Stockholm, Swedia: “Swedia tertarik untuk bekerjasama di bidang film dan aplikasi. Sedangkan musik dan fashion lebih cepat diterapkan”, ujar Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik. Kunjungan Bekraf ke Swedia termasuk dalam keseluruhan rombongan delegasi RI untuk bidang teknologi informasi dan smart city dari tanggal 19-21 Nopember 2017. (20/11)
“Ekonomi kreatif memiliki potensi yang besar terhadap perekonomian nasional”. Menurut Ricky, ada 3 sub-sektor ekonomi kreatif yang memiliki daya tarik dan dapat mempengaruhi berkembangnya sektor lain. Ketiga subsektor itu antara lain film, animasi, dan musik yang dapat memicu tumbuhnya sektor lain.
Ricky mencontohkan, di dalam film terdapat beberapa properti yang digunakan seperti fashion dan tempat wisata yang digunakan sebagai tempat shooting. Ketika properti itu digunakan, maka membuat propreti dan tempat wisata yang ada di dalam itu menjadi terkenal sehingga berdampak pada sektor pariwisata.
“Demikian juga dengan musik dang-dut. Kalau dikemas secara baik dan dengan branding yang kuat akan mempunyai nilai tambah. Juga dalam sebuah film, kita tidak hanya bicara film itu sendiri, kita bicara fashion, multiplier effects terhadap daerah,” ujar Ricky Pesik, usai pertemuan dengan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemlu, Dubes Teppo Taurianen di Stockholm, Senin (20/11/2017).
Kunjungan tersebut dalam rangka implementasi konkrit sebagai tindak lanjut dari Naskah Kesepakatan Letter of Intent antara pemerintah Swedia dan Indonesia di bidang ekonomi kreatif. Dokumen tersebut merupakan buah kesepakatan yang ditandatangani Kepala Bekraf dan Menteri Enterprises dan Inovasi Swedia di Bogor, 22 Mei 2017.
Ricky juga menyampaikan secara langsung undangan resmi pemerintah Indonesia kepada Swedia untuk berpartisipasi di dalam acara World Conference on Creative Economy yang menurut rencana akan diadakan di Bali, 3-4 Mei 2018. Diperoleh keterangan bahwa Enrico Deiaco, Direktur Swedish Agency for Growth Policy Analysis telah mempertimbangkan secara positif untuk berpatisipasi dalam acara yang dirancang Bekraf tersebut.
Sebanyak 11 pengusaha dan 2 rombongan Pemkot mengikuti kunjungan ini. Dua pemerintah kota yang tertarik dengan kerjasama IT dan smart cities itu adalah Semarang dan Bandung. Delegasi dari Semarang dipimpin oleh Walikotanya Hendrar Prihardi. Sedangkan dari Bandung dipimpin Asisten Administrasi Umum/Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal, Hj. Evi Syaefini Shaleha. Dari DKI terdapat pengusaha yang merupakan mitra Pemda DKI. Total delegasi Indonesia adalah 32 orang.
Tujuan kunjungan rombongan 2 pemerintah kota tersebut adalah untuk meningkatkan kerjasama di bidang pengaturan secara smart bidang pengangkutan, distribusi barang, layanan kesehatan.
Sambutan yang positif disampaikan oleh Presiden Dewan Kota Stockholm (setingkat Walikota) Eva Louise Erlandsson dan Anders Broberg, Ketua Hubungan antara pemerintah Dewan kota Stockholm. “Kami menyambut positif keinginan kedua pemerintah kota ini, Bandung dan Semarang untuk pengembangan kerja sama dengan Stockholm”, ujar Eva Louise. Baik pihak Swedia maupun Indonesia sepakat untuk bekerjasama dalam pengembangan pusat inovasi, kreatifitas, teknologi, serta riset.
Hal-hal yang mendapat perhatian dan menjadi topik diskusi adalah: pelayanan pemerintah secara elektronik, pelayanan yang berkelanjutan di bidang transportasi dan penggunaan energi baru dan terbarukan.
Baik Swedia maupun Indonesia sepakat bahwa kedepannya, ekonomi kreatif diharapkan dapat berkembang menjadi soft power. Salah seorang wakil dari Business Sweden, Fredrik Uddenfeldt menjelaskan bahwa Indonesia memiliki banyak wirausaha yang berbakat dalam memasuki bisnis IT ini. Diyakini bahwa bahwa yang perlu dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan posisinya di pasar global. “Swedia siap bekerjasama dengan Indonesia”, menurut Fredrik.
Sementara itu Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah Bekraf Endah Sulistianti menjelaskan bahwa Bekraf tengah mengembangkan berbagai program yang memerlukan dukungan jejaring internasional kuat, seperti animasi, barang-barang kerajinan dan tenun. Namun, upaya tersebut tidak akan berhasil bila para pelaku tidak menggali bidang usaha yang tersedia.
Secara keseluruhan, Bekraf membidangi 16 seb-sektor ekonomi kreatif, antara lain fashion, film dan animasi, kuliner, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, seni musik, arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, pengembang aplikasi dan games, televisi dan radio, serta fotografi. Ke-16 subsektor ini diharapkan dapat menjadi andalan baru penggerak perekonomian nasional, baik dari sisi kontribusi terhadap produk domestik bruto, peningkatan ekspor, maupun penyerapan tenaga kerja.
Pertemuan disambung dengan pertemuan bisnis (B to B meeting) antara para pengusaha Indonesia dan Swedia dilakukan pada siang hari tanggal 20 Nopember 2017.
Dubes RI untuk Swedia Bagas Hapsoro menyambut baik kunjungan delegasi IT dan smart city ini. “Jika sektor industri kreatif ekonomi Indonesia betul-betul digarap secara baik, bukan hal mustahil Indonesia bisa berjaya di skala internasional seperti yang terjadi pada Republik Korea dengan K-Pop-nya”, kata Bagas.
(Sumber: KBRI Stockholm)