Jakarta – Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, Minggu sore (4/2) mendatangi RS Polri di Keramat Jati, Jakarta Timur untuk menyapa dan memberikan dukungan moril kepada keluarga korban jatuhnya launcher girder DDT di Jatinegara. Pria yang akrab disapa Jojo ini hadir sekitar pukul 16.00 WIB bersama dengan Direktur Keselamatan Perkeretaapian Edi Nursalam, Jajaran Direksi Hutama Karya dan pihak Kepolisian.
Jojo yang hadir mengenakan batik dan peci hitam ini tampak serius mendengarkan curahan hati keluarga korban. Sesekali Jojo tampak menenangkan anggota keluarga korban yang menangis.
Dalam pernyataannya Jojo mengungkapkan belasungkawa dan rasa duka cita yang mendalam atas terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan ini.
“Kami atas nama Kementerian Perhubungan bersama para pihak yang melaksanakan pembangunan jalur kereta api double-double track, menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga atas terjadinya musibah kecelakaan kerja dalam pembangunan konstruksi rel kereta api double-double track,” ungkapnya.
Musibah terjadi Minggu pagi (4/2) sekitar pukul 05.00 WIB, sebagaimana diketahui mengakibatkan korban meninggal 4 orang pekerja yaitu atas nama Zainudin, lahir 25 Juli 1974 (meninggal di tempat dan langsung dibawa ke RS Polri Keramat Jati), Deni Eko Prasetyo, lahir 31 Maret 1988 (meninggal ditempat dibawa ke RS Polri Keramat Jati), Joni Fitrianto, lahir 20 Januari 1999 (pada saat kejadian mengalami luka-luka dan dibawa ke RS Hermina Jatinegara namun dinyatakan meninggal dunia dan di bawa RS Polri Keramat Jati) dan Yana Sutisna, lahir 9 Juni 1974 (pada saat kejadian kondisi luka-luka dan dibawa RS Premier Jatinegara, namun pukul 6.15 WIB dinyatakan meninggal dunia dan dibawa ke RS Polri Keramat Jati).
Disamping ungkapan duka kepada keluarga korban, Jojo juga menyampaikan bahwa kehadirannya di RS Polri Keramat Jati adalah untuk berkordinasi dengan pihak Kepolisiaan dan pihak-pihak yang terkait. Sehingga pihak keluarga korban tidak perlu direpotkan dengan urusan administratif.
“Karena kami sudah berkomitmen untuk menangani prosesnya dengan cepat kepada keluarga yang tertimpa musibah meninggal, sehingga pihak keluarga korban tidak perlu direpotkan dengan urusan administratif,” terang Jojo.
Selanjutnya untuk asuransi, para keluarga korban akan mendapatkan asuaransi dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp. 122,8 juta dimana terdiri Rp. 115 juta akan diberikan setelah proses administrasi selesai, sedangkan Rp. 7,8 juta akan diberikan segera guna membantu proses pemakaman dan lain sebagainya.
“Selain asuransi kami juga sudah berkoordinasi dengan Hutama Karya dan konsorsium yang terlibat dalam pembangunan ini untuk memberikan santunan sebesar Rp. 25 juta kepada keluarga korban,” jelas Jojo.
Selanjutnya terkait pengurusan jenasah agar lebih cepat, Jojo menyerahkan hal ini kepada pihak keluarga dan Hutama Karya. Karena umumnya pekerja tinggal di luar Jakarta, maka keluarga berharap berharap jenazah segera dibawa ke rumah duka.
“Tadi kami sudah bertemu dengan pihak keluarga. Pihak keluarga korban berharap jenazah segera diantar, kami serahkan prosesnya ke pihak Hutama Karya,” tutup Jojo.