam budaya dan adat istiadat yang sangat beragam. Salah satu keunikan yang ada di Indonesia dan belum banyak orang yang mengetahui adalah Desa Adat Kulawi yang berada di Sulawesi Tengah. Desa adat ini sangat kaya akan budaya dan juga ritual yang masih dilakukan secara turun-temurun sampai sekarang. Traveller Budaya Laely Indah Lestari secara khusus mendatangi tempat ini untuk mempelajari lebih jauh tentang budaya setempat. Menjadi tamu kehormatan di Desa Adat Kulawi banyak hal istimewa yang ditemuinya.
Laely melebur bersama masyarakat kulawi, menikmati budayanya, merasakan atmosfir keindahan nilai leluhur yang masih terjaga di tempat ini.
Menuju ke Desa Adat Kulawi kurang lebih 72 km dari arah Kota Palu, namun menuju tempat ini aksesnya tidak selalu mudah, karena hambatan dalam perjalan seperti longsor dan banjir kerap kali terjadi. Maka dari itu pemilihan waktu yang tepat harus disesuaikan agar kegiatan travelling budaya bisa berjalan dengan lancar. Desa Adat Kulawi sendiri terletak di daerah dataran tinggi pegunungan Mataue, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Mataue sendiri berarti Mata Air karena merupakan tempat air untuk desa-desa di sekitarnya. Desa Mataue diapit oleh tiga sungai yaitu sungai Oo, sungai watuwali, dan sungai Tolibanu. Desa Mataue sangat terkenal dengan adat istiadatnya, sampai sekarang Budaya Suku Kulawi sangat terjaga kelestariannya.
Apa saja yang bisa dilakukan saat wisata Budaya ke Suku Adat Kulawi??
Laely Indah Lestari berbagi info tentang keunikan Desa Adat tersebut…, yuk kita simak apa saja keseruannya…
Memakai Baju Adat Kulawi
Pakaian adat Kulawi mempunyai arti dan filosofi tersendiri. Pakaian adat berwarna merah menyala ini biasa digunakan pada upacara-upacara adat yang sakral. Baju adat Kulawi sendiri terdiri dari blouse atasan dan rok bawahan yang digunakan satu stel sebagai satu kesatuan busana adat. Bagian atas atau blouse disebut dengan Halili, Halili merupakan pakaian kebesaran masyarakat Kulawi. Untuk bagian bawah rok baju adat Kulawi disebut dengan Topii. Topii atau rok khas Kulawi ini terdiri dari tiga susun yang masing-masing susunannya mempunyai filosofi tersendiri. Susunan yang paling atas merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, susunan yang kedua atau yang paling tengah merupakan hubungan antara manusia dan manusia. Dan yang terakhir susunan rok yang paling bawah merupakan hubungan manusia dengan alam. “Bisa memakai Pakaian Adat Suku Pedalaman Kulawi rasanya sangat bangga sekali, apalagi bisa memakainya dalam melakukan kegiatan bersama masyarakat setempat” ungkap Laely sangat antusias.
Menyaksikan Pembuatan Wastra Nusantara Kain Kulit Kayu
Pembuatan Kain Kulit kayu oleh Suku Kulawi dilakukan dari zaman neolitikum sampai dengan sekarang. Kain kulit kayu sendiri dibuat dari serat kulit pohon beringin, seperti kulit kayu Nunu, Ivo, dan Malo yang diproses dengan cara tradisional. Di Kulawi sendiri kain Kulit Kayu disebut dengan Kumpe atau Mbesa yang berarti kain adat. Nama kegiatan membuat kulit kayu ini disebut Nobalowo, kegiatan Nobalowo hanya dilakukan di rumah-rumah warga Desa Mataue. Pada wisata budaya kali ini Laely berkesempatan belajar membuat kain kulit kayu yang diajari khusus oleh seorang wanita maradika (berdarah biru) Kulawi yang sudah sangat mahir membuat kulit kayu. “Kami mempraktekkan cara membuat kain, lalu saya diajari cara memukul kulit kayu disaksikan oleh warga setempat, membuat kain kulit kayu sangat rumit dan butuh waktu yang Panjang, dengan melihat proses seperti ini jadi lebih menghargai hasil karya mereka” ucapnya.
