Jakarta, Kemendikbud — Sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Tapi menjadikan sekolah sebagai rumah kedua yang nyaman dan membuat siswa betah berada di sekolah, belum menjadi sesuatu yang terjadi di semua sekolah.
Di Sekolah Indonesia Jeddah, salah satu Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), sekolah benar-benar telah menjadi rumah kedua, baik bagi siswa maupun gurunya. Mereka betah berlama-lama berada di sekolah melakukan berbagai aktivitas.
Bagi Adilla Abdullah, siswa kelas XI SMA di Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ), teman-teman dan guru-guru di SIJ sudah seperti keluarga sendiri. “Guru-gurunya asyik. Ada yang bisa diajak bercanda, menganggap kita (siswa) sebagai teman, ada yang bisa serius juga. Alhamdulillah sejak ada guru-guru Kemendikbud ke sini, OSIS dan ekstrakurikuler semakin aktif. Alhamdulillah program dan pembelajaran meningkat,” tutur gadis yang akrab dipanggil Dilla itu.
Hal senada juga diungkapkan Suhailah Putri, siswa SMP di SIJ. Ditanya mengenai suka duka bersekolah di Sekolah Indonesia Jeddah, ia menuturkan hampir tidak menemukan dukanya. “Kebanyakan sukanya. Temen-temennya udah kaya’ keluarga karena dari TK temennya hampir sama. Guru-gurunya juga baik-baik, udah kaya’ temen,” tuturnya.
Sebagian besar siswa yang bersekolah di SIJ lahir dan besar di Arab Saudi, sehingga SIJ menjadi pilihan mereka bersekolah, sejak TK hingga SMA. Bahkan bagi sebagian anak yang belum pernah pulang ke Tanah Air, sekolah menjadi tempat favorit mereka untuk mengenal Indonesia.
Safitri, siswa kelas 4 SD di SIJ mengatakan, ia lahir dan besar di Jeddah, Arab Saudi, namun belum pernah pulang ke Indonesia. Di Jeddah, ayahnya bekerja sebagai sopir, dan ibunya sebagai pekerja rumah tangga. “Di sekolah seneng. Karena banyak temen yang baik, sejahtera, suka menolong, makanya saya jadi suka. Guru-gurunya baik, ikhlas ngajarin walaupun kami berisik tetap saja ikhlas,” tuturnya dengan wajah berseri.
Dengan bersemangat, Safitri menceritakan kegiatannya sehari-hari di sekolah. “Belajar, bermain, kadang-kadang cari masalah. Misalnya teman lagi ngerjain tugas, terus diganggu, bercanda, ngobrol tentang Indonesia, pokoknya banyak lah,” ujar gadis yang bisa berbahasa Madura dan bahasa Arab itu.
Nelly, guru SMA di SIJ menuturkan, setiap SILN memiliki karakter sendiri, khususnya SILN di Arab Saudi. Menurutnya, di Arab Saudi anak-anak Indonesia tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah, sehingga seluruh potensi mereka dikembangkan di sekolah.”Jadi mereka sangat asyik dan sangat suka menghabiskan waktunya di sekolah. Sangat berbeda dengan di Indonesia yang masih banyak hal menarik di luar sekolah, jadi anak-anak suka menghabiskan waktu di luar sekolah,” tutur Nelly yang mengajar mata pelajaran Matematika.
Kepala Sekolah SIJ, Sugiyono, membenarkan testimoni peserta didiknya yang mengaku betah berada di sekolah. Karena itu sekolah berusaha memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler. Ia menuturkan, kondisi sosial dan lingkungan anak-anak Indonesia di Jeddah berbeda dengan anak-anak Indonesia di Tanah Air.
“Kondisi di sini, sebagian besar anak-anak kita kalau di rumahnya masing-masing, rumahnya terbatas, umumnya flat. Biasanya kalau mereka sudah pulang ke rumah, beraktivitas hanya di dalam rumah. Sekolah ini menjadi satu-satunya tempat mereka mencurahkan dan melepaskan segala energinya sehingga mereka betah di sekolah,” katanya.
Berperan sebagai manajer sekolah, Sugiyono berupaya memfasilitasi peserta didiknya dengan beragam kegiatan sesuai dengan fasilitas sekolah dan guru sebagai SDM yang mendampingi siswa. Untuk ekstrakurikuler olahraga, SIJ memiliki ekskul futsal, basket, voli, tenis meja, dan bulutangkis. Kemudian kegiatan lain ada menari, Palang Merah Remaja (PMR), Dokter Kecil, jurnalistik, dan klub bahasa Inggris.
“Meskipun kondisi lapangan terbatas tapi fasilitas kita lengkapi. Kita atur dengan keterbatasan yang ada supaya mereka bisa mengembangkan potensi diri mereka. Makanya mereka betah di sekolah,” ujar Sugiyono.