Jakarta, 16 Februari 2023 – DBS Bank Ltd (Bank DBS) semakin siap memperkuat kehadirannya sebagai salah satu advokat yang menggencarkan gerakan ekonomi hijau di Indonesia. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 lalu, Bank DBS memaparkan penting bagi industri yang memproduksi tingkat karbon tinggi untuk memulai dekarbonasi atau bertransisi menjadi lebih hijau, seperti industri otomotif. Di sisi lain, institusi finansial seperti Bank DBS memiliki peran yang penting dalam mendorong agenda keberlanjutan melalui kerja sama sustainability financing atau transition financing.
Menekan emisi karbon membutuhkan usaha kolektif, baik dari pihak pemerintah, swasta, hingga masyarakat. Untuk itulah, Bank DBS memberikan solusi keuangan berkelanjutan seraya menuju masa depan ekonomi rendah karbon. Salah satu perwujudannya adalah dengan menandatangani Net-Zero Banking Alliance (NZBA), sebuah aliansi bank yang diselenggarakan oleh Inisiatif Keuangan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan komitmen pada jalur Net Zero Emission (NZE) global, per Oktober 2021.
Chief Executive Officer Bank DBS Piyush Gupta mengatakan bahwa komitmen Bank DBS terhadap NZE 2050 adalah langkah proaktif perusahaan dalam menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat. Realisasi komitmen tersebut tertuang dalam laporan “Our Path to Net Zero – Supporting Asia’s Transition to a Low-carbon Economy” yang memaparkan target dekarbonisasi Bank DBS untuk sejumlah sektor strategis. “Target dekarbonisasi akan berperan sebagai panduan untuk pembiayaan kami ke emisi nol bersih melalui perubahan yang terukur,” ujar Piyush Gupta.
Sembilan sektor industri sebagai target dekarbonisasi
Laporan tersebut menjelaskan keikutsertaan Bank DBS dalam menjalankan kewajiban penyelarasan portofolio pinjaman dan investasi dengan target emisi nol bersih di 2050. Dalam laporan yang sama, Bank DBS menetapkan target dekarbonisasi yang berfokus pada sektor daya, minyak dan gas (migas), otomotif, aviasi, ekspedisi, baja, real estate, serta untuk sasaran cakupan data meliputi pangan dan agribisnis, juga bahan kimia.
Kesembilan sektor dekarbonisasi yang menjadi sasaran Bank DBS sejauh ini merupakan deretan institusi yang menghasilkan emisi terbesar dari portofolio Bank DBS. Di antara sejumlah sektor itu, migas merupakan salah satu sektor yang mendapat sorotan. Pasalnya sektor ini tengah dituntut untuk menghasilkan energi yang lebih bersih. Oleh sebab itu, Bank DBS menargetkan pengurangan emisi absolut dari pendanaan di sektor migas sebesar 28 persen di 2030 mendatang.
Bank DBS juga memahami aspirasi nasabah yang juga memperhatikan isu lingkungan. Kini nasabah tidak perlu lagi khawatir karena sejak April 2019 yang lalu, Bank DBS sudah menegaskan komitmennya terhadap pembiayaan berkelanjutan dengan tidak lagi menyalurkan kredit untuk batu bara. Kebijakan ini dilakukan secara bertahap oleh Bank DBS dan berjalan beriringan dengan strategi untuk meningkatkan dukungan anggaran terhadap sektor energi terbarukan, yakni sebesar S$5,9 miliar pada 2021 dari S$4,2 miliar pada 2020.
Dari segi internal, Bank DBS berkomitmen untuk mencapai operasional emisi nol bersih di seluruh bank pada akhir 2022. Hal ini berkaitan dengan komitmen pada akhir 2021 lalu, di mana seluruh pemasok baru Bank DBS telah menandatangani komitmennya terhadap DBS sustainability sourcing principles.
Selain itu, Bank DBS menetapkan target dekarbonisasi yang mencakup kegiatan pasar modal. Secara keseluruhan, terdapat S$686 miliar aset bank yang diikutkan per Desember dan pinjaman pelanggan sebesar S$409 miliar. Adapun, portofolio keuangan berkelanjutan Bank DBS sejauh ini juga telah mencapai S$52,7 miliar per 30 Juni 2022, melampaui target S$50 miliar jauh sebelum 2024.
Untuk Indonesia, Bank DBS mengakui adanya peluang untuk bisa berkembang dan membangun ekonomi hijau di kawasan Asia. Selama 2022, Bank DBS Indonesia telah mencatatkan lebih dari Rp 1 triliun kerja sama pendanaan proyek berbasis environmental, social, and governance (ESG). Di antaranya terdapat PT Jaya Bumi Paser (financing senilai USD27,5 juta untuk membiayai pengembangan sumber energi terbarukan berbasis biomassa) dan PT Multidaya Teknologi Nusantara (eFishery) untuk pendanaan modal kerja dengan limit mencapai Rp 500 miliar.
Director of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie menambahkan, “Bank DBS berkomitmen untuk mencapai target emisi nol bersih dengan mengajak, memberikan stimulasi, dan membantu nasabah korporasi dalam melakukan percepatan transisi ekonomi hijau. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan transisi hijau dengan didukung oleh kebijakan, perencanaan keuangan yang tepat, dan inovasi contohnya dalam memanfaatkan platform digital serta kolaborasi multi dan lintas sektoral.”
Peran penting klien dan nasabah dalam mewujudkan emisi nol bersih
Bank DBS memahami bahwa keberhasilan mencapai ambisi emisi nol bersih juga bergantung pada keberhasilan para klien dan nasabah dalam menjalankan rencana transisi mereka.
Bank DBS mencanangkan serangkaian skenario berwawasan ke depan untuk tindakan yang mungkin dilakukan oleh klien dalam merealisasikan agenda target emisi nol bersih. Sejumlah skenario yang disiapkan meliputi investasi yang dapat dilakukan ke dalam teknologi dan kegiatan, divestasi yang bertanggung jawab, dan penguatan teknologi Carbon Capture Utility Storage (CCUS).
Di samping itu, Bank DBS melihat bahwa perjalanan menuju emisi nol bersih bersama dengan klien dari berbagai negara membutuhkan strategi yang kontekstual untuk dunia yang lebih baik.