Mengenal Tari Raego
Tarian Raego adalah tarian khas dari Suku pedalaman Kulawi Sulawesi Tengah. Tarian ini diiringi alunan paduan suara yang merdu dan dilantunkan secara lantang. Kelompok paduan suara ini terdiri dari Laki-laki dan Perempuan dan saat melantunkan syair-syair mereka melakukan tarian yang membentuk lingkaran dengan tangan saling merangkul dan membentuk simpul yang sangat indah. Syair yang dikumandangkan dalam paduan suara ini sangat unik karena tidak diiringi musik, syair-syair tersebut mempunyai pesan nilai moral yang sangat positif bagi masyarakat Suku Kulawi. Syair dilantunkan dari paduan suara yang sudah ditetapkan menjadi salah satu asset cagar budaya tak benda.
Saat baru mendatangi Desa Adat Kulawi, Laely disambut oleh masyarakat Suku Kulawi dengan tarian ini. Raego bukan hanya sebagai karya seni namun memiliki nilai sakral dalam pelaksanaan upacara adat dan penyambutan tamu. “Merinding sekali saat disambut dengan tarian ini” ungkap Laely. “Menikmati Tarian ini merupakan pengalaman luar biasa saat mengunjungi Desa Adat Kulawi. Menari bersama dan larut dalam indahnya bagian dari budaya Indonesia yang sudah semestinya kita harus jaga kelestariannya” ungkapnya menambahkan.
Menghabiskan waktu di Raimbulawa
Raimbulawa adalah tempat bacaan yang biasa digunakan masyarakat Kulawi untuk melakukan kegiatan. Di Raimbulawa suguhan demi suguhan makanan khas tradisional pun menjadi kudapan istimewa untuk dicicipi. Dalam kegiatan keakraban ini Laely diperkenalkan satu persatu dengan para perangkat adat dan tetua adat. Para perangkat adat menjelaskan bagaimana struktur organisasi adat Kulawi dan kegiatannya. Struktur organisasi adat adalah orang-orang yang paham dan mengerti akan adat dan budaya Kulawi. Selain itu para perangkat adat Kulawi juga harus merupakan keturunan Maradika (darah biru Kulawi). Banyak hal yang bisa dilakukan di Raimbulawa ini, mencicipi kuliner khas Kulawi sambil menikmati suasana di tempat ini adalah pilihan yang tepat ketika datang ke tempat ini.
Menikmati kebersamaan di Lobo Rumah adat Kulawi
Rumah adat Lobo merupakan bangunan yang tidak bisa dipisahkan dengan budaya Kulawi. Bangunan ini adalah pusat yang berurusan dengan adat, pemerintahan dan kebudayaan. Rumah adat ini terbuat dari kayu hutan yang dibuang kulit luarnya lalu dihaluskan dengan menggunakan parang. Material rumah adat Lobo ini menggunakan papan kayu yang masih sangat tradisional. Rumah tradisional Lobo kaya akan symbol filosofi sosial yang berfungsi menampung segala aktivitas yang menyangkut kepentingan masyarakat setempat. Unsur bangunan mengandung nilai-nilai tersendiri mulai dari atap, ukiran, badan kaki hingga seluruh bentuk bangunannya. Fungsi rumah adat ini sebagai tempat musyawarah, penyambutan tamu kehormatan, upacara adat, dan juga pengadilan adat.
Menjadi tamu kehormatan di Desa Adat Kulawi merupakan kebersaaman yang indah bagi Laely Indah Lestari. Berwisata budaya di Desa Adat Kulawi merupakan salah satu pengalaman tersendiri bagi Laely di saat mengunjungi bagian dari Sulawesi Tengah ini. Baginya mengunjungi tempat ini bukan hanya sekedar mencintai Budaya Indonesia, tetapi semakin menumbuhkan rasa bangga bahwa di bagian Bumi Sulawesi Tengah adat istiadatnya masih terjaga dengan indah. “Desa Adat Kulawi sangat istimewa, kekraban melalui benang merah budaya membuat kami lebih dekat dengan balutan baju adat, keramahan dan adat-istiadatnya yang kental sangat begitu terasa di tempat ini” ungkap Laely menutup pembicaraan.