Jakarta, Kominfo – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memiliki cara yang unik mengingatkan masyarakat agar menghindari bahaya hoaks, berbagai macam sosialisasi tidak hanya melalui pemberitaan atau platform media sosial. Cara unik ini disampaikan secara langsung ketika bertemu dengan masyarakat, khususnya di daerah pelosok.
Umumnya, ancaman terhadap pelaku penyebaran informasi hoaks, berita bohong, pencemaran nama baik atau ancaman dalam bentuk lain yang dapat meresahkan masyarakat dijerat berdasarkan UU yang berlaku, misalnya dengan UU ITE. Namun selain itu, menurut Menteri Rudiantara, bahaya lain yang dialami masyarakat adalah soal kerugian pribadi.
“Jadi selain sosialisasi UU ITE terkait ancaman hukum dari pelaku penyebaran hoaks, kalau lagi kunjungan ke daerah-daerah biasanya di daerah 3T, juga selalu Saya ingatkan ke warga kalau salah satu kerugian ikut menyebarkan berita hoaks itu rugi di pulsa,” kata Menteri Rudiantara saat menceritakan pengalamannya bertemu dan bersapa langsung dengan masyarakat dalam kunjungan ke Metro TV di Jakarta, Kamis (17/01/2019).
Menteri Kominfo kerap menggambarkan jika dulu kebutuhan membeli pulsa atau paket data hanya dibebankan oleh orang yang menelpon atau melalui pesan chat. Namun, saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin melaju pesat ini berubah drastis, termasuk dalam hal komunikasi yang membebani pengirim dan penerima.
“Dulu itu kalau ber-teleponan, yang bayar ya orang yang telepon, tapi sekarang era nya sudah berubah, misalnya saja menggunakan Whatsapp Call, jadi yang nelpon bayar, yang ditelepon juga bayar, sama seperti kirim foto, chat di media sosial semuanya sama-sama bayar,” ujar Menteri Rudiantara.
Rudiantara mengakui masyarakat Indonesia memang kian terpengaruh atas informasi yang diterimanya. Belum lagi jika informasi tersebut mengenai isu-isu terbaru yang belum jelas kebenarannya. Menurut Menteri Kominfo, seringkali masyarakat selalu responsif dan ingin cepat menyebabkan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu atau mengecek kebenaran atas informasi tersebut.
“Nah jadi kalau kita menerima video, foto, teks dan lain sebagainya dari pada pusing karena tidak jelas sumber informasinya dari mana atau yang bisa berpotensi hoaks, apalagi daripada nambah dosa lebih baik hapus atau jangan disebarkan, karena hitung-hitung juga menghemat pulsa,” kata Menteri Rudiantara
Menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang juga bersamaan dengan Pemilihan Legislatif pada bulan April mendatang, Menteri Rudiantara mengajak masyarakat lebih waspada dan mencerna setiap informasi yang didapatkan, hal ini agar masyarakat dapat menikmati pesta demokrasi dengan penuh edukatif.
“Dimana mana yang namanya pesta, tujuannya untuk senang bersama-sama, kita juga berharap pada saat nanti pesta demokrasi tahun ini partisipasi masyarakat makin banyak dan semua merasa fun, merasa senang bukan malah bermusuhan, untuk mengurangi kemungkinan permusuhan atau perkelahian adalah bagaimana mengurangi hoaks,” imbuhnya.
Tentu saja untuk mencapai tujuan tersebut, kata Rudiantara harus ada kesadaran dari semua golongan, baik itu masyarakat, pemerintah, peserta pemilu bahkan siapapun harus bisa mengurangi hoaks secara bersama sama melalui semangat kebinekaan.